Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Kembalikan
2
Suka
1,272
Dibaca

“Aimar, cepat lari! Truk itu nggak bakal berhenti!” teriak seseorang dari kejauhan, memecah kesunyian Lapangan Tanah, lapangan sederhana dengan papan tua bertuliskan nama yang sudah pudar. Aimar, pemuda 17 tahun, terpaku di tengah lapangan, masih mengenakan jersey Qatar Airways kesayangannya—hadiah dari kakaknya, Atep, yang bekerja di luar negeri. Ia adalah anak pendiam, tapi matanya penuh api. Ia bermimpi jadi pemain profesional, meski teman-temannya lebih suka menghabiskan waktu di warnet.

Sore, tanggal 27 September 1994, seperti yang tertera di foto kenangannya, Aimar menemukan bola tua di semak-semak dekat lapangan. Bolanya usang, kulitnya mengelupas, tapi anehnya terasa hidup. Ketika Aimar menendangnya, tendangannya melesat sempurna, seolah ada kekuatan yang membantunya. Aimar terus berlatih dengan bola itu, dan dalam hitungan minggu, ia terpilih masuk tim lokal berkat kemampuan luar biasanya. Tapi sejak saat itu, ia sering mendengar bisikan aneh di lapangan, terutama saat senja: “Kembalikan… atau kau akan kehilangan segalanya.”

Namun, malam sebelum pertandingan besar, Aimar bermimpi tentang seorang anak laki-laki kecil yang tewas tertabrak truk di dekat lapangan bertahun-tahun lalu. Dalam mimpi itu, anak itu menangis, memegang bola tua yang sama. “Kembalikan… atau kau akan kehilangan segalanya,” bisiknya. Aimar terbangun dengan keringat dingin. Ia menyadari bola itu milik anak itu—semangatnya terperangkap di dalamnya, membantu Aimar mewujudkan mimpinya, tapi dengan harga yang mengerikan.

Hari pertandingan tiba. Aimar membawa bola tua itu ke lapangan, berniat menguburnya di semak-semak untuk membebaskan semangat anak itu. Tapi saat ia melakukannya, ia melihat kakaknya, Atep, di kejauhan, baru tiba dari perjalanan jauh untuk menonton pertandingannya. Tiba-tiba, sebuah truk melaju kencang ke arah Atep—persis seperti dalam mimpinya. Aimar berlari, berteriak, tapi suaranya tenggelam oleh deru mesin. Ia melompat, mendorong Atep menjauh, tapi…

Adegan memudar menjadi hitam. Ketika debu reda, jersey Qatar Airways milik Aimar tergeletak di pinggir lapangan, ditiup angin senja. Bola tua itu telah menghilang dari semak-semak. Apakah Aimar berhasil menyelamatkan kakaknya? Atau apakah ia kehilangan segalanya demi mimpinya? Tidak ada yang tahu.

Di desa itu, orang-orang masih berbicara tentang Aimar. Beberapa bilang ia menjadi legenda sepak bola, yang lain bilang ia pergi mencari bola tua itu lagi. Tapi setiap senja, anak-anak di Lapangan Tanah bersumpah mereka mendengar bisikan di angin: “Jangan ambil yang bukan milikmu.”

-Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Flash
Kembalikan
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Tragedi Pasar Malam
Nabilla Shafira
Flash
BELI SEKARANG, Call / WA : 0811-7252-169 Distributor pupuk organik agros di Lampung Barat.
Jual Pupuk Organik
Novel
Last Kiss from a Vampire
Roy Rolland
Cerpen
Bronze
Ketika Malam
Refy
Flash
Ghostwriter
Retno Utama
Novel
Wolves Heart
Roy Rolland
Novel
Bronze
DOSA
Ahmad Rusdy
Cerpen
Bronze
Hantu Tima
Abdi Husairi Nasution
Cerpen
Bronze
MAUT HUTAN TERLARANG
Maldalias
Novel
Pembalasan Setimpal
Desi Puspitasari
Novel
AT MIDNIGHT
Nareswari Tyaga Calya Dinhiari
Cerpen
Bronze
Arga
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Hantu di Rumah Baru
Karang Bala
Cerpen
Bronze
Mereka yang Membawa Pertanda
Jasma Ryadi
Rekomendasi
Flash
Kembalikan
Ron Nee Soo
Cerpen
Payung Hujan dan Teh Ajaib
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Ekspektasi
Ron Nee Soo
Flash
Dunia yang Lebih Lengkap
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Ketika Musik Box Berhenti Bernyanyi
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Jebakan Untuk Wawan
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Lagu yang tidak Pernah Selesai
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Tiga Hari
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Surat Salah Alamat
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Tak ada cerita hari ini
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Semutina Sahabatinu
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Apakah Saat Ini, Aku Sedang Patah Hati
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Sekolah di Tahun 1973
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Sebuah Doa yang Bertabrakan
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Sejenak Rindu Pada Sastrawan Hujan Bulan Juni
Ron Nee Soo