Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Kembalikan
1
Suka
54
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

“Aimar, cepat lari! Truk itu nggak bakal berhenti!” teriak seseorang dari kejauhan, memecah kesunyian Lapangan Tanah, lapangan sederhana dengan papan tua bertuliskan nama yang sudah pudar. Aimar, pemuda 17 tahun, terpaku di tengah lapangan, masih mengenakan jersey Qatar Airways kesayangannya—hadiah dari kakaknya, Atep, yang bekerja di luar negeri. Ia adalah anak pendiam, tapi matanya penuh api. Ia bermimpi jadi pemain profesional, meski teman-temannya lebih suka menghabiskan waktu di warnet.

Sore, tanggal 27 September 1994, seperti yang tertera di foto kenangannya, Aimar menemukan bola tua di semak-semak dekat lapangan. Bolanya usang, kulitnya mengelupas, tapi anehnya terasa hidup. Ketika Aimar menendangnya, tendangannya melesat sempurna, seolah ada kekuatan yang membantunya. Aimar terus berlatih dengan bola itu, dan dalam hitungan minggu, ia terpilih masuk tim lokal berkat kemampuan luar biasanya. Tapi sejak saat itu, ia sering mendengar bisikan aneh di lapangan, terutama saat senja: “Kembalikan… atau kau akan kehilangan segalanya.”

Namun, malam sebelum pertandingan besar, Aimar bermimpi tentang seorang anak laki-laki kecil yang tewas tertabrak truk di dekat lapangan bertahun-tahun lalu. Dalam mimpi itu, anak itu menangis, memegang bola tua yang sama. “Kembalikan… atau kau akan kehilangan segalanya,” bisiknya. Aimar terbangun dengan keringat dingin. Ia menyadari bola itu milik anak itu—semangatnya terperangkap di dalamnya, membantu Aimar mewujudkan mimpinya, tapi dengan harga yang mengerikan.

Hari pertandingan tiba. Aimar membawa bola tua itu ke lapangan, berniat menguburnya di semak-semak untuk membebaskan semangat anak itu. Tapi saat ia melakukannya, ia melihat kakaknya, Atep, di kejauhan, baru tiba dari perjalanan jauh untuk menonton pertandingannya. Tiba-tiba, sebuah truk melaju kencang ke arah Atep—persis seperti dalam mimpinya. Aimar berlari, berteriak, tapi suaranya tenggelam oleh deru mesin. Ia melompat, mendorong Atep menjauh, tapi…

Adegan memudar menjadi hitam. Ketika debu reda, jersey Qatar Airways milik Aimar tergeletak di pinggir lapangan, ditiup angin senja. Bola tua itu telah menghilang dari semak-semak. Apakah Aimar berhasil menyelamatkan kakaknya? Atau apakah ia kehilangan segalanya demi mimpinya? Tidak ada yang tahu.

Di desa itu, orang-orang masih berbicara tentang Aimar. Beberapa bilang ia menjadi legenda sepak bola, yang lain bilang ia pergi mencari bola tua itu lagi. Tapi setiap senja, anak-anak di Lapangan Tanah bersumpah mereka mendengar bisikan di angin: “Jangan ambil yang bukan milikmu.”

-Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Flash
Kembalikan
Ron Nee Soo
Novel
Bronze
Deso pager lawang
Ciplukzz
Novel
Bronze
ARWAH PENJEMPUT KENANGAN (5 Kisah Misteri di Masa Pandemi)
Darryllah Itoe
Novel
Bayang di Balik Kabut
Aqiel Hilmy Irawan
Skrip Film
ADARUSA
Nicko Falih Al Furqon
Flash
Bronze
Mereka Masih di Sana
Ron Nee Soo
Novel
Bronze
Dikutuk
Bulan Separuh
Novel
Di Antara Rumah yang Kosong
Imajiner
Cerpen
Bronze
Teror Rumah Nenek
Yona Elia Pratiwi
Cerpen
Bronze
Dunia dalam Semu
White Blossom
Flash
Istana Buah
Braindito
Novel
PERHIASAN TERKUTUK
Endah Wahyuningtyas
Cerpen
Bronze
Penyelamat Yang Terlupakan
Yona Elia Pratiwi
Flash
Senyuman Penyihir
Jaydee
Novel
Bronze
Pancajiwa
Nikodemus Yudho Sulistyo
Rekomendasi
Flash
Kembalikan
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Mereka Masih di Sana
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Regulator Gas Elpiji
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Sekolah di Tahun 1973
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Surat Salah Alamat
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Lontong Sayur
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
ada cinta luar biasa yang engkau terima tanpa harus bersusah payah mencarinya
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Hal yang Selalu Dipikirkan Siswa adalah Pulang
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Ketika Musik Box Berhenti Bernyanyi
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Tiga Hari
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Proyek Memori: Subjek 27
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Menjemur Kopi di Malam Hari
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Bidadari
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Sebuah Cinta dan pesan yang tidak pernah dibalas
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Kembali
Ron Nee Soo