Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
APA SALAH KAMI, MAMA?
4
Suka
156
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Clara dan Cilla adalah dua saudari yang hanya terpaut dua tahun. Setelah kematian ibu mereka saat Clara berusia sepuluh tahun, hidup keduanya berubah drastis. Mereka tinggal bersama nenek selama dua tahun sebelum akhirnya sang ayah, Lukman, datang membawa kabar bahwa ia telah menikah lagi dengan seorang wanita bernama Bella. Clara dan Cilla, dengan hati yang penuh harap, mengikuti sang ayah dan tinggal bersama keluarga barunya.

Awalnya, kehidupan di rumah baru berjalan baik. Bella memperlakukan mereka dengan hangat, dan Dani—anak lelaki Bella dari pernikahan sebelumnya—terlihat cukup ramah. Mereka pindah ke sebuah daerah pedalaman karena pekerjaan Lukman. Di sana, Clara dan Cilla bersekolah seperti biasa, dan tanpa disangka, mereka meraih prestasi membanggakan: Clara meraih peringkat pertama, dan Cilla kedua.

Namun, malam yang seharusnya menjadi malam kebanggaan itu berubah menjadi malam penuh luka.

Pukul tujuh malam, Lukman pulang membawa oleh-oleh kecil—roti pisang dan beberapa susu kotak—sebagai hadiah kecil atas prestasi Clara dan Cilla. Mereka makan malam bersama. Semua tampak baik-baik saja, hingga Bella melihat lembar rapor Dani dan mendapati nilai-nilainya nyaris semuanya merah. Ranking terakhir.

Raut wajah Bella mengeras. Suasana makan malam yang semula hangat berubah dingin. Ia menatap Dani, lalu Clara dan Cilla secara bergantian, seolah menakar siapa yang pantas disalahkan.

“Apa-apaan ini, Dani? Kamu ranking terakhir?” suara Bella terdengar tajam.

Dani hanya menunduk. “Maaf, Ma…”

“Maaf? Kamu pikir hidup ini cuma soal minta maaf?!”

Clara dan Cilla menghentikan kunyahan mereka. Clara mencoba bicara pelan, “Mama… mungkin Dani hanya perlu waktu—”

“Diam kamu!” bentak Bella. “Jangan sok membela! Aku tahu kalian memang senang mempermalukan anakku! Ranking satu dan dua, ya? Bangga kalian? Sombong kalian!”

Lukman menengahi, mencoba menenangkan. “Sudahlah, Bella. Jangan begini. Prestasi anak-anak seharusnya kita syukuri, bukan saling menyalahkan.”

Namun Bella tak mendengarkan. Ia berdiri, mendorong kursi hingga jatuh. “Kamu membelanya sekarang? Kamu pikir aku senang tinggal di sini mengurus anak orang yang sok sempurna?!”

Pertengkaran mulai meletus. Jeritan, suara benda jatuh, dan amarah memenuhi ruang makan. Clara dan Cilla hanya bisa diam di pojok dapur, saling menggenggam tangan dengan tegang.

Kemudian suara tangisan Bella makin keras. Ia meraih botol pembersih lantai di bawah wastafel, lalu berteriak, “Kalau aku mati, puas kalian semua?!”

“BELLA!” Lukman langsung merebut botol itu. “Kamu gila?!”

“Aku sudah muak! Kalian semua memojokkan aku! Bahkan suamiku sendiri lebih pilih anak kandungnya sendiri daripada aku dan anakku!”

Lukman memeluk Bella erat. “Tenang, sayang. Maafkan aku…”

Bella menangis histeris, lalu memanggil, “Dani… sini, Nak…”

Dani, yang sejak tadi berdiri takut di sisi pintu, mendekat dan dipeluk ibunya. “Kita gak butuh mereka, Nak. Kita cuma butuh satu sama lain…”

Melihat itu, Clara dan Cilla perlahan mendekat. Mereka ingin menghibur, meski hanya berkata, “Mama… kami tidak bermaksud….”

Tapi belum sempat mereka melangkah lebih dekat, Bella menoleh tajam. “PERGI! KALIAN PERGI SANA! GARA-GARA KALIAN AKU HAMPIR MATI! KALIAN PANTAS MASUK NERAKA! ANAK SIAL!”

Clara terdiam. Cilla menahan tangis. Keduanya mundur perlahan dan kembali ke kamar, pintu ditutup perlahan di belakang mereka. Di kamar yang sunyi, hanya ada isak pelan dan tangan saling menggenggam erat. Malam itu terasa sangat dingin.

Pukul sebelas lewat lima belas menit. Clara belum bisa tidur. Cilla juga masih terisak pelan. Di luar kamar terdengar suara langkah kaki tergesa. Lalu bunyi pintu kamar orang tua dibanting.

Suara teriakan terdengar lagi. Bella dan Lukman kembali bertengkar, kali ini lebih keras. Clara menutup telinganya dengan bantal. Tapi suara itu masih bisa menembus.

Kemudian, tiba-tiba…

BRAK!

Pintu kamar mereka dibuka dengan kasar. Clara dan Cilla langsung duduk tegak.

Bella berdiri di ambang pintu. Rambutnya acak-acakan. Matanya merah menyala seperti membara. Wajahnya tidak seperti manusia yang waras. Di tangannya ada sapu lidi.

“KALIAN MEMANG PANTAS DIBUANG!” jerit Bella.

Tanpa aba-aba, ia menghampiri mereka, lalu menjambak rambut Clara, menyeretnya ke bawah tempat tidur. “Kamu perempuan licik! Mau rebut perhatian ayahmu, ya?!”

Cilla berteriak, mencoba menarik Clara kembali, tapi malah ditampar keras.

“Kalian anak durhaka! Aku muak lihat wajah kalian! Pergi dari hadapanku kalau kalian memang tahu malu!”

Tamparan, jambakan, tendangan ringan di paha. Semuanya bercampur dalam malam itu. Clara dan Cilla tidak bisa melawan. Mereka hanya menangis, memohon. Tapi Bella terus melampiaskan emosinya. Seolah semua kegagalannya adalah kesalahan dua anak itu.

Tiba-tiba, dari arah luar rumah, terdengar suara motor. Lukman pulang.

Bella berhenti. Nafasnya memburu. Ia mendekat ke wajah mereka, berbisik tajam, “Kalau kalian berani buka mulut ke ayah kalian… awas. Aku akan buat kalian lebih sengsara dari ini. Mengerti?!”

Clara mengangguk kecil sambil gemetar. Cilla hanya menunduk.

Bella melangkah keluar kamar, merapikan rambutnya. Seolah tidak terjadi apa-apa, ia membuka pintu depan dan menyambut Lukman dengan senyum palsu. “Sudah tidur anak-anak?” tanyanya. “Sudah, sayang,” jawab Bella lembut, suaranya tenang bagai madu, menyembunyikan racun yang ia tinggalkan di balik pintu kamar.

Malam itu, Clara dan Cilla menangis tanpa suara. Mereka tidak sanggup lagi menjerit. Takut. Hancur. Luka.

Namun di tengah tangisan diam itu, keduanya saling berjanji—tanpa kata—bahwa mereka hanya bisa bergantung satu sama lain. Bahwa mereka harus kuat. Karena tidak akan ada yang menyelamatkan mereka selain diri mereka sendiri.

Dan malam itulah yang membekas dalam hati mereka seumur hidup—malam ketika cahaya harapan padam, dan rumah berubah menjadi tempat paling gelap di dunia.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Flash
APA SALAH KAMI, MAMA?
Safinatun naja
Novel
INVEST PEJUANG KANKER
Nurusifah Fauziah
Flash
Bronze
Kedinginan
Andriyana
Flash
Terjadwal
WN Nirwan
Cerpen
Regulasi
Bima Kagumi
Novel
Better than You
Slukepyn
Novel
Bronze
Four of us
yelartcreation
Novel
Bronze
Sebelum Mentari Tenggelam
Viona_kamiila
Flash
Bronze
Rasa Kehilangan
Ron Nee Soo
Novel
The Day We Find Love
L
Skrip Film
ADIK YANG NIKAH, AKU YANG GUNDAH
zae_suk
Flash
Bronze
Samudra Tuna
Silvarani
Cerpen
Mau Pulang
Anisah Ani06
Novel
Kisah yang Tak Bisa Dipercaya
Alif Mahfud
Novel
Bronze
Tak Sambat
Nuel Lubis
Rekomendasi
Flash
APA SALAH KAMI, MAMA?
Safinatun naja
Cerpen
ENCHANTED TO MEET YOU
Safinatun naja
Novel
PACAR PSIKOPAT
Safinatun naja
Novel
FORGIVE
Safinatun naja
Novel
MENJADI AYAH
Safinatun naja
Novel
Bronze
DIARY MILIK QIAN
Safinatun naja
Flash
Bronze
KUE ULANG TAHUN
Safinatun naja
Novel
DUA SAMUDERA
Safinatun naja
Cerpen
Bronze
ENCHANTED TO MEET YOU : NORMANDIA
Safinatun naja
Flash
BOLEH BUKA KULKAS, MA?
Safinatun naja
Novel
HEY AYAH
Safinatun naja
Skrip Film
INVESTIGATION OF LIARS
Safinatun naja
Novel
Bronze
DUKA IDUL FITRI
Safinatun naja
Novel
THE CURSE PETER
Safinatun naja
Novel
Bronze
I LOVE YOU SENIOR (KETUA PMR)
Safinatun naja