Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Circle
0
Suka
811
Dibaca

Karena aku tidak sedang berada dalam kondisi yang baik untuk berinteraksi dengan manusia, aku ingin menghindari manusia. Aku pun berusaha menghindari diriku sendiri. Tapi sulit sekali untuk tidak bertemu dengan diriku sendiri. Terutama saat aku melihat tanganku sendiri. Ia terlihat begitu manusiawi. Bisa memukulku atau merampas apa yang seharusnya menjadi milikku dengan begitu mudah. Aku membenci tangan ini, jadi aku memotongnya. Dimulai dari tangan kiri dan sekarang aku kebingungan untuk memotong tangan kanan. Apalagi rasa sakitnya begitu luar biasa. Ngilu. Kupikir aku akan mati. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah setelah mati aku tidak akan bertemu diriku lagi? Kalau masih bertemu, itu akan buruk sekali.

Kapan aku bisa tidak bertemu diriku sendiri?

Sayang sekali Tuhan senang mempermainkan kita. Semakin tidak kita inginkan, semakin terang kedatangan hal itu. Semakin kita inginkan, justru semakin jauh hal itu. Menyebalkan sekali. Atau justru, hal itu terasa begitu dekat karena tidak kita inginkan dan hal itu terasa begitu jauh karena kita inginkan. Masalah perspektif.

Aku menatap kebencian yang berdiri di pojok kamar, kebingungan menatap darah yang sudah menggenang di lantai kamarku. “Aku tidak menginginkan darah ini.”

Seseorang mengetuk pintu.

“Oh, selamat datang, Kematian. Kebencian ada di sana.”

“Aku hanya berkunjung. Singgah sebentar.” Kematian masuk. Meraih gelas susu sisa semalam yang belum habis. Menenggaknya sampai habis.

Sambil meringis kesakitan, aku menatap tingkah Kematian.

Kematian meletakkan kembali gelas kaca itu ke atas meja, lalu berjalan ke pojok ruangan. “Hai, teman,” ucapnya ramah sambil mengulurkan tangan pada kebencian.

Kebencian menerima uluran tangan itu sambil berkata sinis, “kita bukan teman.”

Aku menatap mereka berdua yang berbincang cukup akrab. Meski Kebencian terus melontarkan kalimat-kalimat yang menyakiti hati, namun Kematian terlihat tidak masalah. Memang Kematian sangat ramah. Ia mudah menerima siapa saja untuk menjadi temannya.

Oh, tidak. Aku merasa pusing. Pandanganku mulai kabur. Aku ambruk. Kebencian dan kematian mengabaikanku. Sementara di bawah bingkai pintu Rasa Sakit berdiri menatapku. Tersenyum. “Aku akan menyelamatkanmu,” katanya.

Kumohon, berhenti menyiksaku.

Aku kehilangan kesadaran.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Circle
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Berbahagialah,
Bintang Redup / Amanda Kartika
Cerpen
Empat Air Mata yang Jatuh Bersama Gerimis
Fazil Abdullah
Flash
Memento
Ravistara
Flash
Bronze
TAKUT
Lirin Kartini
Flash
Bronze
Mahika Lani
Hesti Ary Windiastuti
Skrip Film
BAGAIMANA?
Nafika Riyanti
Novel
Bronze
Sebelum Saya Bertemu dengan Aku
Aliensi
Novel
Bisikan dari Masa Lalu
Adnan Fadhil
Flash
Bronze
Terjatuh
Bakasai
Flash
Bronze
Cincin batu akik
Mahmud
Novel
5 AKUMA
Himekodhamzzzz
Flash
Cheesecake
Soraya
Flash
Bronze
Petaka Pelet Kampung
Maldalias
Novel
Rahasia Tante Nina
Johanes Gurning
Rekomendasi
Flash
Circle
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Danau
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Bronze
Catatan Jumat Pagi
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Jam Pelajaran
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Maghrib
Fatimah Ar-Rahma
Cerpen
Bronze
Perjalanan
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Bronze
Perjalanan Menuju Kampung Halaman
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Bronze
Kucing Kelas
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Percakapan Dua Ikan Kecil
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Bronze
Takluk
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Pada Suatu Pagi
Fatimah Ar-Rahma
Cerpen
Rutinitas
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Bronze
Pikiran yang Penuh
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Bronze
Biskuit Kelapa
Fatimah Ar-Rahma
Flash
Suasana Pedesaan
Fatimah Ar-Rahma