Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sekejap Senja, Selamanya Rasa.
1
Suka
1,713
Dibaca

Mentari senja menorehkan warna jingga menyala di langit, membias indah di pasir putih Pantai Senggigi, Lombok. Laut tenang berkilau seperti cermin raksasa, memantulkan bayangan langit dan sepotong takdir yang sebentar lagi akan terpaut.

Di Sanalah pertemuan pertama mereka terjadi.

Alya, seorang fotografer lepas sedang berjalan menyusuri pantai mencari inspirasi. Matanya menangkap siluet kapal nelayan di kejauhan, sementara pikirannya sibuk dengan sketsa bayangan yang hendak ia bingkai. Tiba-tiba ombak menghantam kakinya, membuat ia hilang keseimbangan. Kamera di tangannya nyaris jatuh.

Sebuah tangan, sigap menangkapnya.

“Hati-hati, Mbak. Ombak di sini memang suka jahil,” ujar seseorang yang bersuara berat dan serak.

Alya mendongak, menatap sepasang mata gelap yang dalam seperti laut menyimpan ribuan cerita. Lelaki itu berkulit legam terbakar matahari, rambutnya sedikit panjang dan acak-acakan. Memberi kesan liar sekaligus tenang.

“Terima kasih,” ucap Alya, tersenyum malu.

“Nama saya Samudera. Saya biasa bantu-bantu angkut hasil tangkapan nelayan. Kamu fotografer, ya?”

“Iya. Sedang mengambil gambar yang pas,” jawab Alya.

“Kalau begitu, kamu datang ke tempat yang tepat.”

Hari-hari berikutnya, Alya dan Samudera semakin sering bertemu. Alya memotret kehidupan para nelayan, anak-anak bermain pasir, dan senja yang selalu menyemburatkan warna baru. Samudera, dengan suara tenangnya menceritakan kisah-kisah. Tentang badai yang datang tiba-tiba, tentang ikan-ikan yang menghilang dan tentang ayahnya yang tak pernah kembali pulang dari laut.

Mereka berbincang hingga malam. Sampai makan bersama di warung kecil dekat pantai, menyantap ikan bakar dan menyesap kopi hitam.

“Kamu suka laut?” Tanya Samudera.

“Suka. Tapi laut juga menakutkan. Begitu luas ... dan tak bisa ditebak.”

“Sama seperti hidup,” jawab Samudera menatap cakrawala.

Di tengah kebersamaan itu, tumbuh cinta yang pelan tapi pasti. Namun, seperti ombak yang pasang surut, kebahagiaan mereka mulai diwarnai kegamangan.

Alya menyadari waktunya di Lombok tinggal hitungan hari. Ada pekerjaan lain yang menantinya, tapi ia mulai ragu. Apakah kepergiannya berarti meninggalkan sesuatu yang jauh lebih bermakna?

“Samudera ... kalau aku pergi, apa kamu akan lupa sama aku?” Tanya Alya suatu sore, saat senja kembali melukis langit.

Samudera diam lama, lalu berkata pelan. “Laut tak pernah lupa siapa yang pernah menyentuhnya.”

“Tapi aku bukan laut.”

“Kamu adalah senja di mataku, Alya. Selalu datang, tapi tak pernah tinggal.”

Kamera Alya menjadi simbol perjalanan, kenangan dan keterikatan. Setiap jepretan adalah cara ia mengabadikan momen yang mungkin tak akan kembali. Samudera, sebaliknya adalah jangkar yang mengakar pada tanah, tak bisa ikut mengarungi dunia yang selalu bergerak.

Perpisahan tiba, mereka berpelukan lama tanpa kata-kata. Hanya mata yang saling berbicara. Kamera Alya tergantung di lehernya, berat oleh kenangan.

Beberapa tahun kemudian ....

Alya kembali ke Lombok. Dunia telah memberinya banyak hal yakni pengakuan dan prestasi. Tapi hatinya selalu menyimpan ruang kosong, seperti bingkai foto yang tak pernah terisi.

Ia kembali ke Pantai Senggigi. Tempat mereka pertama bertemu kini berubah. Warung makan tempat mereka biasa makan kini dijaga oleh seorang nelayan tua.

”Samudera?” Tanya Alya sambil menunjukkan foto lama.

Lelaki tua itu mengangguk pelan. “Sudah lama dia pindah. Menikah, ikut istrinya ke Pulau Sumbawa.”

Alya duduk di tepi pantai. Ombak masih datang dan pergi, sama seperti dulu. Ia memandang kamera miliknya, lalu menyalakan shutter. Klik. Ia mengabadikan senja yang kini sendirian.

“Senja tak pernah tinggal, tapi ia selalu kembali.” Gumamnya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Bronze
Caramel and Banana, Meal Only I Wanna
Silvarani
Flash
Sekejap Senja, Selamanya Rasa.
Putri Rafi
Novel
Bronze
PENGANGGURAN CUMLAUDE
Abdul Khair
Komik
EVIL Cinderella
HanSenpai24
Skrip Film
Cinta Diwaktu Itu
Syeihan Gus Sajad
Novel
Limerence
tatiana
Novel
Bronze
Lentera
silvi budiyanti
Novel
Bronze
Air Mata yang Telah Mengering
Dewi Hastuti
Skrip Film
(Script Film) The Sun, The Moon, and The Truth
Aisya Nurramadhani
Cerpen
Bronze
Tentang Seorang yang Ingin Melempar Tahi ke Wajah Koruptor
Habel Rajavani
Cerpen
Catatan si Anak Emas
Rizki Mubarok
Cerpen
Bronze
Dialog Mimpi Handaka
awod
Novel
Bronze
Karir & Cinta
Lusi permata sari
Novel
One Fine Day (Become Mama)
Arinaa
Skrip Film
Dramaturgi
Hendra Fahrizal
Rekomendasi
Flash
Sekejap Senja, Selamanya Rasa.
Putri Rafi
Flash
Antara Jeda Titik Koma dan Tanda Seru
Putri Rafi
Flash
Kala Hujan
Putri Rafi
Flash
Aku Lihat Surga di Mata Ibu
Putri Rafi
Flash
Koin Odong-odong
Putri Rafi
Cerpen
Bronze
Payau Emas Terlarang
Putri Rafi
Flash
Bronze
Mobil Lampu Merah
Putri Rafi
Novel
1 Jejak Rasa
Putri Rafi
Cerpen
Tukang Sayur Kehilangan Motor
Putri Rafi
Cerpen
Di Mana Hasil Panen?
Putri Rafi
Cerpen
Terpaksa Merampok
Putri Rafi
Novel
Si Kecil di Dalam Diriku
Putri Rafi
Cerpen
Sekolah Orang Dalam
Putri Rafi
Flash
Bronze
Gara-Gara PR sekolah
Putri Rafi
Flash
Rumah Kunci
Putri Rafi