Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku dan Nenek baru saja selesai sarapan. Aku juga sudah selesai membersihkan meja makan.
“Nek, terima kasih atas semuanya. Maafkan aku, kalau aku belum bisa membalas kebaikan Nenek,” ucappku tulus.
“Sama-sama. Tidak perlu memikirkan lain-lain. Nenek ikhlas.” Nenek mengusap bahuku dengan lembut.
“Nek, hari ini aku akan mencari temanku, lalu kemballi ke kota bersama-sama.”
Nenek mengangguk, “Semoga kalian dipertemukan. Hati-hati di jalan dan selalulah berdoa.”
Aku mengangguk dan memeluk Nenek.
Dengan berat hati aku meninggalkan rumah Nenek yang sederhana tapi hangat. Melewati pasar, aku menukar sepatu pantofelku dengan jahe cocou. Jahe ini memberikan khasiat menahan lapar dan efek menakjubkan lainnya.
Di pegunungan Camel's Hump, aku dihadang para bandit yang menamakan diri mereka Male. Tubuh mereka besar dan mengerikan. Mereka juga membawa senjata. Aku tidak gentar, aku terbiasa dengan perkelahian.
Cukup sulit, tapi aku akhirnya berhasil mengalahkan mereka.
***
Rombongan Claude.
Akhirnya rombongan Claude sampai di pegunungan Camel’s Hump. Mereka terlihat kelelahan dengan napas yang terengah-engah. Mereka memutuskan untuk istirahat sejenak. Nisty mengeluarkan jahe roten dan diberikan ke Agin. “Makanlah ini, Agin. Jahe ini bisa menambahkan kekuatan baru bagimu. Aku khawatir nanti kita akan berhadapan dengan bandit Male.”
Setelah dirasa cukup beristiirahat, rombongan kecil itu melanjutkan perjalanan.
“Bedebah! Pergi atau aku akan meremukan tulang kalian!”
Claude dan kawan-kawan terkejut. Mereka mencoba mencari asal suara itu.
“Hei, sepertinya suara itu dari sana.” Agin mengarahkan jari telunjuknya ke rumah panggung setinggi 13 meter.
Mereka bisa melihat ada seorang pemuda menghadapi 2 orang bertopeng yang menodongkan senjata golok ke arah pemuda itu.
Perkelahian terjadi. Pemuda yang dikeroyok,mengenakan kaos putih bertuliskan “My Feeling Good”. Seorang bandit berhasil menebaskan goloknya ke tubuh si pemuda. Kaos pemuda itu sobek dan terjadi kejadian yang ajaib.
Otot-otot pemuda itu membesar. Tubuhnya juga meninggi bak raksasa. Pemuda itu berubah menjadi raksasa Doritos de Deluxe.
Doritos adalah raksasa dari hasil rekayasa genetik yang dilakukan oleh Profesor William. Doritos kabur saat dia diutus Presiden untuk melawan bandit-bandit di pulau itu.
Rumah itu terlihat terbakar yang entah bagaimana bisa begitu, yang jelas rumah itu sudah mulai tidak kokoh lagi. Benar saja, tidak lama kemudian rumah itu roboh. Sebelum benar-benar hancur di tanah, Doritos muncul dari balik kobaran api dan melompat keluar.
Nisty bergegas mendekati Doritos yang mulai berdiri tegap. Lainnya mengikuti Nisty dengan perasaan was-was.
“Hai, kawan lama. Akhinya datang juga,” ucap Doritos ke Nisty.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Nisty yang serius mengamati tubuh Doritos, mencari bekas luka.
“Aku baik-baik saja.” Doritos menoleh ke belakangnya, ke rumah panggung yang terbakar. “Tapi aku tidak yakin dengan mereka. Sepertinya sudah terbakar habis.”
Nisty dan lainnya menatap ke kobaran api dengan perasaan ngeri.
“Apakah kamu membaawa yang kuminta?” tanyaDoritos ke Nisty.
“Ya. Sebentar.” Nisty merogoh ke dalam tasnya dan mengeluarkan jamur yang berwarna kuning keemasan. “Jahe roten untukmu.”
“Boleh juga jahe ini. Masih berkilau.” Doritos langsung melahap semua jahenya. Dari tubuh Doritos keluar cahaya kuning yang menakjubkan.
“Amazing!” seru Claude yang takjub.
Di situlah Doritos baru menyadari situasinya. Dia menatap Claude, Agin, dan Bolu dengan tanda tanya.
“Siapa mereka?” tanyanya.
“Oh,mereka teman-teman baruku. Perkenalkan, manusia babi namanya Agin. Ini Claude, si yang tersesat, dan beruang yang suka hibernasi, Bolu.” Nisty memperkenalkan semua.
“Ya, ampun, sudah mau malam. Gimana kalau kita ke pengusian ‘Artha Smile’? Itu dekat dengan Desa Jahe,” saran Bolu.
“Boleh juga. Sudah lapar ini.” Claude merabai perutnya yang keroncongan.
“Setuju. Kebetulan aku ada mie instan.” Nisty tersenyum dan mengeluarkan mie instan dari dalam tasnya.
Mereka semua melanjutkan perjalanan ke pengungsian ‘Artha Smile’. Sampainya di sana, mie pun dimasak dan disantap bersama-sama.
Claude menatap Doritos, menimbang-nimbang untuk bertanya.
“Ada apa?” tanya Doritos yang langsung menangkap mata Claude.
“Mmm…, boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Claude hati-hati.
“Boleh.”
“Tadi Nisty bilang kalau kamu kabur dari perintah Presiden. Kenapa? Bukankah memburu bandit itu mulia, karena kan mereka kejam.”
Doritos tersenyum tipis. “Itu hanya omongan di luar. Kenyataannya, Presiden ingin aku menghabisi seluruh penduduk di Pulau Jahe ini, tanpa terkecuali. Presiden ingin menjajah dan menguasai pulau indah ini.”
Semua menatap Doritos dengan kagum.
“Bagaimana caramu kabur?” tanya Agin.
“Aku melompat dari pesawat. Aku masih selamat karena aku cepat ditemukan dan cepat dirawat di rumah sakit desa. Aku benar-benar sangat berhutang budi pada mereka. Menjaga desa ini adalah bentuk balas budiku,” jawab Dorito dengan penuh makna.
Semua kagum dengan keputusan baik Doritos. Lalu, masing-masing berbagi cerita dan juga menceritakan tujuan mereka. Doritos dengan semangat mengatakan akan ikut menangkap monster laut itu.
Setelah makan dan cukup istirahat, mereka pun melanjutkan perjalanan.