Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Aksi
Lembah Fever—Nisty
0
Suka
38
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Lembah Fever – Nisty

“Huft…, ternyata melelahkan juga. Tapi,untungnya aku sudah mendapatkan jahe roten yang banyak. Cukup untuk persediaan dan dijual.

Tapi, kok, tidak ada gangguan dari Crazy Buns, ya? Apa mungkin mereka sedang beristirahat di Gua Heavy Bat?

Kalau gitu, aku harus mengendap-endap untuk dapatin jahe heavy gold.

Oke! Kita berangkat!” ucapku bersemangat.

Cuaca sangat panas,matahari begitu terik, tak menghalangi tujuanku. Wilayah bebatuan, dengan mudah aku lalui. Aku sangat bersemangat. Dengan cepat, aku sampai di depan mulut gua yang berbentuk seperti kepala kelelawar.

Perasaanku gentar tapi aku harus tetap masuk untuk mendapatkan yang aku mau. Saat satu kaki melangkah masuk, tubuhku bergetar hebat. Kukuatkan diriku untuk melangkah pada kaki berikutnya dan tubuhku merinding. Ada begitu banyak Crazy Buns yang sedang tidur dan sekitar mereka ada banyak jahe gold heavy yang mengeluarkan cahaya keemasan, itu bisa menjadi penerang bagiku.

Mengendap-endap juga sangat hati-hati jahe gold heavy aku kumpulkan. Berulang-ulang juga aku melihat ke Crazy Buns, memastikan mereka tetap tidur.

“Tolong! Tolong! Apa ada orang di sini?”

Hampir saja jantungku copot, saat mendengar suara teriakan manusia selain aku. Aku menoleh ke Crazy Buns lagi, merasa lega karena mereka tidak terganggu.

Suara itu berasal dari atas, jadi aku buru-buru menaiki anak tangga yang terbuat dari batu-batu alam yang diukir.

“Tolong! Tolong aku!” 

“Sttt! Diam! Aku hampir sampai,” teriakku dengan suara tercekat, berharap para Crazy Buns tidak terbangun.

Akhirnya aku melihat seorang pria, mengenakan kaos putih dengan kemeja biru sebagai outer-nya. Dia mengenakan celana panjang jeans yang dilipat sedikit di bagian bawah, sepatunya berwarna hitam putih.

“Siapa kamu?” tanyaku keheranan. “Kenapa kamu ada di sini?”

“Namaku Claude. Aku melarikan diri dari monster laut dan seekor elang raksasa menangkapku, lalu menjatuhkanku ke atas sini.”

Tiba-tiba muncul seekor babi setengah manusia, yang begitu besar. Tingginya 2 meter. Dia mengenakan zirah besi dan membawa pedang di pundaknya. Di salah satu matanya ada bekas sayatan panjang.

“Aku datang karena ada masalah besar,” ucapnya.

“Masalah besar apa?” tanyaku penasaran.

“Ada monster Gramy yang suka merusak kapal dan memakan manusia, yang melewati wilayahnya. Wujudnya seperti kadal raksasa dan dia  tinggal di dasar laut, yang gelap.”

“Ahhh! Sepertinya aku sudah melihat makhluk itu,” ucap Claude. “Pesawat yang aku tumpangi mengalami masalah. Aku dan penumpang lainnya keluar dari pesawat menggunakan parasut. Beberapanya jatuh ke laut. Aku dan beberapa lainnya jatuh di pepohonan. Saat itulah aku melihat hewan raksasa berwarna hitam, muncul dari laut, memakan mereka yang di laut dan mengejar kami yang di darat.”

Aku bergidik ngeri. Aku tidak berani membayangkan lebih karena aku mulai takut.

“Mmm…, ngomong-ngomong nama kalian siapa? Kita kan belum kenalan.” Claude meringis dengan sudut bibir melengkung ke atas.

“Hahaha…, kau cukup unik juga. Namaku Ginger Piglin. Aku biasa dipanggil Agin,” ucap si babi setengah manusia.

“Namaku Nisty. Sebaiknya kita cepat keluar dari sini sebelum para Crazy Buns bangun,” saranku yang disetujui mereka berdua.

Kami pun bergegas keluar, tapi tetap hati-hati. Sampai di luar, Claude ingin mencari temannya. Aku dan Agin setuju membantu. Tapi hari sudah mulai gelap saat kami sampai di bibir pantai. Bulan naik untuk memberikan cahaya tenang bagi anak-anak dan semua makhluk hidup yang sudah atau akan tidur.

“Bagaimana kalau kita ke gua untuk istirahat,”  saranku.

“Setuju! Badanku capek dan aku ingin istirahat meskipun sebentar,” sahut Claude antusias.

“Ya, aku juga setuju. Kita harus cari guanya sekarang,” ucap Agin.

“Tidak perlu. Aku punya teman beruang bernama Bolu. Dia baik dan dia tinggal  di gua sendirian. Aku yakin dia tidak akan keberatan kalau kita istirahat sebentar di guanya.”

Claude dan Agin mengangguk, kami pun berjalan menuju gua Bolu.

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Aksi
Flash
Lembah Fever—Nisty
karyasmpitinsankamil
Flash
Bronze
Bakat
DMRamdhan
Novel
Bronze
Surga yang Meleset
Nurul Arifah
Flash
Pantang menyerah
Hendry
Flash
Bronze
Walid Di Tengah Badai
penulis kacangan
Cerpen
ARKA DAN MALAM PENUH AKSI
Penulis N
Novel
Jual Obat Cytotec (Asli) Depok WA : 081222292216
Sarihusada
Cerpen
Bronze
Kebal Peluru
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
A MILLION WHO
Husnulispedia
Flash
Bronze
Lain
Febby Arshani
Flash
Bronze
Desa Ular Kayu
Silvarani
Cerpen
Akhir Sebuah Perang
DMRamdhan
Flash
Bronze
Desa Naga Api
Silvarani
Novel
Ankle Breaker: Batam Hail Basketball
Dhimas Ardhio
Flash
Bronze
Femina Bicara
Melia
Rekomendasi
Flash
Lembah Fever—Nisty
karyasmpitinsankamil
Flash
Yard
karyasmpitinsankamil
Cerpen
Bronze
Mencari Cara Pulang
karyasmpitinsankamil
Flash
Gua Bolu
karyasmpitinsankamil
Flash
Tim Penyelamat
karyasmpitinsankamil
Flash
Pulau Ginjer
karyasmpitinsankamil
Flash
Pinggiran Pulau (Yard)
karyasmpitinsankamil