Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bersantai, satu kata yang menggambarkan keadaanku saat ini. Duduk-duduk, rebahan, berguling-guling, atau diam saja tidak melakukan apa pun, tidak juga memikirkan apa pun. Kegiatan yang menenangkan, tanpa gangguan.
Namun, di hari itu, bersantaiku berubah menjadi petualangan yang mendebarkan juga melelahkan.
***
Pulau Gingger
Di pulau ini, ada beragam macam tanaman jahe; ada jahe merah, ada jahe gajah, ada juga jahe emprit. Tapi, bukan hanya jenis jahe-jahe itu saja yang ada di Pulau Gingger, ada lagi jahe-jahe jenis lainnya yang memiliki khasiat tak terduga.
Jahe hardrove, bisa memberikan tambahan energi bagi yang memakannya atau mengolahnya menjadi minuman. Energi yang meningkat bisa mencapai 50%.
Jenis jahe ini sedikit sulit di dapat. Jahe hardrove tumbuh di pegunungan Camel’s Hump. Ada Pasukan Nale yang mengerikan di sana. Pasukan Nale itu bertugas untuk menjaga jahe hardrove agar tidak dicuri atau diambil sembarangan. Mereka bersenjta dan menjaga ketat wilayah itu.
Hari ini, aku pergi untuk mengambil jahe roten. Jahe ini memiliki khasiat mengembalikan masa otot hingga 10% dalam 30 menit. Aku juga akan mengambil jahe gold heavy yang akan kujual ke Desa Tumeric.
Kedua jahe itu ada di Lembah Fever Lonel yang menyeramkan. Meski begitu, aku tidak gentar. Namaku Nisty dan aku tidak takut apa pun.
***
Kota Planton - Yard dan Claude.
Namaku Yard. Hari ini aku mengenakan celana biru, kemeja putih, dan sepatu pantofel. Tak lupa juga aku membawa tas ransel hitam untuk berpergian. Ya, hari ini aku akan ke berpergian ke Singapura dan ke Turki, bersama temanku Claude.
Kami memutuskan akan ke bandara dengan menggunakan sepeda motor vario warna putih. Selain itu akan membuat perjalanan kami lebih cepat, juga untuk menghemat ongkos.
Tanpa diduga, di tengah perjalanan kami dikejar sekelompok pemuda bersenjata tajam dan juga mengendarai sepeda motor. Mereka adalah klitih, sekelompok pemuda yang sering berkeliling dengan senjata tajam dan berbuat keonaran pada siapa pun.
“Claude, ngebut, cepat!” teriakku pada Claude yang mengemudikan sepeda motor.
Tanpa menjawab, Claude menaikkan gas motor dan melaju kencang, melampaui parra gerombolan itu.
Akhirnya kami sampai juga di Bandara Rostacros dalam keadaan selamat. Kami menitipkan motor kami di parkiran bandara.
Kami bergegas menuju ke gate keberangkatan dan menuju ke lobi maskapai sesuai tujuan. Tiket dan bawaan kami diperiksa petugas, barulah kami diizinkan masuk ke dalam pesawat.
Beruntung aku duduk di dekat jendela pesawat. Aku bisa melihat awan-awan putih yang menggumpal, menciptakan ilusi optik yang menyenangkan.
“Yard! Yard! Bangun!”
Aku terbangun dengan kebingungan. Rupanya aku baru saja ketiduran.
“Pakai ini, Yard.” Claude memberikan ransel kecil yang segera kukenakan.
Orang-orang mulai ribut di kursi masing-masing. Pramugari masih memberikan arahan bagaimana menggunakan parus darurat.
Tiba–tiba aku merasa kalau pesawat seperti menabrak sesuatu. Pilot mengatakan kalau pesawat kami baru saja terkena rudal. Tidak ada pilihan, kami harus segera keluar dari pesawat, sebelum pesawat jatuh dan meledak.
Satu per satu penumpang keluar dari pesawat, tak terkecuali aku dan Claude.