Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Mimpi Kita
16
Suka
15,269
Dibaca

Srek … Srek ….

Tangan kecilmu terlihat membersihkan dedaunan yang ada di bawah pohon rambutan itu. Kamu menoleh kepadaku. “Hei, kenapa kau diam saja! Dasar lelaki tak berguna!” ucapmu sarkasme. 

Aku hanya duduk di sampingmu. Melihat apa yang kamu lakukan.

Aku melihatmu saat kamu memegang pacul Mang Johan. Tanganmu sangat terampil menggali tanah. “Cepat bantu aku!” katamu. “Kalau tidak dalam, nanti terlihat oleh orang yang lewat di sekitar sini. Gunakan linggis itu!”

Aku memegang linggis yang kamu tunjuk. Aku kerahkan tenagaku untuk menggali lebih dalam lagi. “Sudah?” Aku menoleh kepamu.

“Masih kurang dalam!” Kamu mengambil linggis itu dari tanganku dan mulai mencabik-cabik bekas galian yang aku buat. Sangat tidak manusiawi. Napasmu sudah mulai kacau, begitupula dengan keringat di pelipismu.

“Sini, aku gantikan!”

Kamu duduk berselonjor di atas tanah. Tangan kotormu mengusap wajahmu yang terlihat seperti gembel kelaparan. “Apa lihat-lihat?”

Aku menatapmu dengan senyum sinis. “Kamu memang aneh!”

Aku duduk di sampingmu.

“Lima belas tahun lagi, kita sudah jadi orang dewasa. Kita harus datang ke sini. Kita baca mimpi-mimpi kita. Apakah mimpi kita akan menjadi kenyataan? Atau malah sebaliknya. Yang tidak terwujud harus mau diceburin ke kolam ikan Mang Johan!” celotehmu sembari memasukkan botol coklat bekas kecap manis berisi kertas bertuliskan 100 mimpi kita ke dalam lubang itu.

“Kalau begitu aku harus berjuang mewujudkan mimpi itu!”

“YA, HARUS!” jawabmu mantap sembari menginjak-injak bekas lubang itu dengan kaki mungilmu.

“Semoga kamu bersedian di masa itu,” ucapku lirih.

“Ha?”

Aku tersenyum kepadamu saat itu.

Kamu tahu apa mimpiku saat itu? Mimpiku adalah mimpi kita. Aku berharap kamu adalah masa depanku. Menyematkan cincin di jari manismu adalah impian terbesarku saat usiaku masih 10 tahun.

Dan kini … kamu sedang bercanda, tertawa, dan mengulang beberapa adegan itu bersamaku di tempat yang sama. Namun, sudah ada cincin yang melingkar di jari manismu. 

“Selamat ya!” ucapku kepadamu. “Aku siap masuk kolam Ikan Mang Johan. HAHA.”

“Ah, sayangnya kolam ikan itu sudah berevolusi menjadi butik. Bagaimana kalau kamu yang bayar separuh acara resepsi pernikahanku? Atau … seperempat?”

Kita tertawa terbahak-bahak ditemani angin semilir yang menerpa untaian rambut panjang hitammu. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@vamadina : Terimakasih sudah mampir kak, senang sekali bisa tau apa kata pembaca. :)
Saya menikmati
@donitonga : makasih kak udah baca, :)
Berasa sampai sini loh...
Wkwk, ya dong. Laki, kalau panjang juga bisa sih laki. Wkwk
Rambutku pendek mbak.
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
SILENT TSUNDERE
Xchalant
Novel
Bronze
Jangan Ambil Surgaku
Ari Keling
Novel
Bronze
Sujud Terakhir Bapak
Alfian N. Budiarto
Novel
Bronze
Hadiah dari TUHAN
Rizky Ade Putra
Skrip Film
REALITY ZONE SCRIPT
Nia Wijaya
Flash
Mimpi Kita
Sena N. A.
Novel
Bronze
Rainbow In My Love
ArsheilaW
Novel
Bronze
DURHAKA (KUTUK dan SENGSARA)
KUMARA
Novel
Cerita Gadis Kecil
Dini Pujiarti
Novel
Bronze
ALDRICK.
N. Sabrina Putri
Novel
Hi Cold Prince
Jalvanica
Skrip Film
My World Will Be Yours
Sara Budi S
Novel
Untuk Kakak
Cahya hanifah
Novel
Gold
Bringing Up Bebe
Bentang Pustaka
Novel
Masha Man
Irvinia Margaretha Nauli
Rekomendasi
Flash
Mimpi Kita
Sena N. A.
Flash
Lelaki dengan Sepatu Jebolnya
Sena N. A.
Flash
Jam Tangan
Sena N. A.
Flash
Kapan Aku Bangun?
Sena N. A.
Flash
Yang Tak Nyata
Sena N. A.
Novel
Bronze
Dawuh
Sena N. A.
Flash
Jangan Makan Pisang Itu! Pamali!
Sena N. A.
Flash
Batal Berbuka
Sena N. A.
Flash
Salah Sambung
Sena N. A.
Flash
Mengejar Pesawat Pembawa Uang
Sena N. A.
Flash
Di Kereta: Kursi Kita
Sena N. A.
Flash
Brownies (O)Rasa Bayar
Sena N. A.
Flash
Suapan Terakhir
Sena N. A.
Flash
Bangku Ujian
Sena N. A.
Novel
Bronze
Gerbang Ke Empat
Sena N. A.