Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Pangestri, Sebuah Anak Panah Dari Raga Yang Menari
3
Suka
3,261
Dibaca

Pada batas dunia yang semakin gelap, panggung pertunjukan yang dibangun lelaki selama berabad-abad. Di bawah sorot remang cahaya yang melesak masuk ke dalam pori-pori bumi yang bising, berdirilah Pangestri dengan tegak dan lenturnya. 

Ia menyerupa seutas wol merah, menari di antara bisik suara-suara ganjil dan asumsi yang merayapi dinding-dinding ruang gagasannya. Tubuh dan hatinya meliuk-liuk. Tubuh itu bukan semata bongkahan daging dan tulang belulang, tapi kelindan perlawanan di antara perjalanan ruang dan waktu. 

Setiap pijakannya menapak bumi, bisikannya di udara, dan diamnya menatap dunia adalah mantra. Setiap lekuk sendinya adalah doa yang dilangitkan tanpa suara bising, yang hanya bisa dipahami oleh bumi yang diam dan langit yang mengamati. Setiap gerakannya adalah manuskrip kehidupan, yang ditorehkan oleh gelisah dan sunyi.

Pangestri menari. Ia bergerak bukan untuk dipuja-puja, bukan pula untuk memikat persepsi di kepala manusia yang bicara dengan mulut berbusa. Ia menari untuk merobohkan nilai yang diusung oleh titian berundak sebuah relasi kuasa. Sangkar tak kasat mata.

Sangkar itu tak terbuat dari besi atau baja, bahkan bukan dibangun dari kuasa sang pencipta. Ia dibangun dari celoteh dunia dan telunjuk yang menunjuk: perempuan harus begini, perempuan harus begitu.

Sangkar yang menyayat lebih tajam dari belati, norma yang mencipta pagar-pagar batas.

Setiap mendak dan gerakan memutar Pangestri menyusur lantai, sangkar itu perlahan ambruk, menyerpih, mengabur di antara liuk yang membebaskan tubuhnya di udara.

Setiap gerakan tubuhnya menekuk, menerjang udara melawan arah putar waktu, sangkar itu kehilangan cengkeramannya, menjadi serpih debu beterbangan, lenyap subliminal bersama helaan napas letih.

Rambut Pangestri menabun, menjadi asap dupa, membangunkan dewata yang tertidur lelap. Matanya memejam, namun benderang terpancar dari tubuhnya yang menyala terang, mengiris kelam malam seperti panah api. 

Kakinya yang menari, bagai akar tertancap jegang, menyentuh nadi kehidupan pada kedalaman yang paling muram. Ia mendengar suara-suara menyalak bising:

"Tak pantas."

"Diam."

"Ikuti jalan yang telah ditentukan untukmu."

Pangestri melengkungkan senyum di bibirnya. Meski mulutnnya mengatup, tubuhnya menjawab dengan gelegar bara api yang berdegam-degam: tarian adalah bahasa yang tak perlu ejawantah. Ia menyurup mencipta badainya sendiri: halus, liar, memesona. Punggung dan kakinya melenting, membelah ruang dan waktu.

Ia berputar, tanpa pernah tahu lelah, tak butuh jeda, hingga ruang-ruang rapat yang menjerat tubuhnya menjadi debu, luluh lantak di bawah telapak kakinya.

Pangestri menjelma busur, lengannya serupa lontaran udara. Ia menjadi anak panah tajam.

Pangestri melesat dari raga yang paling fana, melaju, mengoyak langit yang dulu membatasi mimpi dan harapan. Ia terbang, melintasi suara-suara bimbang, melewati asumsi dan narasi, menoreh segala yang dianggap batas.

Di langit sana, di angkasa yang nyaris tak terjamah, Pangestri menjelma cahaya. Tak punya sangkar, tak ada lagi batas dan belenggu, hanya sunyi yang paling murni. Sebuah ruang gagasan yang paling nyenyat.

Tinggi di atas sana, bumi tampak kecil, seperti tanah yang pernah dikepal oleh tangan-tangan kuasa. Pangestri menjentik jemari lentiknya. Tertawa dalam denting yang memanggil jiwa-jiwa untuk bangkit mengikutinya. Ia tak lagi menari. Ia serupa arah. Melesat sebagai anak panah.

Pada bumi yang ditanggalkannya, di antara belenggu yang menahan ruang gagasannya, yang tersisa hanya debu dan abu. Seolah Pangestri hanya mimpi yang pernah ada, legenda yang sulit untuk digapai. Yang kini menjadi suar bagi mereka yang ingin merdeka.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Rain Puddles
Rakell
Novel
Di Balik Senyuman Itu
Rintik Hujan
Skrip Film
SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
Widhi ibrahim
Flash
Bronze
Dialog Kematian
SIONE
Flash
Pangestri, Sebuah Anak Panah Dari Raga Yang Menari
Foggy FF
Novel
Gold
Hwaiting 2 Dream Comes True
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Realitas Tak Seindah Kata Mutiara: Kumpulan Cerpen
Charisma Rahmat Pamungkas
Novel
Sayang Abang
Rissa Sahara
Flash
Princess Without Manners
Irvinia Margaretha Nauli
Flash
Bronze
Bait Kenangan
Leni Juliany
Novel
Bronze
Bleu
Seli Suliastuti
Novel
My Amazing Brother
Yaz
Skrip Film
UNDERCOVER (Kembalinya Pendekar Suling Emas Part 1)
Lyinspi
Flash
Bronze
Kapan Nikah?
Reyan Bewinda
Novel
Bronze
BETTER HALF
KUMARA
Rekomendasi
Flash
Pangestri, Sebuah Anak Panah Dari Raga Yang Menari
Foggy FF
Flash
Aku, Dirimu, dan Palung Mariana
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy FF
Novel
Bronze
Sulur Waktu
Foggy FF
Cerpen
Jingga dan Pelangi di Manik Matanya
Foggy FF
Flash
Rohaya dan Secangkir Sidikalang
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Pesawat Kertas
Foggy FF
Flash
Putra
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Milo dan Silo
Foggy FF
Cerpen
Namaku Luka
Foggy FF
Cerpen
Warteg Cinta
Foggy FF
Cerpen
The Legacy
Foggy FF
Cerpen
Bronze
CINTA SAJA SEHARUSNYA CUKUP
Foggy FF
Flash
Seuncang Beras
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Save the Last Dance
Foggy FF