Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Pangestri, Sebuah Anak Panah Dari Raga Yang Menari
3
Suka
6,557
Dibaca

Pada batas dunia yang semakin gelap, panggung pertunjukan yang dibangun lelaki selama berabad-abad. Di bawah sorot remang cahaya yang melesak masuk ke dalam pori-pori bumi yang bising, berdirilah Pangestri dengan tegak dan lenturnya. 

Ia menyerupa seutas wol merah, menari di antara bisik suara-suara ganjil dan asumsi yang merayapi dinding-dinding ruang gagasannya. Tubuh dan hatinya meliuk-liuk. Tubuh itu bukan semata bongkahan daging dan tulang belulang, tapi kelindan perlawanan di antara perjalanan ruang dan waktu. 

Setiap pijakannya menapak bumi, bisikannya di udara, dan diamnya menatap dunia adalah mantra. Setiap lekuk sendinya adalah doa yang dilangitkan tanpa suara bising, yang hanya bisa dipahami oleh bumi yang diam dan langit yang mengamati. Setiap gerakannya adalah manuskrip kehidupan, yang ditorehkan oleh gelisah dan sunyi.

Pangestri menari. Ia bergerak bukan untuk dipuja-puja, bukan pula untuk memikat persepsi di kepala manusia yang bicara dengan mulut berbusa. Ia menari untuk merobohkan nilai yang diusung oleh titian berundak sebuah relasi kuasa. Sangkar tak kasat mata.

Sangkar itu tak terbuat dari besi atau baja, bahkan bukan dibangun dari kuasa sang pencipta. Ia dibangun dari celoteh dunia dan telunjuk yang menunjuk: perempuan harus begini, perempuan harus begitu.

Sangkar yang menyayat lebih tajam dari belati, norma yang mencipta pagar-pagar batas.

Setiap mendak dan gerakan memutar Pangestri menyusur lantai, sangkar itu perlahan ambruk, menyerpih, mengabur di antara liuk yang membebaskan tubuhnya di udara.

Setiap gerakan tubuhnya menekuk, menerjang udara melawan arah putar waktu, sangkar itu kehilangan cengkeramannya, menjadi serpih debu beterbangan, lenyap subliminal bersama helaan napas letih.

Rambut Pangestri menabun, menjadi asap dupa, membangunkan dewata yang tertidur lelap. Matanya memejam, namun benderang terpancar dari tubuhnya yang menyala terang, mengiris kelam malam seperti panah api. 

Kakinya yang menari, bagai akar tertancap jegang, menyentuh nadi kehidupan pada kedalaman yang paling muram. Ia mendengar suara-suara menyalak bising:

"Tak pantas."

"Diam."

"Ikuti jalan yang telah ditentukan untukmu."

Pangestri melengkungkan senyum di bibirnya. Meski mulutnnya mengatup, tubuhnya menjawab dengan gelegar bara api yang berdegam-degam: tarian adalah bahasa yang tak perlu ejawantah. Ia menyurup mencipta badainya sendiri: halus, liar, memesona. Punggung dan kakinya melenting, membelah ruang dan waktu.

Ia berputar, tanpa pernah tahu lelah, tak butuh jeda, hingga ruang-ruang rapat yang menjerat tubuhnya menjadi debu, luluh lantak di bawah telapak kakinya.

Pangestri menjelma busur, lengannya serupa lontaran udara. Ia menjadi anak panah tajam.

Pangestri melesat dari raga yang paling fana, melaju, mengoyak langit yang dulu membatasi mimpi dan harapan. Ia terbang, melintasi suara-suara bimbang, melewati asumsi dan narasi, menoreh segala yang dianggap batas.

Di langit sana, di angkasa yang nyaris tak terjamah, Pangestri menjelma cahaya. Tak punya sangkar, tak ada lagi batas dan belenggu, hanya sunyi yang paling murni. Sebuah ruang gagasan yang paling nyenyat.

Tinggi di atas sana, bumi tampak kecil, seperti tanah yang pernah dikepal oleh tangan-tangan kuasa. Pangestri menjentik jemari lentiknya. Tertawa dalam denting yang memanggil jiwa-jiwa untuk bangkit mengikutinya. Ia tak lagi menari. Ia serupa arah. Melesat sebagai anak panah.

Pada bumi yang ditanggalkannya, di antara belenggu yang menahan ruang gagasannya, yang tersisa hanya debu dan abu. Seolah Pangestri hanya mimpi yang pernah ada, legenda yang sulit untuk digapai. Yang kini menjadi suar bagi mereka yang ingin merdeka.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
PERSAHABATAN
Febri Kurniawan
Skrip Film
SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
Widhi ibrahim
Skrip Film
KALA SENJA DI KEMARAU
Ara Segara
Flash
Pangestri, Sebuah Anak Panah Dari Raga Yang Menari
Foggy FF
Flash
Kalau Nanti
Hilyati Marsyalita
Cerpen
Tekanan
M. Ferdiansyah
Novel
SUNDAL
Utep Sutiana
Novel
SUKMA: Masa bermain yang hilang
Anggy Pranindya Sudarmadji
Skrip Film
PERTARUNGAN CINTA
Christina Septi
Flash
PELARIAN
Cassandra Reina
Flash
Stairway To Heaven
Ika nurpitasari
Flash
Bronze
Persahabatan atau Cinta
Ika nurpitasari
Cerpen
Tentang Sebuah Halo
Haryati SR
Novel
Goresan Pena Azmia (catatan kecil Bram)
R Hani Nur'aeni
Flash
Beruntung
IyoniAe
Rekomendasi
Flash
Pangestri, Sebuah Anak Panah Dari Raga Yang Menari
Foggy FF
Novel
Bronze
Sulur Waktu
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Ohrwurm
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Milo dan Silo
Foggy FF
Flash
Laju Lari
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Save the Last Dance
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Babi Ngepet
Foggy FF
Cerpen
Bronze
CINTA SAJA SEHARUSNYA CUKUP
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy FF
Flash
Putra
Foggy FF
Flash
Rohaya dan Secangkir Sidikalang
Foggy FF
Flash
Merindu di Safarwadi
Foggy FF
Flash
Seuncang Beras
Foggy FF
Flash
Kapan-Kapan Kita Foto Berlatar Biru
Foggy FF
Flash
Aku Akan Menemuimu di Senja yang Sama
Foggy FF