Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kilauan cahaya air membuat mata seketika tertuju. Dahi pun ikut mengerut hampir menyatukan kedua alis. Dan mata diam-diam mulai mengintip demi melihat keindahan surya yang hadir di bagian ufuk barat itu.
Kinanti yang turut terpesona mulai menyanyikan lagu dari sebuah kata yang dibalur dengan nuansa musik ukulele nan syahdu ala anak senja bersama sahabatnya Keke. Lagu itu pun sedikit demi sedikit tercipta dalam tiap petikan kunci senar.
Bunyi petikan ukulele itu semakin bergema dan Kinanti turut menambahkan lirik.
Kicauan burung nan nyaring. Tidak seberisik pikiranku. Walau rasa ini tak berlalu. Bayanganmu masih samar mengikuti jejakku. Lantas harus kah Aku berlari sekencangnya....
Suara Kinanti mulai getir di pertengahan lagu.
Keke pun tersadar. Dan dengan sigapnya mengambil senjata pamungkas. Yap, ini dia es krim cokelat diberi toping kacang almond kesukaan Titi panggilan akrab Kinanti.
"Hey, Tii. Cukup galaunya!" Keke sedikit membuat aksi sulap memunculkan barang.
"Jreng jeng jeng. Ini dia es krim untukmu. Ayo dimakan sebelum jadi cair loh," ujar Keke.
Kinanti mulai mengusap matanya. Segera meraih es krim itu.
"Wah, ngerti aja butuh yang manis," sahut Kinanti.
Keke menunjukkan wajah yang tidak heran, "Gimana ya, udah kode alam kayaknya," canda Keke.
Dan mereka berdua menikmati es krim sambil duduk di bawah pohon kelapa yang rindang. Lalu muncullah angin yang beriak ke segala arah turut menenangkan kegundahan lirik yang dinyanyikan Kinanti.
"Andai dunia setenang ini, apakah Aku akan berisik?" lirih Kinanti seketika.
Keke terheran temannya ini sudah galau ada saja kata bijaknya.
"Iyaa, andai seperti itu," jawab Keke.
"Tapi Ke, terkadang Aku ingin kembali ke masa lalu. Semuanya baik-baik saja tanpa sepi menyergap," ujar Kinanti sambil menghela nafas.
Keke mulai memikirkan jawaban pertanyaan ini, "Hmm, ini terasa seperti ujian yang harus dijawab dengan tepat. Kalau salah bisa panjang, gawat banget!" Keke bergelut dengan pikirannya.
"Tii, Aku paham perasaan kamu. Pasti ada kalanya dalam pemeran di naskah kehidupan kita silih berganti. Kamu harus ikhlas yaa," jawab Keke dengan gaya motivatornya dan menepuk pundak Kinanti.
Dan Kinanti mulai tertawa mendengar jawaban itu, "Kamu emang andalan Aku, Ke. Hah. Itu benar hidup harus berjalan," lantang Kinanti mengucapkannya.
"Ini baru Titi yang Aku kenal!" Keke mulai tersenyum.
Langit telah menunjukkan warna biru kegelapan dan sinar kerlap kerlip bintang menghiasi. Pertanda senja telah usai. Dua sahabat ini akhirnya pulang dengan tawa riang.