Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kembali
1
Suka
7
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Aku memotong telur dadar jadi kotak-kotak sempurna, seperti yang selalu dia minta. Separuh untukku, separuh untuk piring kosong di seberang meja. Dulu, dia akan mencuri sepotong sambil terkikik, “Muka kamu kaya abis nyanyi lagu galau!” Kini, meja kayu ini terasa terlalu luas, hanya memantulkan bayanganku yang sepi. Sambal terasi di piring tiba-tiba terasa lebih pedas, atau mungkin itu air mataku yang tak sengaja jatuh.

“Dua minggu lagi, kita nikah bareng, ya?” janjinya setahun lalu, saat kami berbaring di ranjang kembar, menatap langit-langit penuh stiker glow-in-the-dark. “Pria mana yang bisa pisahin kita?” katanya, tangannya menggenggam erat tanganku. Tapi pria soleh itu datang, dengan senyum lembut dan doa-doa yang membuatnya jatuh. Dia pergi, membawa kembaranku ke kehidupan baru yang penuh cahaya, sementara aku tersesat di bayang-bayang janji kami.

Kamar kami kini hening, seperti rumah yang lupa bagaimana bernapas. Ranjangnya masih rapi, selimutnya dingin tanpa jejak kehangatan. Aku menyentuh bantalnya, mencari sisa aromanya, tapi yang kurasakan hanya kosong. Dulu, kami akan bertengkar kecil soal siapa yang harus mematikan lampu, tapi sekarang, aku membiarkan lampu menyala—mungkin agar ruangan ini tak terasa begitu mati.

Ponselku berdering, menyala dengan foto kami berdua, wajah tertutup filter kelinci yang konyol. “Sop buntutku keasinan banget tadi. Kangen masakanmu yang selalu agak gosong,” tulisnya. Aku bisa membayangkan tawanya di rumah baru itu, bersama suami yang mencintainya. Kata “bahagia” dalam pesannya terasa seperti pisau kecil, mengiris hati yang masih memeluk kenangan. Dia sudah menemukan dunianya, tapi aku masih di sini, memotong telur untuk dua orang.

Aku mengetik balasan, “Pulang, deh. Piringku kebanyakan telur tanpa kamu nyuri.” Jari-jariku ragu sebelum mengirim, tahu dia tak akan kembali. Tapi aku tetap menunggu, menatap piring kosong di seberang, berharap bayangannya muncul untuk menggoda seperti dulu. Setiap suapan terasa seperti menelan rindu, dan aku bertanya-tanya: apakah dia juga merasakan kekosongan ini di sela-sela kebahagiaannya?

Tiba-tiba, pintu depan berderit pelan. Jantungku berdegup kencang. Langkah itu… begitu mirip dengannya, ringan dan familiar. Aku menoleh, napasku terhenti, berharap melihat senyumnya yang nakal. Tapi hanya tirai yang bergoyang ditiup angin malam. Kekecewaan itu menyengat, tapi aku tak bisa berhenti menunggu—mungkin dia akan pulang, mungkin dia juga rindu.

Di lemari tua kami, tersembunyi di balik tumpukan baju, ada gaun pengantin yang dia tinggalkan. Aku belum berani menyentuhnya, tapi malam ini, aku melihat sesuatu: jahitan kecil di ujung renda, bertuliskan namaku. Jantungku tercekat. Apakah dia meninggalkan ini sengaja? Atau ada rahasia yang belum dia ceritakan? Piring di meja masih menanti, tapi kini, aku tak yakin apakah aku menunggu kembaliku… atau jawaban atas pertanyaan yang tak pernah kuucap.

-Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Sandaran Hati
Dine Safitry
Flash
Kembali
Ron Nee Soo
Novel
Gold
Turtles All The Way Down
Mizan Publishing
Novel
Bronze
DURHAKA (KUTUK dan SENGSARA)
KUMARA
Novel
Introvert
rimachmed
Novel
SETIAP WAKTU ADALAH KENANGAN
Linda Fadilah
Skrip Film
ANTING KIRI (SCRIPT)
Mario Matutu
Skrip Film
Seperti Rasi Bintang
Cantika Nova
Cerpen
Bronze
Senja Kini tak Pernah Layu
Larasatijingga
Skrip Film
Kabar Luka
Aura Putri Cantika
Cerpen
Bronze
KARAM
bibliosmia
Novel
Maafkan Aku Ayah
Muhammad Ridho
Novel
Bronze
Kisah Empat Monyet
ASRUL AZIZ SIGALINGGING
Komik
Bronze
Love to You
LUDY
Novel
Bronze
ZAIRA
Malini
Rekomendasi
Flash
Kembali
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Surat dari Jakarta
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Setiap satu sendok bumbu kacang adalah satu kesempatan yang hilang
Ron Nee Soo
Cerpen
Dalam Cinta Kubertanya?
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Lontong Sayur
Ron Nee Soo
Cerpen
Payung Hujan dan Teh Ajaib
Ron Nee Soo
Cerpen
Kehendak Ronan
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Artis Figuran
Ron Nee Soo
Cerpen
Surat Salah Alamat
Ron Nee Soo
Cerpen
Memahat Jalan
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Ketika Musik Box Berhenti Bernyanyi
Ron Nee Soo
Cerpen
Bidadari
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Rahma, Warnaku Abadi
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Apakah ada Ruang Untuk Cinta yang Sama
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Sekiranya Aku adalah Menantunya
Ron Nee Soo