Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
0
Suka
15
Dibaca

“Tunggu aku lima menit lagi,” kataku.

Kalimat yang sama yang telah kupakai terlalu sering.

Dan dia—dia selalu menunggu.

Itu yang membuatku takut.

Setiap kali aku melihat matanya menatapku penuh percaya, hatiku mencelos.

Bagaimana mungkin seseorang bisa mencintaiku sedalam itu, sementara aku sendiri bahkan belum bisa mencintai diriku dengan benar?

Aku ingin memilihnya. Sungguh.

Setiap kali kami duduk berdua di bangku kafe itu, setiap kali ia mendengarkanku bercerita, setiap kali ia tertawa pelan mendengar lelucon jelekku—aku merasa dunia berhenti. Seolah hanya kami yang ada. Dan itu cukup.

Tapi hanya cukup… saat kami berdua saja.

Begitu dunia luar masuk—tanggung jawab, keluarga, harapan yang dipaksa turun-temurun—aku kembali menjadi pengecut. Aku kembali jadi anak sulung yang harus tunduk, laki-laki yang harus realistis, calon menantu yang tak boleh membawa “ketidakjelasan” ke dalam rumah keluarga besar.

Dan dia… dia terlalu berani untuk semua itu.

Terlalu jujur. Terlalu sabar. Terlalu penuh harap.

Dan aku… terlalu takut mengecewakannya.

Maka setiap kali aku berkata, “5 menit lagi ya,” aku sedang menunda sebuah keputusan. Bukan karena aku tidak ingin datang, tapi karena aku tidak tahu apakah aku pantas berada di hadapannya saat aku belum selesai berdamai dengan diriku sendiri.

Sore itu, aku kembali menundanya.

Kembali mengecewakannya.

Dan mungkin, untuk pertama kalinya, dia benar-benar berhenti menunggu.

Malamnya, aku akhirnya mengirim pesan.

Kalimat paling pengecut yang bisa kupikirkan.

Aku akan menikah bulan depan. Bukan karena aku nggak pernah sayang kamu. Tapi aku terlalu pengecut untuk memperjuangkanmu.

Dan ketika ia membalas:

Sudah kuduga. Selamat ya. Terima kasih untuk semua lima menit yang tak pernah utuh.

Aku membaca pesan itu berkali-kali.

Tanganku gemetar.

Mataku panas.

Dan untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasa kehilangan sesuatu yang tak akan bisa kugapai kembali.

Mungkin cinta sejati bukan tentang siapa yang lebih mencintai.

Tapi siapa yang berani menetap.

Dan aku tidak cukup berani.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
lidia afrianti
Novel
Gold
Tidak Pernah Ada Kita
Bentang Pustaka
Novel
Romantika Cinta Dinar - Buku-2
TOTO M. RIANTO
Skrip Film
rasa - rasanya RASA
Muhammad Yunus
Cerpen
Bronze
Antahsvara
Shinta Larasati Hardjono
Novel
Matrealistis
Peetarii
Novel
Bronze
Antariksa
Siti Norma J
Novel
Bronze
Anti Cancer
zee astri
Novel
(im) Perfect Stuntman
Natha Al Zahidi
Novel
JANJI MEMANGGIL KEMBALI
ANNISA JAHRA
Skrip Film
Tawanan 13 Tahun
Delpiariska
Novel
Gold
Arjuna dan Kirana
Mizan Publishing
Novel
Wanitaku
karlina s
Skrip Film
Labuan
Tanya Fransisca
Cerpen
Collapse
Rama Sudeta A
Rekomendasi
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Line And Word
lidia afrianti
Cerpen
Jalur Langit
lidia afrianti
Flash
Kesempatan Kedua
lidia afrianti
Cerpen
Jejak Yang Tak Terhapuskan
lidia afrianti
Flash
Hilang di Kota Virtual
lidia afrianti
Flash
Lembar Terakhir Si Penulis
lidia afrianti
Flash
Cerita 14 Mei 2013
lidia afrianti
Flash
Bronze
Kenapa Kita Berpisah?
lidia afrianti
Flash
Discount Friend
lidia afrianti
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
In The Nick of Time
lidia afrianti
Flash
Cinta Tanpa Pamrih
lidia afrianti
Flash
Ternyata Kita Pembohong
lidia afrianti
Flash
I'm a mother
lidia afrianti