Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
2
Suka
1,986
Dibaca

“Tunggu aku lima menit lagi,” kataku.

Kalimat yang sama yang telah kupakai terlalu sering.

Dan dia—dia selalu menunggu.

Itu yang membuatku takut.

Setiap kali aku melihat matanya menatapku penuh percaya, hatiku mencelos.

Bagaimana mungkin seseorang bisa mencintaiku sedalam itu, sementara aku sendiri bahkan belum bisa mencintai diriku dengan benar?

Aku ingin memilihnya. Sungguh.

Setiap kali kami duduk berdua di bangku kafe itu, setiap kali ia mendengarkanku bercerita, setiap kali ia tertawa pelan mendengar lelucon jelekku—aku merasa dunia berhenti. Seolah hanya kami yang ada. Dan itu cukup.

Tapi hanya cukup… saat kami berdua saja.

Begitu dunia luar masuk—tanggung jawab, keluarga, harapan yang dipaksa turun-temurun—aku kembali menjadi pengecut. Aku kembali jadi anak sulung yang harus tunduk, laki-laki yang harus realistis, calon menantu yang tak boleh membawa “ketidakjelasan” ke dalam rumah keluarga besar.

Dan dia… dia terlalu berani untuk semua itu.

Terlalu jujur. Terlalu sabar. Terlalu penuh harap.

Dan aku… terlalu takut mengecewakannya.

Maka setiap kali aku berkata, “5 menit lagi ya,” aku sedang menunda sebuah keputusan. Bukan karena aku tidak ingin datang, tapi karena aku tidak tahu apakah aku pantas berada di hadapannya saat aku belum selesai berdamai dengan diriku sendiri.

Sore itu, aku kembali menundanya.

Kembali mengecewakannya.

Dan mungkin, untuk pertama kalinya, dia benar-benar berhenti menunggu.

Malamnya, aku akhirnya mengirim pesan.

Kalimat paling pengecut yang bisa kupikirkan.

Aku akan menikah bulan depan. Bukan karena aku nggak pernah sayang kamu. Tapi aku terlalu pengecut untuk memperjuangkanmu.

Dan ketika ia membalas:

Sudah kuduga. Selamat ya. Terima kasih untuk semua lima menit yang tak pernah utuh.

Aku membaca pesan itu berkali-kali.

Tanganku gemetar.

Mataku panas.

Dan untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasa kehilangan sesuatu yang tak akan bisa kugapai kembali.

Mungkin cinta sejati bukan tentang siapa yang lebih mencintai.

Tapi siapa yang berani menetap.

Dan aku tidak cukup berani.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
lidia afrianti
Skrip Film
Cowok Selalu Mengalah
Indah li
Flash
Bronze
Pergi Tanpa Ucapan Selamat Tinggal
Sohibul Wahidin
Novel
Gold
Yasa
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
PENGGODA DALAM RUMAH
Ammi Poo YP
Novel
Harapan di Ujung Doa
Jihan Dyah
Skrip Film
Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti
Bramanditya
Skrip Film
HUJAN KEMARIN
Audhy R.H
Skrip Film
Sarang-gemblong-yo (Script)
Wiwien Wintarto
Novel
Raden Ajeng Sasmaya Kamala
Dyah Ayu S.C.
Komik
True Love
Neng Hartati
Flash
Bronze
Warna Cinta di Buku Saku
Ron Nee Soo
Skrip Film
STORIES NEVER TOLD
Reiga Sanskara
Komik
Lean on me
maimai
Komik
One day, my first love comeback
Asih Triastuti
Rekomendasi
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
lidia afrianti
Flash
Terapi kota
lidia afrianti
Flash
Biru Merah
lidia afrianti
Flash
Ternyata Kita Pembohong
lidia afrianti
Flash
Balasan Surat Untukmu, Sean
lidia afrianti
Flash
Jika Sudah Lupa, Mari kita Bertemu
lidia afrianti
Flash
Bronze
LAST PLACE
lidia afrianti
Cerpen
Jejak Yang Tak Terhapuskan
lidia afrianti
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Strange Thoughts
lidia afrianti
Flash
Aku, Cinta Dan Kamu
lidia afrianti
Flash
Kenapa kita kura-kura
lidia afrianti
Flash
Bisakah Aku Jadi Dewasa?
lidia afrianti
Flash
Bronze
Sandiwara
lidia afrianti
Flash
Tumbuhan Pemakan Rahasia
lidia afrianti