Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
2
Suka
3,138
Dibaca

“Tunggu aku lima menit lagi,” kataku.

Kalimat yang sama yang telah kupakai terlalu sering.

Dan dia—dia selalu menunggu.

Itu yang membuatku takut.

Setiap kali aku melihat matanya menatapku penuh percaya, hatiku mencelos.

Bagaimana mungkin seseorang bisa mencintaiku sedalam itu, sementara aku sendiri bahkan belum bisa mencintai diriku dengan benar?

Aku ingin memilihnya. Sungguh.

Setiap kali kami duduk berdua di bangku kafe itu, setiap kali ia mendengarkanku bercerita, setiap kali ia tertawa pelan mendengar lelucon jelekku—aku merasa dunia berhenti. Seolah hanya kami yang ada. Dan itu cukup.

Tapi hanya cukup… saat kami berdua saja.

Begitu dunia luar masuk—tanggung jawab, keluarga, harapan yang dipaksa turun-temurun—aku kembali menjadi pengecut. Aku kembali jadi anak sulung yang harus tunduk, laki-laki yang harus realistis, calon menantu yang tak boleh membawa “ketidakjelasan” ke dalam rumah keluarga besar.

Dan dia… dia terlalu berani untuk semua itu.

Terlalu jujur. Terlalu sabar. Terlalu penuh harap.

Dan aku… terlalu takut mengecewakannya.

Maka setiap kali aku berkata, “5 menit lagi ya,” aku sedang menunda sebuah keputusan. Bukan karena aku tidak ingin datang, tapi karena aku tidak tahu apakah aku pantas berada di hadapannya saat aku belum selesai berdamai dengan diriku sendiri.

Sore itu, aku kembali menundanya.

Kembali mengecewakannya.

Dan mungkin, untuk pertama kalinya, dia benar-benar berhenti menunggu.

Malamnya, aku akhirnya mengirim pesan.

Kalimat paling pengecut yang bisa kupikirkan.

Aku akan menikah bulan depan. Bukan karena aku nggak pernah sayang kamu. Tapi aku terlalu pengecut untuk memperjuangkanmu.

Dan ketika ia membalas:

Sudah kuduga. Selamat ya. Terima kasih untuk semua lima menit yang tak pernah utuh.

Aku membaca pesan itu berkali-kali.

Tanganku gemetar.

Mataku panas.

Dan untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasa kehilangan sesuatu yang tak akan bisa kugapai kembali.

Mungkin cinta sejati bukan tentang siapa yang lebih mencintai.

Tapi siapa yang berani menetap.

Dan aku tidak cukup berani.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Gold
Asa Ayuni
Falcon Publishing
Novel
Gold
Helen Dan Sukanta
Mizan Publishing
Novel
Bronze
LONG DISTANCE
Farida Ilma
Novel
Bronze
Endless
Viviqarn
Novel
Slipped Away
Dominique and Aurel
Komik
Oh, Crazy!
liszzah
Flash
Riang Dalam Hening
Akara Drawya
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
lidia afrianti
Novel
Bronze
Langit Senja
Primasari Lovexz
Novel
Sea
Rakhmah Wahidatunnisa
Novel
Bronze
Swastamita
moran. a
Novel
Liefde
Ainun
Novel
Gold
Dilarang Bercanda dengan Kenangan
Republika Penerbit
Novel
The Right Shoes
No One Knows
Flash
Lihat Dengar , Rasakan ( Sepucuk Kisah Untuk Bunda )
Alwinn
Rekomendasi
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
A letter: Unbreakable Love From Seoul
lidia afrianti
Flash
Hari Ketika Aku Mati Sebentar
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
SANGUIN
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
In The Nick of Time
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Dazzling Love
lidia afrianti
Flash
Jika Sudah Lupa, Mari kita Bertemu
lidia afrianti
Flash
Juni Tanpa Ju
lidia afrianti
Flash
Hear You
lidia afrianti
Flash
Bronze
From River To Sea
lidia afrianti
Flash
Bronze
Lemon Tea
lidia afrianti
Flash
Kenapa kita kura-kura
lidia afrianti
Flash
Ternyata Kita Pembohong
lidia afrianti
Flash
Musim Hujan Terakhir
lidia afrianti
Cerpen
Jejak Yang Tak Terhapuskan
lidia afrianti