Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Jeda Yang Tak Pernah Usai
1
Suka
2,011
Dibaca

“Tunggu aku lima menit lagi,” katanya sore itu, dengan napas sedikit terburu-buru dan senyuman yang tak pernah gagal membuatku percaya.

Lima menit.

Hanya lima menit.

Tapi seperti semua lima menit sebelumnya, ia tak pernah kembali tepat waktu.

Aku menatap jam tangan untuk yang kesekian kalinya. Jarum pendek tetap pada angka empat, sementara jarum panjang bergerak seolah menari dengan lambat, mengejek sabarku.

Kenapa aku masih di sini?

Kenapa aku selalu duduk di tempat yang sama, menatap pintu kafe yang terbuka dan tertutup berulang kali, berharap salah satu dari mereka yang masuk adalah dia?

Aku tahu jawabannya. Karena aku bodoh. Karena aku mencintainya terlalu diam, terlalu dalam, terlalu lama. Karena aku percaya bahwa lima menitnya adalah cara Tuhan memberiku ujian kecil. Lima menit itu seperti iman yang diuji: Kalau aku sabar, dia akan datang. Kalau aku cukup cinta, dia akan memilihku.

Kami tidak pernah benar-benar menjadi “kami”. Tidak ada pengakuan, tidak ada status, tidak ada tanggal jadian. Hanya pertemuan yang rutin, percakapan yang hangat, dan tatapan yang menggantung di antara kata “kalau” dan “nanti”.

Dan aku…

Aku belajar mencintai dalam ketidakpastian. Dalam ruang kosong yang tak bisa kutandai. Dalam diam-diam yang penuh harapan.

Sore itu hujan turun perlahan. Orang-orang mulai berteduh, berlarian, membawa payung atau menutupi kepala dengan tas. Aku tetap duduk di bangku kafe yang sama, memesan kopi yang sama, memutar kenangan yang sama.

Lalu pelayan menghampiriku.

“Maaf, Mbak. Meja ini sudah dipesan orang lain untuk pukul lima.”

Aku menatap jam. Sudah satu jam lewat dari waktu ia janji akan datang.

Aku hanya tersenyum dan berdiri. Tidak marah. Tidak heran.

Ini akhir, ya?

Bukan akhir dari cinta. Tapi akhir dari penantian.

Karena aku lelah mencintai sendirian.

Karena aku ingin tahu rasanya dicintai tanpa diminta menunggu lima menit lagi.

Malamnya, aku menerima pesan.

Maaf. Aku nggak bisa datang. Tadi ada kabar dari keluarga. Aku akan menikah bulan depan. Bukan karena aku nggak pernah sayang kamu. Tapi aku terlalu pengecut untuk memperjuangkanmu.

Aku membaca kalimat itu tanpa air mata. Entah karena sudah terlalu sering kecewa, atau karena hatiku tahu akhir ini akan datang sejak lama.

Jadi ini alasannya. Bukan karena aku tak cukup baik. Tapi karena kau tak cukup berani.

Aku mengetik balasan.

Sudah kuduga. Selamat ya. Semoga bahagia. Terima kasih untuk semua lima menit yang tak pernah utuh.

Lalu aku menutup ponselku. Dan untuk pertama kalinya, aku berhenti menunggu.

**

Kadang cinta tak butuh alasan untuk tumbuh. Tapi selalu punya alasan untuk pergi.

Dan kadang, “5 menit” bukan janji.

Tapi cara paling halus untuk berkata: “Aku tak akan pernah benar-benar memilihmu.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
My Favorite Boy
Dinda Nur Cahyati
Novel
Kelly Vannesa
JAI
Novel
Buket tanpa Rampai
Dayang Amelia Putri
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai
lidia afrianti
Cerpen
Bulan di atas Telaga
R Yulia
Cerpen
Bronze
Tentang Biyantara
Masturati
Cerpen
Bronze
Aisah
Imajinasiku
Skrip Film
The Blooming Fake Love
StarV
Flash
Memories in winter
Mesir Kuno
Novel
Gold
The Vanilla Heart
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
MR. LAWANA
Rian Widagdo
Skrip Film
Si Cupu dan Kakak Kelas
Aria Adi Winata
Cerpen
SELEPAS
Inggita Hardaningtyas
Skrip Film
HUJAN KEMARIN
Audhy R.H
Cerpen
GESER KE KANAN, KEPOMPONG HENDAK TERBANG
talbiatin
Rekomendasi
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai
lidia afrianti
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Flash
Juni Tanpa Ju
lidia afrianti
Flash
Bronze
Lemon Tea
lidia afrianti
Flash
Tumbuhan Pemakan Rahasia
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
The Soundless Tide
lidia afrianti
Flash
Kenapa kita kura-kura
lidia afrianti
Flash
Cinta Tanpa Pamrih
lidia afrianti
Cerpen
Jejak Yang Tak Terhapuskan
lidia afrianti
Flash
Jika kita berubah
lidia afrianti
Flash
Bisakah Aku Jadi Dewasa?
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Without You
lidia afrianti
Flash
Terapi kota
lidia afrianti
Flash
Bronze
Sandiwara
lidia afrianti
Flash
Bronze
Luapan Luka Luna
lidia afrianti