Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Jeda Yang Tak Pernah Usai
1
Suka
2,573
Dibaca

“Tunggu aku lima menit lagi,” katanya sore itu, dengan napas sedikit terburu-buru dan senyuman yang tak pernah gagal membuatku percaya.

Lima menit.

Hanya lima menit.

Tapi seperti semua lima menit sebelumnya, ia tak pernah kembali tepat waktu.

Aku menatap jam tangan untuk yang kesekian kalinya. Jarum pendek tetap pada angka empat, sementara jarum panjang bergerak seolah menari dengan lambat, mengejek sabarku.

Kenapa aku masih di sini?

Kenapa aku selalu duduk di tempat yang sama, menatap pintu kafe yang terbuka dan tertutup berulang kali, berharap salah satu dari mereka yang masuk adalah dia?

Aku tahu jawabannya. Karena aku bodoh. Karena aku mencintainya terlalu diam, terlalu dalam, terlalu lama. Karena aku percaya bahwa lima menitnya adalah cara Tuhan memberiku ujian kecil. Lima menit itu seperti iman yang diuji: Kalau aku sabar, dia akan datang. Kalau aku cukup cinta, dia akan memilihku.

Kami tidak pernah benar-benar menjadi “kami”. Tidak ada pengakuan, tidak ada status, tidak ada tanggal jadian. Hanya pertemuan yang rutin, percakapan yang hangat, dan tatapan yang menggantung di antara kata “kalau” dan “nanti”.

Dan aku…

Aku belajar mencintai dalam ketidakpastian. Dalam ruang kosong yang tak bisa kutandai. Dalam diam-diam yang penuh harapan.

Sore itu hujan turun perlahan. Orang-orang mulai berteduh, berlarian, membawa payung atau menutupi kepala dengan tas. Aku tetap duduk di bangku kafe yang sama, memesan kopi yang sama, memutar kenangan yang sama.

Lalu pelayan menghampiriku.

“Maaf, Mbak. Meja ini sudah dipesan orang lain untuk pukul lima.”

Aku menatap jam. Sudah satu jam lewat dari waktu ia janji akan datang.

Aku hanya tersenyum dan berdiri. Tidak marah. Tidak heran.

Ini akhir, ya?

Bukan akhir dari cinta. Tapi akhir dari penantian.

Karena aku lelah mencintai sendirian.

Karena aku ingin tahu rasanya dicintai tanpa diminta menunggu lima menit lagi.

Malamnya, aku menerima pesan.

Maaf. Aku nggak bisa datang. Tadi ada kabar dari keluarga. Aku akan menikah bulan depan. Bukan karena aku nggak pernah sayang kamu. Tapi aku terlalu pengecut untuk memperjuangkanmu.

Aku membaca kalimat itu tanpa air mata. Entah karena sudah terlalu sering kecewa, atau karena hatiku tahu akhir ini akan datang sejak lama.

Jadi ini alasannya. Bukan karena aku tak cukup baik. Tapi karena kau tak cukup berani.

Aku mengetik balasan.

Sudah kuduga. Selamat ya. Semoga bahagia. Terima kasih untuk semua lima menit yang tak pernah utuh.

Lalu aku menutup ponselku. Dan untuk pertama kalinya, aku berhenti menunggu.

**

Kadang cinta tak butuh alasan untuk tumbuh. Tapi selalu punya alasan untuk pergi.

Dan kadang, “5 menit” bukan janji.

Tapi cara paling halus untuk berkata: “Aku tak akan pernah benar-benar memilihmu.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Teman Hidup
fahrul rizki
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai
lidia afrianti
Cerpen
Hujan di balik jendela
Khoirunnisah
Novel
The Power of First Love - Senkora & Tane
Amel Gladishani
Novel
Bronze
Did You See That?
Charansa
Cerpen
Bronze
Di Mana Radar Keberanianku?
Rainzanov
Cerpen
Wait for Us
FinNabh
Novel
Detektif Palsu: Fail Romansa si Antibetina
Zangi al'Fayoum
Novel
BUKAN SALAH CITA-CITA!
Hazalia Zahra
Cerpen
Senandung Rindu di Lebaran yang Kelabu
Vindiar Pitaloka
Skrip Film
Nol Koma Lima
Atikah Az Zahidah
Flash
Retaslah Benang Waktu Di antara Kita
zae_suk
Novel
Gold
Dilan 1990
Mizan Publishing
Cerpen
Pelangi di tengah hujan--- Pelangi di Tengah Hujan Di sebuah desa kecil yang dikelilingi pegunungan hijau, hiduplah sebuah keluarga sederhana: Pak Amir, Bu Siti, dan dua anak mereka, Rani dan Budi. Keluarga ini dikenal ramah dan selalu saling men
Muhamad Awaluddin
Cerpen
Pagi palsu
AKKu
Rekomendasi
Flash
Jeda Yang Tak Pernah Usai
lidia afrianti
Flash
if we'd met before a decade
lidia afrianti
Flash
Kenapa kita kura-kura
lidia afrianti
Flash
Bronze
Lemon Tea
lidia afrianti
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Cerpen
Jejak Yang Tak Terhapuskan
lidia afrianti
Flash
Terapi kota
lidia afrianti
Flash
Tumbuhan Pemakan Rahasia
lidia afrianti
Flash
Hari Ketika Aku Mati Sebentar
lidia afrianti
Flash
Kesempatan Kedua
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Without You
lidia afrianti
Flash
Ibu, sebenarnya. . .
lidia afrianti
Flash
Cerita 14 Mei 2013
lidia afrianti
Flash
Bronze
Luapan Luka Luna
lidia afrianti
Flash
Aku, Cinta Dan Kamu
lidia afrianti