Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Kala Hujan
5
Suka
925
Dibaca

Bandung sore itu seperti lukisan tua yang dicuci air mata langit. Hujan turun perlahan, tidak tergesa, seolah menikmati setiap detik ia membasuh trotoar, bangku-bangku tua, dan kenangan yang berserakan di Jalan Braga.

Arkan berdiri di bawah kanopi kedai kopi kecil, menggenggam cangkir karton yang menghangatkan telapak tangannya, tapi tak banyak menolong sunyi di dadanya. Dahi laki-laki itu dihiasi kerut halus, bukan karena usia, tapi oleh waktu yang terlalu banyak dihabiskan untuk menunggu.

Ia menunggu sesuatu yang tak pernah dijanjikan, kepulangan seseorang yang pergi dengan alasan yang terdengar seperti lantunan syair patah hati.

Namanya Dara.

Gadis itu datang ke hidupnya lima tahun lalu, seperti hujan pertama yang disambut daun-daun dengan tarian gembira. Mereka bertemu di pameran lukisan di Galeri Soemardja. Arkan sebagai seniman muda yang mengusung warna-warna muram, Dara sebagai mahasiswi arsitektur yang lebih jatuh cinta pada bingkai ketimbang isi lukisan.

Mereka jatuh cinta diam-diam. Tidak dengan gegap gempita, tapi seperti musik klasik yang hanya bisa didengar hati yang sabar. Mereka saling kirim sajak lewat email, berbagi puisi yang diselipkan di antara halaman buku yang dititipkan di toko buku bekas dekat Alun-alun.

Lalu Dara pergi. Menerima beasiswa ke Belanda. Satu pelukan, satu ucapan “jaga dirimu baik-baik,” dan Bandung kembali sunyi. Arkan menolak cinta lain, bukan karena tak ada yang datang, tapi karena ia tahu rindunya hanya bisa ditambal oleh suara yang pernah membisikkan “aku pulang, suatu hari nanti.”

Dan hari itu datang tanpa prolog.

Pintu kedai kopi berderit. Suara sepatu membelah genangan. Arkan menoleh. Di sana, di antara kaca dan kenangan, Dara berdiri. Tak banyak berubah, kecuali senyum yang kini tampak seperti pulang setelah hujan panjang.

“Hujan masih jadi pelarianmu?” tanyanya, lembut.

Arkan nyaris tak percaya. Tapi ia tertawa. “Dan kamu masih tahu cara menemukanku.”

Mereka duduk berdampingan. Tak banyak kata. Hanya bunyi hujan yang menggantikan percakapan. Hanya pandangan mata yang bercerita lebih dari seribu surat yang tak pernah dikirimkan.

“Aku tak mencari tempat tinggal lagi di mana pun,” kata Dara kemudian. “Karena aku ingin kembali ke tempat di mana aku pernah belajar mencintai tanpa syarat, tanpa jeda. Bandung. Kamu.”

Arkan menutup matanya. Di luar, hujan belum berhenti. Tapi hatinya sudah.

Dan di Jalan Braga, di antara senyap bangku tua dan lampu temaram, dua hati yang pernah terpisah kini duduk berdampingan. Tidak ada peluk, tidak ada air mata. Hanya kehadiran yang utuh. Dan itu lebih dari cukup.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Kala Hujan
Putri Rafi
Cerpen
Just One Person
Elysiaaan
Novel
Bronze
Menolak Takdir
Kinanthi (Nanik W)
Komik
Bronze
If You ...
Yo Sian Lie
Cerpen
Someone I Loved
Nidaul Ainiyah
Novel
Sisa Cinta Lama
ZELINE
Novel
Bronze
Menolak Move on
Nona Adilau
Novel
Bronze
The Ex
Daniella Jeslynn
Novel
In The Whiteness of love
Mursal fahrezi
Novel
99 DAYS
Raya Mipi
Skrip Film
Terbiasa
fransisca valensia
Novel
Bronze
Love Speedometer
Kyna Nixie
Novel
My (im)Perfect Prom Night
mollusskka
Novel
Hopefullove
M. T. Cahyani
Flash
... I do love you, but ...
Atmara
Rekomendasi
Flash
Kala Hujan
Putri Rafi
Novel
1 Jejak Rasa
Putri Rafi
Cerpen
Sekolah Orang Dalam
Putri Rafi
Flash
Sekejap Senja, Selamanya Rasa.
Putri Rafi
Flash
Bronze
Gara-Gara PR sekolah
Putri Rafi
Cerpen
Bronze
Payau Emas Terlarang
Putri Rafi
Flash
Antara Jeda Titik Koma dan Tanda Seru
Putri Rafi
Flash
Koin Odong-odong
Putri Rafi
Cerpen
Tukang Sayur Kehilangan Motor
Putri Rafi
Flash
Bronze
Mobil Lampu Merah
Putri Rafi
Novel
Si Kecil di Dalam Diriku
Putri Rafi
Flash
Bronze
Pria Tak di Kenal Membawa Kardus
Putri Rafi
Cerpen
Terpaksa Merampok
Putri Rafi
Skrip Film
Hilangnya Juru Masak Bebek Peking
Putri Rafi
Flash
Bronze
Genggaman Tangan Aruna
Putri Rafi