Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kata mereka kehidupan yang sempurna adalah jika bisa berbicara tanpa menyakiti. Bisa mendengarkan tanpa ikut campur. Bisa berjalan berirangan tanpa adanya salah satu yang menghambat. Bisa menerima ketika merasa tidak ada apa-apanya. Bahkan bisa mengerti ketika itu bertentangan dengan kita. Nyatanya tidak semua "Bisa" tersebut dapat berkembang dalam beberapa jam menit bahkan detik. Mereka memerlukan waktu bahkan sampai ribuan tahun baru bisa benar benar mengendalikannya.
Dan juga beberapa ruang rehat yang diperlukan ketika dunia sedang tidak bersahabat. Ruang dimana kita dapat berdansa, mengekspresikan diri tanpa adanya pandangan dari orang lain. Sesaat melupakan kehidupan yang sempurna. Dimana kita bebas berteriak, menangis, menguatkan diri sendiri, bersemangat, dan masih banyak lagi hal yang diperlukan hanya untuk menjaga kewarasan jiwa.
Pikirkan apa yang membuat kita bertahan sampai sejauh ini. Jangan jadikan kehidupan yang sempurna menjadi patokan. Tapi, hang benar² dirimu inginkan. Dulu aku berpikir mempunyai kehidupan sempurna adalah hal hebat yang orang dewasa lakukan. Tapi setelah kutelaah lagi banyak rasa yang harus jadi korban. Belajar mengalah, mendengarkan, mengerti, menerima. Awalnya tak terasa. Merasa aku dibutuhkan. Tapi setelah lama terasa salah. Yang awalnya aku merasa bangga dibutuhkan menjadi aku yang paling tersakiti karena tidak memperdulikan diriku sendiri.
Aku tersadar saat berada pada ruang dansa diketiadaan. Waktu diriku menari diatas bayangan penyesalan. Meski itu tidak nyata tapi itu menenangkan, menyadarkan.