Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Angin malam itu berbisik pilu, membawa kabar-kabar sedih yang tak berani kudengar. Rumah kami yang dulu selalu riuh dengan tawamu, kini sunyi. Hanya diisi oleh detak jam dinding dan desahan nafas yang berat.
Lalu, tiba-tiba, handphoneku berdering.
Sheilla adik bungsu ku yang kini sedang gantian berjaga di ruang ICU, ku lihat ia menyandarkan handphone di sisi dengan wajahnya yang pucat diterangi lampu. Kamu ada di sana, mama. Tersenyum lemah, matamu berbinar meski tubuhmu terjepit di antara selang-selang dan mesin-mesin yang terus berbunyi. "Ini jam besuk, mama lagi pinjem hape sheilla" katamu pelan, seolah itu alasan yang cukup untuk mengabaikan rasa sakitmu.
Suaramu pecah, terpotong oleh nafas yang pendek. Tapi kau tetap berbicara tentang banyak hal. Tentang kami dan tentang cucu²mu yang kau rindukan
Aku tak sanggup menjawab. Mulutku terkunci, tenggorokan ini mengeras menahan rintih. Hanya air mata yang lancar mengalir, membasahi pipi. Jari jemariku gemetar menekan rekam. Aku tahu, ini mungkin terakhir kalinya aku mendengar suaramu yang hangat, yang selalu bisa menenangkan badai dalam dadaku.
Dan aku benar.
Kini, di kamarku yang gelap, aku memutar rekaman itu lagi dan lagi. Suaramu mengisi kehampaan, seolah kau masih di sini, masih bisa memelukku erat. Tapi setiap kali sampai pada pertanyaanmu yang terakhir, dadaku sesak seperti ditusuk ribuan pisau.
"Ta, mama bakal sembuh, kan? Mama pengen panjang umur, Ta..."
Suaramu kecil, penuh keraguan, seperti anak kecil yang meminta kepastian sebelum tidur. Aku menggigit bibirku sampai tak sengaja berdarah, memaksakan kata-kata yang bahkan tak bisa kubohongi diriku sendiri.
"Ya, Ma. Mama pasti sembuh. Mama pasti panjang umur."
Tapi kita semua tahu, kita semua tahu, bahwa doa tak selalu mengubah takdir.
Hari ini, kami anak-anakmu yang kau tinggalkan berusaha memenuhi janji itu dengan cara kami. Kami menjawab pertanyaanmu melalui tawa anak² yang kami beri makan, dari tiap "aamiin" Yang terucap dari orang-orang yang pernah kau tolong. Semua ini adalah detak jantungmu yang masih berdenyut di dunia. Kini panjang umurmu bukan lagi hitungan detik, menit, dan tahun. Tiap doa yang kami panjatkan adalah hembusan nafas yang tetap hidup untukmu.
Mama akan selalu ada di setiap bantuan kecil yang kami bagi kepada orang-orang yang kau cintai. Mama akan selalu ada di setiap senyum anak yatim yang kami usap kepalanya. Mama ada di setiap kali kami berkumpul dan bercerita tentang kebaikan-kebaikanmu.
InsyaAllah, Mama...
Kami masih mendengar suaramu.
Di setiap sunyi, di setiap rindu, di setiap kali kuucap "mama" dengan suara yang gemetar.
Kau hidup
Selamanya..