Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sial. Sial. Sial. Sial.
Seandainya aku percaya.
Melangkahkan kaki cepat. Berbelok di tikungan tajam. Sedikit terjerembab ketika tanah yang terpijak ternyata lembek. Kembali berdiri, sedikit tertatih, aku melanjutkan lari.
Ting.
Gawaiku berbunyi. Sebuah pesan singkat masuk dari nomor tidak dikenal. Penasaran. Kubuka pesan tersebut.
Tembok-tembok mulai menghilang. Digantikan pohon-pohon rindang yang akarnya menghalangi jalan. Aku berhenti. Bersandar pada salah satu pohon. Mengatur tempo pernapasan. Aku menengok ke belakang.
Orang itu, bukan, makhluk itu tidak terlihat lagi.
Tanpa sadar senyum terkembang di wajah. Rasa lega membuncah. Sampai diri teringat hal penting, perasaan lega langsung berganti waspada.
Menatap kesal. Aku meletakkan kembali gawaiku ke atas meja. Memperbaiki posisi duduk. Kembali menatap pekerjaan yang sempat tertunda.
“Ganggu saja.”
“Memangnya di zaman sekarang, siapa yang akan percaya?”
Aku berdecih, kembali mengetik.
“Kutukan konon, dia kira sekarang tahun berapa?”
Menghela napas kasar. Sedikit mengumpat. Aku merogoh kasar saku celana. Mencari benda yang menjadi penyebab semua hal tidak masuk akal ini terjadi. Jari-jari bergerak cepat. Menekan layar gawai. Menuliskan kembali pesan yang berisi sama dengan pesan yang pernah kuterima sebelumnya.
Ting.
Aku mengerutkan kening. Lima hari sudah terlewat, dan pesan ini masih berlanjut. Padahal sudah kublokir nomornya. Tapi pesan dengan isi yang sama terus masuk dari nomor yang berbeda.
Siapa yang mengirimnya?
Mengangkat bahu pelan. Bersikap tidak peduli. kumasukkan gawai ke dalam saku celana.
Biarkan saja.
Paling orang iseng.
Tak ada balasan, tak ada respon. Derap langkah mulai terdengar dari ujung jalan. Makhluk itu muncul. Masih setia dengan wujud tidak normalnya.
Mataku memanas. Pipiku mulai basah. Rasa takut, cemas, khawatir, kesal, sesal, benar-benar bercampur dengan sempurna. Tanpa sadar kupaksa kaki kembali melangkah. Membawa badan yang lelah. Menjauhkan diri darinya.
Ting.
Gawaiku berbunyi. Sebuah pesan singkat masuk. Aku menatap ngeri. Pesan kali ini berbeda dari pesan-pesan sebelumnya.
Mengikuti rasa takut, segera kuhapus pesan tersebut. Sambil meyakinkan diri bahwa takkan ada hal buruk yang akan terjadi. Aku melanjutkan kegiatan seperti biasa.
Bruk.
Tubuhku tersungkur. Aku meringis merasakan panas dan perih dari lutut. Sedikit terisak. Kutopang tubuh dengan tangan, berusaha untuk bangun. Tapi kedua kaki sudah hilang kemampuan. Untuk kesekian kalinya, aku kembali tersungkur.
Ting.
Kudengar gawaiku berbunyi.
Perlahan kubuka mataku. Makhluk yang terlihat tidak normal menyambut penglihatan. Berdiri. Menatapku dari atas. Cairan tubuhnya jatuh, menetes mengenai pipi.
Aku bergidik ngeri.
Mulai mengutuki diri.
Sialan.
Seharusnya aku percaya.
Jleb.
Sesuatu yang tajam menembus tubuh. Aku terjatuh. Kehilangan tenaga. Menatap lunglai pada makhluk yang mulai mendekat.
Dengan pandangan kabur, kulihat dia mengambil gawai yang tergenggam di tangan. Menatapku dengan 'wajah' bahagia. Dia mengarahkan sesuatu ke arah leherku.
Tak lama, pandangan menggelap.
Pikiranku kosong.
Kepala ini, sudah terlepas dari tubuhnya.
***
Ting.
Suara notifikasi dari gawaimu berbunyi.
Sebuah pesan singkat masuk.