Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
BAYANG-BAYANG KEMATIAN
(Flash Fiction)
Pukul tiga pagi.
Nadia terbangun oleh suara bisikan yang tak jelas asalnya. Di layar ponselnya, pesan muncul dari nomor tak dikenal:
> “Bayangan itu akan datang padamu malam ini.”
Ia mengabaikannya, mengira prank. Tapi sejak tengah malam, bayang-bayang aneh muncul di sudut matanya—tinggi, kurus, tak berbentuk jelas, namun terasa mengawasinya.
Ketika ia turun ke dapur, lampu berkedip. Bayangan itu ada di sana, berdiri di depan jendela. Diam. Tapi mengancam.
Ia lari ke kamar, mengunci pintu, menggigil di balik selimut. Tapi bayangan itu tak perlu pintu. Ia hanya butuh rasa takut untuk masuk.
Jam 03.33, Nadia ditemukan dalam posisi duduk, mata terbuka lebar, mulut kaku. Tidak ada luka. Hanya ketakutan yang membatu di wajahnya.
---
Seminggu kemudian, Dika—wartawan muda—menulis kisahnya. Ia menelusuri kasus Nadia, dan menemukan pola: setiap korban menerima pesan serupa, lalu melihat sosok bayangan selama tiga malam sebelum meninggal.
Dika tertawa sinis.
“Hantu digital?” ejeknya saat menutup laptop.
Lalu ponselnya bergetar.
> “Bayangan itu akan datang padamu malam ini.”
---
Keesokan harinya, artikel Dika viral. Ribuan komentar. Salah satu komentar paling atas:
> “Artikel bagus. Tapi kamu lupa satu hal...”
Dika membalas, “Apa?”
Tidak ada balasan. Tapi saat ia menoleh ke cermin, bayangan itu sudah berdiri di belakangnya.
Dan malam masih panjang.