Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tadi siang, grup whatsApp wali murid kelas 1 SD tempat anakku sekolah tiba-tiba riuh. Seorang bapak sebut saja Pak B, membuat pernyataan mengejutkan. Katanya, anaknya hampir dibawa pulang oleh orang tak dikenal dengan alasan ibunya sakit.
"Mohon bantuannya," tulis Pak B dengan nada panik. "Kalau anak saya belum dijemput, tolong ditahan dulu di sekolah sampai saya datang"
Beberapa wali murid langsung merespons. Ada yang mengingatkan agar jangan sampai telat menjemput, ada pula yang sepertinya sekadar mengangguk setuju. Suasana grup yang biasanya santai mendadak tegang.
Tiba-tiba, Mama A salah satu wali murid yang biasanya ramah langsung menyerang. "Kenapa Bapak malah membebankan tanggung jawab ke orang lain? Harusnya jemput tepat waktu!"
Aku buru-buru japri Mama A. "Sudah, jangan diperpanjang," Ketikku di whatsapp. Tapi rupanya Mama A sudah gregetan. "Dari dulu si Bapak ini selalu bikin drama," balasnya kesal.
Sebelum situasi makin memanas, Bu Ratih selaku wali Kelas akhirnya angkat bicara "Mohon maaf, Pak," tulisnya sopan. "Tadi saya sedang mengajar materi Bahasa Indonesia sambil memberi nasihat. Saya bilang ke anak-anak, kalau ada orang tak dikenal mengajak pulang, jangan mau. Cerita anak Bapak persis seperti yang saya sampaikan di kelas."
Rupanya, si anak mungkin hanya mengulang cerita Bu Guru atau malah berbohong. Tapi Pak B bersikeras."Beneran ada dua orang di motor mau ajak anak saya!" protesnya, entah karena sudah kepalang malu atau memang yakin dengan cerita anaknya.
Aku menghela napas. Mungkin ini cuma salah paham. Sebagai orang tua, wajar saja kita khawatir. Tapi di balik kekisruhan ini, ada hal yang menghangatkan hati: kepedulian seorang ayah, kewaspadaan para orang tua, dan perhatian seorang guru pada murid-muridnya.
Oh ya, anakku sendiri pernah mengalami hal serupa. Suatu pagi, ada orang tak dikenal menawarkan tumpangan motor saat ia berangkat sekolah. Aku tak tahu apakah cerita Pak B hari ini benar atau tidak. Tapi satu hal yang pasti dunia sekarang memang makin tak bisa ditebak.
dan grup WhatsApp wali murid? Itu kadang lebih menegangkan daripada sinetron.