Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Catatan harian yang tidak pernah tertulis
15
Suka
4,701
Dibaca

Hari itu, matahari sudah tinggi ketika aku akhirnya berhasil menyelesaikan sarapan yang terburu-buru. Jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi, dan daftar tugas di kepalaku sudah mengular panjang. "Ambil raport Rafa, antar jemput ke tempat les matematika, antar jemput rafa les bahasa Inggris, beresin cucian, bebenah rumah..." Aku menarik napas dalam-dalam sambil menyesap kopi yang sudah mulai dingin.

"Bu, aku siap!" teriak Rafa dari depan, aku buru-buru mengangkat tubuh yang terasa berat, menyambar kunci mobil dan handphone yang tak henti berdering sebagai pengingat jadwal les hari ini.

Perjalanan ke sekolah lancar, tapi antrean panjang di tempat pengambilan raport membuatku gelisah. "Masih harus ke tempat les matematika setelah ini," batinku. Aku melirik jam lagi, jari tak sabar mengetuk-ngetuk setir. Setelah raport akhirnya di tangan, aku segera meluncur ke tempat les matematika Rafa.

"Ibu, nanti jemput aku jam 11 ya?" Rafa melambaikan tangan sebelum masuk. Aku mengangguk, meski di kepala sudah menghitung waktu yang tersisa sebelum harus menjemputnya lagi untuk les bahasa Inggris siang nanti.

"Istirahat dulu lima menit," gumamku sambil memarkir mobil di tepi jalan. Aku memejamkan mata, mencoba menenangkan pikiran. Tapi telepon berdering. Suamiku menanyakan apakah aku sudah transfer uang SPP bulan ini. Aku menghela napas lagi, membuka aplikasi bank dengan jari yang lelah.

Pulang dari menjemput kembali Rafa di tempat les matematika, aku sempatkan mampir ke minimarket beli susu dan roti untuk persediaan besok. Di rumah, tumpukan baju kotor sudah menunggu di mesin cuci. Aku menggeleng, "Harus selesai sebelum jam tiga."

Sementara tangan sibuk memilah pakaian, pikiranku melayang ke Najwa, si bungsu yang sekarang sedang di rumah Mbah Kung. Sedikit lega, setidaknya hari ini tidak perlu repot menyiapkan makan siangnya. Tapi rindu itu tetap ada, ingin rasanya menelepon, tapi waktu seperti terus mengejar.

**BRRNG!** Alarm berbunyi. *"Ah, sudah jam dua!" Aku buru-buru menjemur cucian sebelum meluncur lagi ke tempat kursus bahasa Inggris. Di perjalanan, mataku menangkap spanduk kafe kecil. "Enak ya, bisa duduk santai minum kopi," batinku iri. Tapi aku segera mengusir pikiran itu. Ini adalah pilihanku, dan aku bahagia melihat Rafa dan Najwa tumbuh dengan baik.

Sampai di rumah sore hari, badan terasa remuk. Tapi meja makan masih berantakan, debu mengendap di rak, dan aku belum masak untuk makan malam. Aku duduk sebentar, memandang foto keluarga di dinding.

"Ibu rumah tangga kerjanya cuma santai dan menghabiskan uang suami, ya?"

Tiba-tiba, kalimat itu terngiang. Aku menghela napas panjang. Mereka tidak tahu bahwa "santai" ku adalah lompatan dari satu tugas ke tugas lain tanpa jeda. Bahwa "ngabisin duit suami" itu berarti untuk bayar les, belanja bulanan, dan kebutuhan anak-anak. Bahwa antar-jemput anak bukan sekadar nyetir, tapi juga memastikan mereka aman, tepat waktu, dan tetap semangat belajar.

Aku tersenyum getir. "Alhamdulillah..." bisikku. Lelah ini memang tak terlihat, tapi hasilnya nyata. Rafa ranking empat di kelas, Najwa mulai lancar membaca. Rumah ini mungkin tak selalu rapi, tapi hangat dan penuh cinta.

Aku bangkit, menyiapkan makan malam sambil bersenandung kecil dan bersiap kemudian untuk segera menjemput kembali Rafa dari tempat kursus bahasa inggris. Besok, ritme yang sama akan terulang. Tapi aku takkan menukarnya dengan apa pun.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
TANGAN TERAKHIR
Embart nugroho
Flash
Catatan harian yang tidak pernah tertulis
tita agnesti
Cerpen
Bronze
Jiwa Sahili
Heri Heryana
Flash
Bronze
Nasib Buruh Demonstran
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Icing Cookies Rena
Fidiya Sharadeba
Cerpen
Bronze
Aku Ingin Mudik, Tapi Tidak Bisa
Kiara Hanifa Anindya
Novel
Jun Senja Terluka
Sarwono
Flash
Bronze
Frekuensi
SIONE
Cerpen
Bronze
Putri Beras Putih's Love Story
Silvarani
Cerpen
Bronze
Pelukan Terakhir Di stasiun kota
alifa ayunindya maritza
Novel
Kau Berkata
Dewinda
Cerpen
Bronze
Gretta Si Nenek Sihir
Ariyanto
Novel
Tarian Jiwa
Em Ali Akbar
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Flash
Telah Berubah
Lisa Ariyanti
Rekomendasi
Flash
Catatan harian yang tidak pernah tertulis
tita agnesti
Flash
Ibu Rumah Tangga, Superhero Tanpa Jubah
tita agnesti
Flash
Pahitnya lidah mertua, manis kasih sayangnya
tita agnesti
Flash
Kisruh di grup wali murid
tita agnesti
Flash
Ketika Doa Tak Mengubah Takdir
tita agnesti