Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Masih ada, Bu?" tanya Ardi, napasnya sedikit capek karena lari. Ibu Sari tersenyum, "Sudah habis, Nak. Alhamdulillah." Aroma lontong sayur masih tercium enak. Lontongnya lembut, kuahnya gurih, sayurnya empuk. Pelanggan selalu bilang, "Lontong Bu Sari ini seperti masakan ibu di rumah." Ardi senang dagangan ibunya laku, tapi sesekali hatinya sedih karena dia sendiri sering tidak kebagian.
Ardi tinggal dengan Ibu Sari dan adiknya, Lila yang masih sekolah. Kalau ibunya memanggil, "Ardi, Nak!", dia langsung cepat datang. Di rumah, dia selalu bantu ibu jualan lontong sayur. Usaha ini penting untuk keluarga mereka sejak ayah Ardi meninggal. Ibu Sari bangun pagi-pagi sekali untuk membuat lontong sayur yang enak. Ardi sering antar pesanan biar lontongnya tetap hangat. Lila suka bercanda, tapi Ardi bangga bisa bantu ibunya.
Ibu Sari punya harapan Ardi punya istri. Ardi sangat baik, selalu membantu ibunya. Ibu Sari ingin Ardi punya teman di rumah saat makan lontong sayur bersama. "Kalau Ardi punya istri, nanti Ibu ajari dia masak lontong," katanya. Ardi kadang membayangkan warung mereka ramai dengan keluarga baru.
Saat antar pesanan, Ardi ketemu Maya, pelanggan yang suka pesan kerupuk lebih. "Mas Ardi rajin sekali," kata Maya sambil tersenyum. Ardi jadi senang. "Coba ya, Mbak lontongnya. Kalau enak, bilang Ibu," jawabnya. Ardi jadi suka ngobrol sebentar dengan Maya. Malam itu, Ardi bilang ke ibunya, "Ibu, kalau aku bawa calon istri, Ibu ajari dia masak lontong ya?" Ibu Sari tertawa, "Tentu, Nak. Asal dia suka lontong Ibu."
Ardi membayangkan meja makan mereka lebih ramai. Tapi sekarang, dia hanya ingin besok bisa makan lontong sayur ibunya.
-Tamat