Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Di Bawah Tempat Tidur
0
Suka
251
Dibaca

Wawan sedang terlelap. Namun, istirahatnya terganggu karena samar-samar ia mendengar suara benturan. Jiwanya yang sedang berkelana dalam tidur pun terpanggil pulang.

Seiring terkumpulnya jiwa dengan raganya, suara benturan tadi menjadi dentuman yang lebih keras. Tidurnya sudah sepenuhnya terganggu. Wawan pun membuka mata.

Ia menajamkan telinga mencari sumber suara. Meskipun sunyi sesaat, tahu-tahu suara itu terdengar lagi. Bisa dipastikan kalau suara itu berasal dari luar kamarnya.

Wawan menoleh ke sisi kanan tempat tidur. Istrinya yang terbaring di sana masih pulas terlelap. Rupanya wanita yang ia nikahi sepuluh tahun yang lalu tidak mendengarkan hingar-bingar di luar kamar mereka itu.

Wawan pun tidak tega membangunkan istrinya. Ia akan cari sendiri penyebab keributan malam-malam tersebut. Ia berdiri dan membuka pintu kamar.

***

Suasana hening yang menyambutnya ketika tiba di ruang keluarga. Ia menduga suara itu akan terdengar lagi jika ia mau menunggu sebentar. Kecurigaannya benar.

Tidak sampai lima menit, suara itu terdengar lagi. Ini kali berupa dentuman beruntun sebanyak tiga kali. Wawan langsung tahu lokasi sumber suara. Ruangan di seberang kamarnya.

Anak satu-satunya, Hilman mendiami kamar tersebut. Ia harus menasihati anak laki-lakinya yang masih berusia delapan tahun itu agar tidak membuat keributan.

Ayah satu anak itupun membuka kamar dan langsung mendapati Hilman yang terbaring meringkuk di atas kasur. Tubuh anak laki-lakinya itu gemetar dan matanya membelalak ketakutan.

Melihat situasi tersebut, Wawan membatalkan niatnya untuk segera menasihati anaknya. Alih-alih, ia bertanya, “Hei, Hilman. Kenapa, Nak?” seraya duduk di samping tempat tidur.

Awalnya, Hilman tidak berkata apa-apa. Anak laki-lakinya itu hanya mengatupkan tangannya di dada.

“Ayo cerita ke Papa, nggak apa-apa,” rayu Wawan lagi.

Pelan-pelan, kepala Hilman bergerak menoleh kepadanya. Wawan sabar menunggu jawaban anaknya itu. Lalu, kemudian Hilman berkata, “ada orang di bawah tempat tidur,” dengan lirih.

Wawan tertawa. “Hilman… Hilman, kamu kan sudah besar. Masa masih percaya yang begituan, sih?”

Hilman memejamkan matanya. Wawan menduga anaknya itu akan tersadar kalau informasi yang baru saja disampaikan kepadanya itu adalah imajinasi semata. Namun, anaknya kembali tunjukkan ketakutan yang sama ketika matanya terbuka.

“Beneran,” bisiknya. “Usir dong, Pa.”

Wawan mengamati wajah anaknya itu. Rambut Hilman yang ikal didapatkan dari dirinya. Like father like son, kata orang-orang kalau melihat mereka berdua berjalan beriringan.

Laki-laki itu berusaha membesarkan anaknya menjadi seseorang yang pemberani. Wawan selalu mengajak Hilman melakukan olahraga dan bepergian ke tempat-tempat yang butuh kekuatan fisik.

Ia berharap Hilman tumbuh menjadi laki-laki yang tidak takut pada apapun. Namun, menyaksikan momen yang terjadi saat itu, Wawan sadar kalau anaknya memang masih kecil.

Hilman masih tidak mampu mencerna logika yang berbasis kenyataan. Anaknya itu masih bermain-main dengan imajinasi. Hilman masih menciptakan sosok dan penampakan yang tidak ada.

Ia memutuskan untuk mengikuti saja khayalan anaknya itu. Wawan menganggap momen tersebut dapat menjadi lucu dan kenangan yang mengesankan ketika diceritakan ulang pada saat dewasa nanti.

“Oke, di mana monsternya?” tanya Wawan ikut berbisik menirukan anaknya.

“Bukan monster, tapi orang.”

“Oke, mau Papa usir?”

Hilman cepat-cepat mengangguk.

Wawan membungkukkan badan. Bagian bawah tempat tidur wawan itu tertutupi oleh penutup kasur yang terjuntai sampai ke lantai. Wawan menyingkap kain tersebut.

Di sana, di kolong tempat tidur, ia melihat satu sosok yang meringkuk dengan tangan terlipat di perut. Sosok itu menatapnya balik, lalu mengerjapkan matanya.

“Papa, sst,” kata sosok itu seraya menempelkan telunjuk di bibirnya.

Jantung Wawan berlompat-lompatan tidak karuan. Sosok di kolong tempat tidur itu sama dan serupa dengan Hilman, anak satu-satunya.

“Ini Hilman,” kata anak yang sembunyi di bawah tempat tidur itu lewat gerakan bibir saja tanpa suara.

Wawan terpaku. Badannya membatu. Akal sehatnya tidak mampu mencerna apa yang sedang ia alami saat itu.

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Flash
Di Bawah Tempat Tidur
SURIYANA
Cerpen
Bronze
Pembalasan Untuk Ibu ( part 1 )
Nabilla Shafira
Cerpen
Bronze
Bu Surti: Musuh Desa
Shinta Larasati Hardjono
Komik
Bronze
Serem Sirep
Andrianto
Novel
Bronze
ATM Antrian Tengah Malam
Herman Sim
Novel
Bronze
Shaman Palakka
Raxl Sri
Novel
Istriku Hamil Anak Raja Jin
Alwinn
Skrip Film
SURVIVOR
Rizqy Kurniawan
Novel
Pengemis Jembatan Penyebrangan
Faizal Ablansah Anandita, dr
Flash
Jurit Malam
Ravistara
Flash
Bus Hantu
Deandrey Putra
Cerpen
Bronze
Hidup Di Alam Lain
Dewi Hana
Flash
Bronze
Roti Terakhir dari Alam Lain
Bagus Aryo Wicaksono
Novel
Bulan Madu Pengantin
Rosi Ochiemuh
Skrip Film
Quiescent
Shin No Hikari
Rekomendasi
Flash
Di Bawah Tempat Tidur
SURIYANA
Flash
Hidup tanpa Warna
SURIYANA
Novel
Bronze
Pinjaman Berbunga Cinta
SURIYANA
Flash
Sang Pengasuh
SURIYANA
Cerpen
Karmini Karmila
SURIYANA
Cerpen
Nanti juga Bahagia
SURIYANA
Flash
Bronze
BAHASA
SURIYANA
Flash
Tidak Hanya Wanita
SURIYANA
Flash
Badut
SURIYANA
Cerpen
Bronze
Dear Mima
SURIYANA
Novel
Bronze
Cinta Ini Rasa Itu
SURIYANA
Flash
TERLALU BAIK
SURIYANA
Cerpen
Bronze
Menjemput Jiwa
SURIYANA
Cerpen
Cinta yang Tersisa
SURIYANA
Flash
Apa Artinya Cinta
SURIYANA