Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Ceroboh
8
Suka
11,375
Dibaca

Dua keping uang seribuan langsung dimasukkan ke dalam kaleng bekas minuman. Tanpa berlama-lama, pengamen berambut gondrong itu berterima kasih dan pindah ke orang lain. Sambil menyanyikan lagu-lagu galau, si pengamen menyodorkan kaleng yang sudah hampir terisi oleh uang receh. Sebagian orang menolak, sebagiannya lagi memberikan uang kepada pengamen itu.

Lampu berganti warna. Si pengamen segera menghampiri trotoar, lalu membiarkan kendaraan-kendaraan melaju. Dia duduk di bawah pohon, sibuk menghitung uang pendapatannya. Tak lama kemudian, saku pengamen itu bergetar. Dia merogoh HP jadulnya dan berbicara dengan si penelepon.

"Halo, Bro! Kau dapat duit berapa?"

"Dua puluh ribu, Bro. Bayangin!!"

"Wih, buset. Rajin banget, ya, ngamennya?"

"Haha, nggak juga, sih. Lu sendiri dapet berapa?”

“Makanya ke sini aja. Kumpul bareng yang lain!”

“Oke, tunggu aku, ya.”

Setelah selesai menelepon, pengamen itu memasukkan HP-nya ke dalam saku. Dia berjalan sambil memanggul gitar di tangan kanannya, dan kaleng uang di tangan kirinya.

Sesampainya di taman, ada sekitar tiga pengamen yang berkumpul di sudut. Mereka sama kumalnya seperti pengamen pertama. Baju mereka robek-robek, bahkan dua di antaranya tidak memakai alas kaki.

“Halo, sobat!” sapa pengamen kedua, yang berkulit gelap. “Lu dapet duit berapa?”

“Dua puluh ribu, Bos! Kau dapet berapa?”

“Ah, punyaku sedikit sekali. Halah, paling dapetnya lima ribuan. Gue males sama orang-orang yang selalu nolak kasih duit. Kata mereka, ‘Nggak ada uang receh!’.”

Pengamen pertama tertawa. “Lu aja kali yang nggak punya bakat nyanyi. Mereka pasti males sama suara cempreng lu, makanya nggak kasih duit.”

Pengamen kedua memukul pelan bahu temannya. Pengamen ketiga ikut nimbrung.

“Keren banget lu, ya, pintar main gitar. Suaramu juga kayak idol K-Pop gitu. Pantes aja dapat uang dua puluh ribu!”

“Loh, gue, kan, ngamennya dari pagi tadi. Gue juga keliling-keliling lama banget, cari lampu merah. Jangan-jangan kalian nggak ngamen, cuma nongkrong di sini doang?!”

“Heh, enak aja ngomong!” Pengamen keempat menghampiri pengamen pertama. “Kami juga sama, cari lampu merah. Sekalinya dapet, orang-orangnya nggak mau kasih. Kebanyakan, sih, ngomong ‘Nggak punya uang receh!’. Tapi minimal kami usaha terus, nggak mandek gitu.”

Pengamen pertama angkat bahu. “Ya, sudahlah! Sekarang kita ngapain?”

“Makan, yuk? Kebetulan ini udah siang, cari makan aja. Seenggaknya ke supermarket gitu, cari biskuit yang murah,” ajak pengamen ketiga.

Semuanya setuju, dan segera berangkat. Mereka mencari lama sekali, sampai kaki mereka capek dan tidak kuat untuk jalan lagi.

“Gue capek, Bro… kaki gue nggak mau disuruh jalan. Udah, ya, berhenti aja dulu?” pinta pengamen kedua.

“Hus, nggak mau makan, ya?” kata pengamen pertama. “Kita belum makan siang, tahu. Mau kelaperan di sini terus, sampai malam?”

Keempatnya berjalan terus, sampai menemukan sebuah warung kopi. Mereka menyerbu warung kopi itu, memesan teh jahe dan kopi.

“Duitnya cukup, nggak, ya?” bisik pengamen keempat.

“Cukuplah, tadi, kan, gue kan…” pengamen pertama merogoh-rogoh sakunya. Dia terkejut dan panik saat menyadari uangnya hilang.

“ASTAGFIRULLAH! Duitnya hilang!” jeritnya.

“Duh, bikin panik aja, nih, orang. Heh, kau taruh mana duitnya?” tanya pengamen ketiga.

Semuanya ikut mencari. Mereka bahkan menelusuri jalan yang tadi dilalui. Ternyata, uangnya sama sekali tidak ada.

“Barangkali diterbangkan angin,” bisik pengamen pertama dengan khawatir.

“Aduh, harusnya kau taruh betul-betul, dong! Yah, padahal duitmu itu yang seharusnya dipakai buat beli makan!” kata pengamen kedua.

Semuanya putus asa dalam mencari. Mereka terpaksa membatalkan pesanan dan pergi mengamen lagi. Si pengamen pertama bekerja keras mengumpulkan uang yang banyak untuk tebusan atas kecerobohannya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Hasrat Abu
Tiara Khapsari Puspa Negara
Novel
Flower Sky
Amelia
Novel
Istri Buta Kesayangan CEO Kejam
Khotija
Novel
Istana Penuh Bara
Shabrina Farha Nisa
Skrip Film
I Didn't Do Anything
Riris Syahadah
Skrip Film
Sampai Nanti, Sampai Kita Bertemu Kembali
Webi Okto Satria
Skrip Film
Skenario
Prima Merdeka
Flash
Bronze
Kumerindu
Gia Oro
Flash
Bullying
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Ceroboh
Kiara Hanifa Anindya
Novel
What's Wrong with Me?
Andini Lestari
Novel
Bronze
Our Story
Arinaa
Novel
Extraordinary you: Secret Mission
Hanina Dzikriya
Novel
Mahasiswa Salah Jurusan
Arlita Dela
Novel
MBAREP
Yusnawati
Rekomendasi
Flash
Bullying
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Ceroboh
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Novel yang Tak Selesai
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Senyum Bela
Kiara Hanifa Anindya
Novel
Even They Can Cry
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Bronze
Pak Guru Says!
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Gadis Tunarungu
Kiara Hanifa Anindya
Novel
Mind vs. Machine
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Cerpen Rara
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Bronze
2024 dan 2025
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Guru Marah
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Cerdas Cermat
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Isi Bekal Amel
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Back to My Childhood
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Belanja
Kiara Hanifa Anindya