Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku duduk di bangku taman yang sering kita lewati dulu. Senja jatuh perlahan, mengurai langit menjadi semburat jingga yang tenang—tenang seperti matamu, saat kau bercerita tentang seseorang yang kau cintai. Bukan aku, tentu saja.
Lucu, bukan? Aku mengingat semua tentangmu, bahkan ketika kau tak pernah benar-benar memandangku.
Aku tahu, aku tak bisa memilikimu. Bahkan semesta pun seperti berbisik, "Jangan." Tapi bukankah hati tak bisa disuruh diam hanya karena tahu tak akan dibalas?
Setiap kata yang ku tulis, setiap doa yang ku bisikkan di antara malam selalu ada namamu. Aku tak pernah benar-benar menginginkan dunia, aku hanya ingin satu hal: kesempatan. Tapi cinta tak bekerja seperti itu, ya? Tak semua yang mencintai akan dicintai kembali. Dan aku bagian dari yang "tidak".
Aku pernah berpikir, mungkin jika aku lebih baik, lebih tampan, lebih pandai berkata-kata kau akan melihatku. Tapi kenyataannya, kau memilih orang lain. Seseorang yang bisa membuatmu tertawa tanpa harus mengorbankan dirinya sendiri.
Aku lelah menyimpan perasaan yang tak tahu arah. Tapi aku juga takut kehilangannya, karena meski kau bukan milikku, kau tetap rumah bagi segala hal yang diam-diam ku tumbuhkan dalam diam.
Jadi, inilah aku yang menghadirkan senandika di antara daun-daun jatuh, membiarkan sunyi menjadi saksi bahwa pernah ada seseorang yang mencintaimu dalam diam, tanpa syarat, dan tanpa balasan.
Jika suatu hari kau membaca ini. Meski kau tak tahu ini dariku cukup tahu saja, ada seseorang yang pernah menjadikanmu alasan untuk bertahan, walau akhirnya harus rela melepaskan.