Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Alya memasuki kelasnya. Tampaklah beberapa kumpulan anak sedang melakukan video suatu gerakan di depan ponsel mereka.
“Hoiii… lagi ngapain, tuh?” tanya Alya kepada salah satu kumpulan yang selesai membuat video.
“Lagi bikin trend,” jawab Aisyah, temannya.
“Trend apa, ya?” tanya Alya bingung.
“Namanya velocity. Kamu tahu, nggak? Itu, loh, yang gerakannya seperti ini,” kata Aisyah sambil mempraktekkan gerakannya.
“Oalah, begitu, toh. Tapi bukannya velocity itu udah kelewatan, ya? Kok, kalian malah bikinnya sekarang?” tanya Alya.
“Iya, Al, baru sempatnya sekarang. Lain kali, kami nggak akan kelewatan trend-trend macam begitulah,” ujar Aisyah.
Alya menggaruk-garuk kepalanya. Dia tahu teman-temannya itu sangat mengikuti perkembangan zaman. Adanya itu, mereka pasti ikut itu. Mereka beruntung punya ponsel, berbeda dengan Alya yang tidak memiliki ponsel sehingga selalu melewatkan trend-trend tertentu.
Beberapa hari kemudian, salah satu temannya, Ardi, berkata pada seisi kelas, “Film Jumbo sudah rilis. Yuk, kita ke bioskop buat nonton!”
“Horee!” sorakan tersebut menyambut ajakan Ardi.
“Film apaan, tuh, Dim?” tanya Alya pada teman sebangkunya, Dimas.
“Duh, masa kamu nggak tahu, sih? Udah, kalau penasaran, ikut aja dengan kami ke bioskop!” ujar Dimas.
“Tapi… aku mana punya uang buat ke bioskop,” kata Alya sambil menunduk ke bukunya.
“Kan, ada mamamu. Mintalah uang ke mamamu,” usul Dimas.
***
“Ma, teman-temanku mau ke bioskop. Mereka mau nonton film Jumbo. Aku boleh ikut, nggak, Ma?” tanya Alya kepada mamanya.
“Nonton film? Ngapain jauh-jauh ke bioskop, Nak, di sini, kan, juga bisa,” Mama menoleh sebentar ke arah putri tunggalnya itu.
“Tapi kalau di sini, cuacanya panas, Ma. Kalau di bioskop, kan, lebih adem. Ada AC,” bantah Alya.
“Kamu minta-minta ke sana, memang uangnya ada?” tanya Mama sembari melanjutkan memotong terong.
“Makanya aku mau minta uang ke Mama. Boleh, ya?” pinta Alya.
Mama menggeleng. “Jangan ikut-ikutan teman kamu, Alya. Mereka itu kalau ada berita mengguncang dunia, langsung geger. Keluarga kita bukan seperti itu. Biar sajalah.”
Alya kecewa. Dia kembali ke kamarnya. Masih ada Papa, pikirnya.
***
Saat Papa pulang dari kantor, Alya bertanya kepada papanya, “Pa, boleh nggak kalau aku pergi ke bioskop?”
“Ke bioskop? Mau nonton apa?” tanya Papa lembut.
“Nonton film Jumbo, Pa. Teman-teman pada mau pergi ke sana. Aku penasaran, seperti apa filmnya. Boleh, kan, Pa?”
Papa menoleh ke Mama sebentar, lalu berbalik ke arah Alya. “Papa tahu kamu kepingin sekali ikut nonton. Meskipun Papa ada uang, lebih baik kamu nggak usah ikutan, Nak.”
“Kenapa?” tanya Alya dengan sorot mata kecewa.
“Soalnya, keluarga kita nggak kebiasaan ikut-ikut trend begitu. Yang penting hidup bahagia saja sudah cukup. Nonton filmnya di rumah aja. Nanti Papa belikan proyektor supaya nontonnya seperti di bioskop.”
“Tapi aku kepingin sekali ikut bareng teman-teman, Pa. Aku jadi merasa asing sendiri kalau enggak ikut.”
“Itu bukan masalah, selama temanmu nggak maksa atau nggak mengejek kamu. Tahukah kamu, teman-temanmu itu udah mengidap penyakit FOMO.”
“FOMO itu apa?”
“Fear of Missing Out,” jawab Mama cepat. “Jadi mereka takut ketinggalan trend yang sedang bersinar. Setelah muncul trend-nya, pasti mereka langsung mengikutinya.”
“Iya, benar. Nah, kamu juga hampir mengidap penyakit itu. Jangan sampai, ya, Al,” kata Papa sambil mengelus punggung Alya. “Filmnya juga baru rilis, kok. Nanti kalau sudah muncul di YouTube, Papa unduhkan. Oke?”
Alya mengangguk, kali ini disertai senyuman. “Jadi kalau aku nggak ikut trend velocity juga nggak apa-apa?”
“Iya, nggak apa-apa, Sayang. Yang penting belajar, supaya masa depan ceria. Kalau kebanyakan dansa, terus kapan belajarnya?”
Sekali lagi Alya mengangguk. Dia paham apa yang dikatakan Papa. Dia juga tidak mau terkena penyakit FOMO. Meskipun teman-temannya pergi ke bioskop, tetapi Alya merasa lebih baik di rumah, duduk santai sambil baca buku.