Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Tidak Ikut
1
Suka
6,404
Dibaca

Alya memasuki kelasnya. Tampaklah beberapa kumpulan anak sedang melakukan video suatu gerakan di depan ponsel mereka.

“Hoiii… lagi ngapain, tuh?” tanya Alya kepada salah satu kumpulan yang selesai membuat video.

“Lagi bikin trend,” jawab Aisyah, temannya.

Trend apa, ya?” tanya Alya bingung.

“Namanya velocity. Kamu tahu, nggak? Itu, loh, yang gerakannya seperti ini,” kata Aisyah sambil mempraktekkan gerakannya.

“Oalah, begitu, toh. Tapi bukannya velocity itu udah kelewatan, ya? Kok, kalian malah bikinnya sekarang?” tanya Alya.

“Iya, Al, baru sempatnya sekarang. Lain kali, kami nggak akan kelewatan trend-trend macam begitulah,” ujar Aisyah.

Alya menggaruk-garuk kepalanya. Dia tahu teman-temannya itu sangat mengikuti perkembangan zaman. Adanya itu, mereka pasti ikut itu. Mereka beruntung punya ponsel, berbeda dengan Alya yang tidak memiliki ponsel sehingga selalu melewatkan trend-trend tertentu.

Beberapa hari kemudian, salah satu temannya, Ardi, berkata pada seisi kelas, “Film Jumbo sudah rilis. Yuk, kita ke bioskop buat nonton!”

“Horee!” sorakan tersebut menyambut ajakan Ardi.

“Film apaan, tuh, Dim?” tanya Alya pada teman sebangkunya, Dimas.

“Duh, masa kamu nggak tahu, sih? Udah, kalau penasaran, ikut aja dengan kami ke bioskop!” ujar Dimas.

“Tapi… aku mana punya uang buat ke bioskop,” kata Alya sambil menunduk ke bukunya.

“Kan, ada mamamu. Mintalah uang ke mamamu,” usul Dimas.

***

“Ma, teman-temanku mau ke bioskop. Mereka mau nonton film Jumbo. Aku boleh ikut, nggak, Ma?” tanya Alya kepada mamanya.

“Nonton film? Ngapain jauh-jauh ke bioskop, Nak, di sini, kan, juga bisa,” Mama menoleh sebentar ke arah putri tunggalnya itu.

“Tapi kalau di sini, cuacanya panas, Ma. Kalau di bioskop, kan, lebih adem. Ada AC,” bantah Alya.

“Kamu minta-minta ke sana, memang uangnya ada?” tanya Mama sembari melanjutkan memotong terong.

“Makanya aku mau minta uang ke Mama. Boleh, ya?” pinta Alya.

Mama menggeleng. “Jangan ikut-ikutan teman kamu, Alya. Mereka itu kalau ada berita mengguncang dunia, langsung geger. Keluarga kita bukan seperti itu. Biar sajalah.”

Alya kecewa. Dia kembali ke kamarnya. Masih ada Papa, pikirnya.

***

Saat Papa pulang dari kantor, Alya bertanya kepada papanya, “Pa, boleh nggak kalau aku pergi ke bioskop?”

“Ke bioskop? Mau nonton apa?” tanya Papa lembut.

“Nonton film Jumbo, Pa. Teman-teman pada mau pergi ke sana. Aku penasaran, seperti apa filmnya. Boleh, kan, Pa?”

Papa menoleh ke Mama sebentar, lalu berbalik ke arah Alya. “Papa tahu kamu kepingin sekali ikut nonton. Meskipun Papa ada uang, lebih baik kamu nggak usah ikutan, Nak.”

“Kenapa?” tanya Alya dengan sorot mata kecewa.

“Soalnya, keluarga kita nggak kebiasaan ikut-ikut trend begitu. Yang penting hidup bahagia saja sudah cukup. Nonton filmnya di rumah aja. Nanti Papa belikan proyektor supaya nontonnya seperti di bioskop.”

“Tapi aku kepingin sekali ikut bareng teman-teman, Pa. Aku jadi merasa asing sendiri kalau enggak ikut.”

“Itu bukan masalah, selama temanmu nggak maksa atau nggak mengejek kamu. Tahukah kamu, teman-temanmu itu udah mengidap penyakit FOMO.”

“FOMO itu apa?”

Fear of Missing Out,” jawab Mama cepat. “Jadi mereka takut ketinggalan trend yang sedang bersinar. Setelah muncul trend-nya, pasti mereka langsung mengikutinya.”

“Iya, benar. Nah, kamu juga hampir mengidap penyakit itu. Jangan sampai, ya, Al,” kata Papa sambil mengelus punggung Alya. “Filmnya juga baru rilis, kok. Nanti kalau sudah muncul di YouTube, Papa unduhkan. Oke?”

Alya mengangguk, kali ini disertai senyuman. “Jadi kalau aku nggak ikut trend velocity juga nggak apa-apa?”

“Iya, nggak apa-apa, Sayang. Yang penting belajar, supaya masa depan ceria. Kalau kebanyakan dansa, terus kapan belajarnya?”

Sekali lagi Alya mengangguk. Dia paham apa yang dikatakan Papa. Dia juga tidak mau terkena penyakit FOMO. Meskipun teman-temannya pergi ke bioskop, tetapi Alya merasa lebih baik di rumah, duduk santai sambil baca buku. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Love Letter
Benedikta Sonia
Skrip Film
Menjelang Gentari Tenggelam
Devi Wulandari
Flash
Tidak Ikut
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Lagu Persahabatan
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Ulang Tahun
Viky Aulia Safitri
Cerpen
Modus Operandi
Call Me W
Cerpen
Tukang Sayur Kehilangan Motor
Putri Rafi
Cerpen
Bronze
Romi Dan Juli
angin lembah
Novel
My Twenty
qwerty
Novel
Bronze
KARMA PALA
Tri harnanik atas asih
Flash
Amnesia
Nunik Farida
Novel
Pilihan Cerita Hidupku
Geovania Loppies
Flash
GHOSTING
ranti ris
Flash
Apa yang Benar-Benar Betul?
kanun
Flash
Pulang
SITI NUR AISYAH
Rekomendasi
Flash
Tidak Ikut
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Lagu Persahabatan
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Back to My Childhood
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Cerdas Cermat
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Bronze
Aku Ingin Mudik, Tapi Tidak Bisa
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Karyawan yang Malas Membaca
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Bronze
Penulis Cilik
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Bronze
Bertemu Ajak di Thailand
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Kebahagiaan untuk Ninik
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Kamu Mau Tahu Apa Tidak?
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Bullying
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Secangkir Kopi untuk Kakek Husni
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Guru Marah
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Bronze
Mengapa Kita Perlu Membantu Proses Penyerbukan?
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Sebuah Gambar dan Sebuah Puisi Untuk Tahun Baru
Kiara Hanifa Anindya