Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Suara dari Lantai Dua
1
Suka
3,101
Dibaca

Malam itu, Andra baru saja pulang dari kantor. Jam menunjukkan pukul 23.45 ketika ia membuka pintu rumah kontrakannya yang sederhana di pinggir kota. Hujan rintik-rintik membasahi jaketnya, dan udara terasa lebih dingin dari biasanya. Ia meletakkan tas kerja di sofa, melepaskan sepatu, dan berjalan menuju dapur untuk membuat secangkir kopi hitam.

Namun, sebelum air mendidih, suara itu datang lagi.

Duk... Duk... Duk...

Langkah kaki. Di lantai dua.

Andra mendongak tajam. Rumah itu hanya memiliki satu lantai. Tidak ada lantai dua.

Ia diam mematung selama beberapa detik, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah suara dari luar—mungkin tetangga, atau ilusi akustik. Tapi suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas, seperti seseorang berjalan perlahan tepat di atas langit-langit.

Duk... duk...

Andra mematikan kompor dan menatap langit-langit kayu yang tampak usang. Sudah tiga malam berturut-turut ia mendengar suara itu. Pertama kali, ia mengabaikannya. Malam kedua, ia menyalakan semua lampu dan tetap berjaga sampai pagi. Tapi kini, ketakutannya berubah menjadi rasa ingin tahu.

Ia mengambil senter dari laci dan berjalan keluar rumah menuju samping bangunan. Dari luar, rumah itu terlihat normal—atap miring, tanpa jendela tambahan atau struktur aneh. Tapi tepat di atas kamar tidurnya, ada semacam kotak ventilasi tua yang tampaknya tertutup rapat.

Pagi harinya, Andra memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh. Ia meminjam tangga dari tetangga dan memanjat ke atap. Di balik genteng, ia menemukan sesuatu yang membuat darahnya membeku: ada pintu kayu kecil tersembunyi di bawah atap, seperti pintu menuju loteng, meskipun pemilik rumah sebelumnya mengatakan bahwa rumah itu tidak memiliki loteng.

Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu itu. Aroma apek dan lembab langsung menyeruak keluar. Di dalamnya gelap gulita. Ia menyalakan senter dan mulai merangkak masuk.

Ruangan itu sempit, cukup untuk satu orang dewasa merangkak. Di pojok ruangan, ia melihat kasur tua, beberapa pakaian compang-camping, dan... mangkuk berisi sisa makanan.

Seseorang tinggal di sini.

Andra mundur terburu-buru, menutup pintu itu dan segera turun dari atap. Pikirannya kacau. Siapa yang tinggal di loteng itu? Bagaimana caranya orang itu masuk dan keluar? Dan yang paling menakutkan: apakah orang itu masih ada di sana sekarang?

Malam harinya, Andra tidak bisa tidur. Ia duduk di ruang tamu, menunggu suara itu datang lagi. Tepat pukul 01.12, ia mendengarnya.

Duk...

Ia berdiri perlahan, meraih pisau dapur, dan menyalakan semua lampu. Langkah itu terdengar jelas, seperti seseorang sedang mengamati dari balik papan langit-langit.

Dengan keberanian yang entah datang dari mana, ia memutuskan untuk memancing makhluk itu keluar.

"Aku tahu kau di atas," katanya lantang. "Keluar sekarang atau aku panggil polisi!"

Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang makin menegangkan. Namun beberapa detik kemudian, terdengar suara lirih—bukan langkah, tapi seperti gesekan benda kayu... atau... suara seseorang merangkak.

Andra menahan napas.

Lalu terdengar dentuman keras di atap, seperti seseorang melompat ke lantai atas secara tiba-tiba. Lampu di ruang tamu berkedip sebentar, lalu padam.

Gelap.

Jantung Andra berdegup kencang. Ia meraba-raba senter, tapi benda itu tak ada di tempat biasa. Sial. Dalam kepanikan, ia mendengar pintu dapur perlahan terbuka. Bukan karena angin. Tapi seperti... seseorang mendorongnya.

Langkah itu kini datang dari belakang rumah.

Andra menyelinap ke kamar, mengunci pintu, dan menghubungi polisi. Sinyal ponsel lemah, tapi cukup untuk menelepon. Ia berbisik cepat, menjelaskan ke operator bahwa seseorang masuk ke rumahnya.

"Tetap tenang, Pak Andra. Polisi akan sampai dalam 12 menit."

Tapi 12 menit terasa seperti 12 jam. Apalagi ketika seseorang mulai mengetuk pintu kamarnya.

Tok... tok... tok...

Andra menahan napas, menggenggam pisau lebih erat.

"Siapa pun kau... pergi!" teriaknya.

Tidak ada suara.

Lalu tiba-tiba, ketukan itu berhenti, digantikan dengan suara gerakan cepat menuju jendela. Seseorang berlari di luar rumahnya, memutari bangunan seperti sedang mencari celah masuk.

Danra melongok ke bawah pintu dan melihat bayangan kaki.

Lalu suara berat dari luar kamar terdengar, samar tapi jelas:

"Ini rumahku..."

Andra mundur, gemetar, tepat saat sirine polisi terdengar dari kejauhan. Dalam sekejap, semua suara berhenti. Tidak ada langkah, tidak ada ketukan.

Polisi tiba lima menit kemudian. Mereka memeriksa seluruh rumah, termasuk loteng di atas atap. Di sana, mereka menemukan pakaian, kaleng makanan, bahkan korek api.

Namun tidak ada orang.

Tak ada jejak siapa pun yang tinggal di sana. Polisi mengatakan kemungkinan besar seseorang gelandangan menumpang tinggal dan melarikan diri saat menyadari polisi datang.

Tapi Andra tahu, ini bukan sekadar gelandangan.

Malam itu, ia meninggalkan rumah itu untuk selamanya. Namun sebelum pergi, ia naik ke atap sekali lagi untuk memastikan pintu loteng terkunci.

Dan di papan kayu yang sebelumnya polos, kini ada ukiran dengan paku berkarat:

"Kau yang baru mulai, aku yang lebih dulu tinggal."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Suara dari Lantai Dua
Penulis N
Novel
Hilang di Suatu Pagi
Hasdevi A. Dradjat
Novel
Gold
The Good Neighbor
Noura Publishing
Novel
Aksioma
Maria Veronica S
Novel
Dendam kesumat
winda nurdiana
Flash
Bingkisan Hitam
Varenyni
Novel
Eyes Of The Sea
LILI.SAA
Novel
The Candles and Their Owners
Aning Lacya
Cerpen
Bronze
Setengah Jam Sebelum Fajar
RaaRion.
Flash
DISKUSI
Linggarjati Bratawati
Novel
Bronze
ASTAGHFIRULLAAH (Suropati)
Hermawan
Novel
Ritual Sugih Ni Putri Anjani
E. N. Mahera
Novel
BUKAN KISAH SINETRON
Rudie Chakil
Flash
Bronze
Tetangga
Febby Arshani
Cerpen
Bronze
Fail - X
Rifatia
Rekomendasi
Flash
Suara dari Lantai Dua
Penulis N
Novel
Veil of Roses
Penulis N
Flash
Suara dari Kamar 213
Penulis N
Cerpen
Lorong ke Hari Rabu
Penulis N
Novel
Ruang Kosong di Meja Nomor 9
Penulis N
Flash
Di Balik Surat untuk Kartini
Penulis N
Flash
Malam Terakhir di Benteng Kapuran
Penulis N
Cerpen
Tiket Sekali Jalan ke Diri Sendiri
Penulis N
Flash
Selembar Tikar di Masjid Tua
Penulis N
Cerpen
Asap dan Kopi
Penulis N
Novel
Fading Heartbeats
Penulis N
Cerpen
Pencuri Waktu (IV)
Penulis N
Cerpen
Beranda Kecil
Penulis N
Cerpen
Alamat yang Tak Pernah Ada
Penulis N
Flash
Sepotong Senja di Halte Lama
Penulis N