Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Suara dari Lantai Dua
1
Suka
1,844
Dibaca

Malam itu, Andra baru saja pulang dari kantor. Jam menunjukkan pukul 23.45 ketika ia membuka pintu rumah kontrakannya yang sederhana di pinggir kota. Hujan rintik-rintik membasahi jaketnya, dan udara terasa lebih dingin dari biasanya. Ia meletakkan tas kerja di sofa, melepaskan sepatu, dan berjalan menuju dapur untuk membuat secangkir kopi hitam.

Namun, sebelum air mendidih, suara itu datang lagi.

Duk... Duk... Duk...

Langkah kaki. Di lantai dua.

Andra mendongak tajam. Rumah itu hanya memiliki satu lantai. Tidak ada lantai dua.

Ia diam mematung selama beberapa detik, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah suara dari luar—mungkin tetangga, atau ilusi akustik. Tapi suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas, seperti seseorang berjalan perlahan tepat di atas langit-langit.

Duk... duk...

Andra mematikan kompor dan menatap langit-langit kayu yang tampak usang. Sudah tiga malam berturut-turut ia mendengar suara itu. Pertama kali, ia mengabaikannya. Malam kedua, ia menyalakan semua lampu dan tetap berjaga sampai pagi. Tapi kini, ketakutannya berubah menjadi rasa ingin tahu.

Ia mengambil senter dari laci dan berjalan keluar rumah menuju samping bangunan. Dari luar, rumah itu terlihat normal—atap miring, tanpa jendela tambahan atau struktur aneh. Tapi tepat di atas kamar tidurnya, ada semacam kotak ventilasi tua yang tampaknya tertutup rapat.

Pagi harinya, Andra memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh. Ia meminjam tangga dari tetangga dan memanjat ke atap. Di balik genteng, ia menemukan sesuatu yang membuat darahnya membeku: ada pintu kayu kecil tersembunyi di bawah atap, seperti pintu menuju loteng, meskipun pemilik rumah sebelumnya mengatakan bahwa rumah itu tidak memiliki loteng.

Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu itu. Aroma apek dan lembab langsung menyeruak keluar. Di dalamnya gelap gulita. Ia menyalakan senter dan mulai merangkak masuk.

Ruangan itu sempit, cukup untuk satu orang dewasa merangkak. Di pojok ruangan, ia melihat kasur tua, beberapa pakaian compang-camping, dan... mangkuk berisi sisa makanan.

Seseorang tinggal di sini.

Andra mundur terburu-buru, menutup pintu itu dan segera turun dari atap. Pikirannya kacau. Siapa yang tinggal di loteng itu? Bagaimana caranya orang itu masuk dan keluar? Dan yang paling menakutkan: apakah orang itu masih ada di sana sekarang?

Malam harinya, Andra tidak bisa tidur. Ia duduk di ruang tamu, menunggu suara itu datang lagi. Tepat pukul 01.12, ia mendengarnya.

Duk...

Ia berdiri perlahan, meraih pisau dapur, dan menyalakan semua lampu. Langkah itu terdengar jelas, seperti seseorang sedang mengamati dari balik papan langit-langit.

Dengan keberanian yang entah datang dari mana, ia memutuskan untuk memancing makhluk itu keluar.

"Aku tahu kau di atas," katanya lantang. "Keluar sekarang atau aku panggil polisi!"

Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang makin menegangkan. Namun beberapa detik kemudian, terdengar suara lirih—bukan langkah, tapi seperti gesekan benda kayu... atau... suara seseorang merangkak.

Andra menahan napas.

Lalu terdengar dentuman keras di atap, seperti seseorang melompat ke lantai atas secara tiba-tiba. Lampu di ruang tamu berkedip sebentar, lalu padam.

Gelap.

Jantung Andra berdegup kencang. Ia meraba-raba senter, tapi benda itu tak ada di tempat biasa. Sial. Dalam kepanikan, ia mendengar pintu dapur perlahan terbuka. Bukan karena angin. Tapi seperti... seseorang mendorongnya.

Langkah itu kini datang dari belakang rumah.

Andra menyelinap ke kamar, mengunci pintu, dan menghubungi polisi. Sinyal ponsel lemah, tapi cukup untuk menelepon. Ia berbisik cepat, menjelaskan ke operator bahwa seseorang masuk ke rumahnya.

"Tetap tenang, Pak Andra. Polisi akan sampai dalam 12 menit."

Tapi 12 menit terasa seperti 12 jam. Apalagi ketika seseorang mulai mengetuk pintu kamarnya.

Tok... tok... tok...

Andra menahan napas, menggenggam pisau lebih erat.

"Siapa pun kau... pergi!" teriaknya.

Tidak ada suara.

Lalu tiba-tiba, ketukan itu berhenti, digantikan dengan suara gerakan cepat menuju jendela. Seseorang berlari di luar rumahnya, memutari bangunan seperti sedang mencari celah masuk.

Danra melongok ke bawah pintu dan melihat bayangan kaki.

Lalu suara berat dari luar kamar terdengar, samar tapi jelas:

"Ini rumahku..."

Andra mundur, gemetar, tepat saat sirine polisi terdengar dari kejauhan. Dalam sekejap, semua suara berhenti. Tidak ada langkah, tidak ada ketukan.

Polisi tiba lima menit kemudian. Mereka memeriksa seluruh rumah, termasuk loteng di atas atap. Di sana, mereka menemukan pakaian, kaleng makanan, bahkan korek api.

Namun tidak ada orang.

Tak ada jejak siapa pun yang tinggal di sana. Polisi mengatakan kemungkinan besar seseorang gelandangan menumpang tinggal dan melarikan diri saat menyadari polisi datang.

Tapi Andra tahu, ini bukan sekadar gelandangan.

Malam itu, ia meninggalkan rumah itu untuk selamanya. Namun sebelum pergi, ia naik ke atap sekali lagi untuk memastikan pintu loteng terkunci.

Dan di papan kayu yang sebelumnya polos, kini ada ukiran dengan paku berkarat:

"Kau yang baru mulai, aku yang lebih dulu tinggal."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Suara dari Lantai Dua
Penulis N
Cerpen
Bronze
Pada Hari Minggu yang Cerah
Galang Gelar Taqwa
Novel
Bronze
Villa Cinta
Herman Sim
Cerpen
SBDM-MCFP
Tourtaleslights
Flash
SISTER
Ariq Ramadhan Nugraha
Cerpen
KABUT MERAH
moris avisena
Cerpen
Bronze
The Chronicle Mortem
RaaRion.
Novel
Bronze
SENOPATI (Trah Bayu)
Hermawan
Cerpen
Bronze
Obsessed
Febe Rosa Oktriviana
Flash
Tangan di atas Tuhan
Adi Rizaldi
Flash
The Untold Chip
Syashi Ammar
Cerpen
Wani Wedi
Rizky Anna
Novel
Gadis Kecil dan Cerita-Ceritanya
Dewi sartika
Novel
The Guy Brody
Huang Wiwin
Novel
As Long As the Lemon Trees Grow
TaysenToto
Rekomendasi
Flash
Suara dari Lantai Dua
Penulis N
Flash
Selembar Tikar di Masjid Tua
Penulis N
Cerpen
Lorong 47
Penulis N
Cerpen
Lorong ke Hari Rabu
Penulis N
Cerpen
Pencuri Waktu (I)
Penulis N
Cerpen
Pencuri Waktu (II)
Penulis N
Novel
Deadline dan Perasaan
Penulis N
Cerpen
TITIAN MASA LALU
Penulis N
Cerpen
Langit Jingga
Penulis N
Cerpen
Lembayung di Alas Rawiya
Penulis N
Flash
LANGIT SETELAH HUJAN
Penulis N
Flash
Suara dari Kamar 213
Penulis N
Cerpen
Senja & Luka
Penulis N
Cerpen
Pembisik di Atap
Penulis N
Cerpen
Di Ujung Azan Subuh
Penulis N