Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Monopoli
9
Suka
16,277
Dibaca

Sejak demam monopoli menjangkit semua murid SD Magelang, selama beberapa bulan terakhir ini aku selalu menang dalam permainan dan menjadi bahan perbincangan murid laki-laki.

"Huuu... dasar cement! Mending kalian main ular tangga aja, gih." Aku tertawa sinis pada teman-temanku.

"Kalian sedang ngapain? Kenapa berisik sekali?" Tiba-tiba Diza nyeletuk ditengah-tengah keributan ini.

"Ssttt!" bisikku sambil meletakkan satu jari di bibir. "Kami sedang bermain monopoli. Anak cewek diam saja, duduk manis sambil baca buku, oke?"

"Monopoli?" Diza tampak tertarik, sampai-sampai ia berdiri di atas bangkunya. "Bolehkah aku ikut bermain?"

"Apa kau yakin akan menang?" tanyaku.

"Aku pasti akan mengalahkanmu." Sombong sekali Diza.

Mungkin pertandingan ini layak disebut 'pertarungan sengit' abad ini, karena mempertemukan dua insan yang berbeda jenis kelamin. Kepintaran Diza ternyata berbanding lurus dengan permainan ini. Strategi yang diterapkan Diza cukup jitu hingga membuatku geleng-geleng kepala, karena dia membeli komplek D, E, dan F yang menjadi komplek favoritku.

Dengan cepat aku memutar otak untuk menyiasatinya. Aku berencana menyapu bersih komplek F, G, dan H serta stasiun-stasiun, lalu berusaha berhenti di area bebas parkir, dana umum, dan kesempatan yang ada.

"Luca, kemarin kau nonton Slam Dunk? Tingkah Sakuragi waktu duel satu lawan satu dengan Akagi lucu sekali, ya." Diza bertanya sambil melempar dadu.

"Hmm."

Diza mengambil kartu kesempatan. "Oh iya, besok ada pertandingan basket melawan SD lain, kan? Apa aku boleh ikut?"

"Kau bercanda, ya? Itu pertandingan anak laki-laki. Kecuali kau mau mengubah jenis kelamin di kartu pelajarmu jadi laki-laki."

"Luca, kau ini—" Diza berkata dingin.

"Ganteng, kan! Hahaha."

Semua penonton langsung menyorakiku.

"Ah, lupakan saja. Sekarang giliranku." Diza melempar dadu dengan hati-hati.

"Hei, kau memasuki hotelku. Ayo bayar!"

"Oh, hari ini Dewi Fortuna tak berpihak padaku," keluh Diza sambil membayar uang senilai 95$ padaku.

"Diza, mengandalkan keberuntungan Dewi Fortuna bisa mendapatkan karma, lho. Sekali ditinggal pergi, nasibmu nggak akan jelas, bahkan suram."

Meskipun Diza sangat pintar secara akademik, tapi dalam hal strategi aku lah jagonya. Strategi membeli electrik company, water company, dan semua stasiun yang kuterapkan selama ini masih terlalu tangguh buat lawan-lawanku.

"Pailit." Aku ngakak keras.

"Apa itu pailit?" Diza terlihat tidak senang.

"Kalau uangmu mulai defisit dan komplekmu hampir kolaps, sehingga kamu berhutang pada bank, maka bisa dipastikan kamu bangkrut." Aku menempelkan dagu di meja, menikmati kemenangan yang sudah ada di depan mata.

"Kau ini kekanak-kanakan sekali, tetapi ketika bermain monopoli sangat serius." Diza menghela napas, tampaknya dia berpikir selamanya aku akan menjadi bad boy.

"...." Aku mengupil dengan pahit.

Namun, jika aku menang begitu saja, tidak akan ada tantangan yang menarik.

Setelah cukup lama bermain, perlahan-lahan Diza menguasai semua komplek kecuali D, E, dan F. Sepuluh menit kemudian, Diza menang dalam segala hal, bahkan bank aja sampai defisit. Sedangkan aku berturut-turut memasuki komplek Diza dan masuk penjara.

"Yuhuuu... akhirnya aku yang keluar sebagai pemenang." Diza mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. "Makanya jangan meremehkanku!"

Ternyata begitu.

Permainan monopoli seperti hubunganku dengan Diza. Diza terus mengejar target-targetnya dengan serius, sedangkan aku hanya berusaha mengimbangi dan menghibur dirinya. Dan mungkin, seberapa keras aku berusaha, selamanya aku hanya bisa mencintai Diza dalam diam.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (6)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Mimpi Dari Bumi Siger
Arisandy Purnama Putra
Skrip Film
Daun di Antara Mawar & Melati (Script)
Rika Kurnia
Flash
Monopoli
Luca Scofish
Novel
Guruku Yang Hilang Dalam Pandemi
ajitio puspo utomo
Novel
Niscaya Langit Semakin Merah
Fitra Firdaus Aden
Skrip Film
Deadline
William Oktavius
Cerpen
Bronze
Pernikahan Kedua
Siti Nashuha
Novel
Fragmen
Hana
Novel
Bronze
Salamku Untuk Waktu
Intan Nur Syaefullah
Novel
Bronze
Bus Kota Warna Merah (Cerpen Pilihan Editor#1)
Imajinasiku
Skrip Film
A Farewell to Blooms
Fajar Riyanto
Cerpen
Bronze
Si Jomblo yang Beruntung
ARYA SIDIQ
Cerpen
Bronze
Aku Hanya Buta Menyadarinya
Nurul Fitri
Cerpen
Tawa Yang Hilang
Rain dandelion
Novel
Enggak Tahu : Menyesal Karena Tahu & Karena Tidak Tahu.
Hendjobers - Kepenulisan.com
Rekomendasi
Flash
Monopoli
Luca Scofish
Novel
Dragon Eagle
Luca Scofish
Flash
Teman Kampret!
Luca Scofish
Flash
Modus Nomor Telepon
Luca Scofish
Flash
Pacar Bohongan
Luca Scofish
Flash
Ketularan Virus Corona
Luca Scofish
Flash
Dream
Luca Scofish
Flash
Big Match!!!
Luca Scofish
Flash
Godain Murid Baru
Luca Scofish
Flash
Mbak Yang Ketemu Kemarin
Luca Scofish
Flash
Khasiat Ikan Laut
Luca Scofish
Flash
Miss Beautiful Vietnam
Luca Scofish
Flash
Pelajaran Bahasa Indonesia
Luca Scofish
Flash
Dokter Spesialis Kandungan
Luca Scofish
Flash
Curahan Hati Penulis Gagal
Luca Scofish