Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
One, Two, Still Love You
0
Suka
2,334
Dibaca

Berjalan lurus ke arah tempat tidur. Berbalik, jalan lagi ke arah pantri. Berbalik lagi. Sudah lima belas menit jantungku berpacu cepat. Ini pertama kalinya sejak enam tahun. Enam tahun! Mengapa setelah enam tahun aku hampir melupakannya, sepasang mata almond itu justru muncul kembali?

Tidak. Aku tidak mencari apalagi menemuinya. Aku sudah berjanji untuk tidak mengusiknya. Lagipula sepasang mata almond itu juga bukan miliknya. Melainkan milik seorang gadis kecil yang tak sengaja kutemui setelah menyelesaikan pekerjaanku di minimarket.

Ia berdiri cukup lama di depan pintu toko kue. Kepalanya menunduk, menatap jemari mungil yang sibuk dengan beberapa lembar uang kertas, mulutnya kecilnya komat-kamit.

"Empat puluh, enam puluh...."

Aku berhenti di depannya dan gadis kecil itu langsung mundur dua langkah sembari mengatakan, "Maaf." Bermaksud memberiku jalan.

"Apa kau tersesat, teman kecil?" Sapaku setelah menekuk lutut, berjongkok di hadapannya.

"Kau tidak lihat?" Ia mengangkat sejenak tangannya yang penuh oleh uang kertas. "Aku sedang berpikir untuk membeli kue. Hanya saja ... kurang sepuluh lagi. Kue yang kuinginkan harganya tujuh puluh."

"Ayo masuk! Aku bayarkan kurangannya!"

Gadis kecil itu menegakkan kepalanya dan ... mata almond itu bertubrukan dengan indra pengelihatanku. Aku sempat membeku sesaat. Lantas tersadar oleh jentikan jari si gadis kecil di dahiku. "Apa tadi?" tanyaku.

"Kubilang, aku tidak suka berhutang. Lain kali saja aku merayakan ulang tahunku."

"Jangan, dong! Hari se-spesial itu tidak boleh terlewat!" sambarku.

Gadis itu menggumam sejenak. "Baiklah. Kalau begitu, kuanggap sepertujuh bagian dari kue itu adalah hadiah dari Paman. Bagaimana?"

"Oke. Ngomong-ngomong, siapa namamu?"

"Rowena. Mama, Papa dan Kakak memanggilku Wen."

Lalu, Wen dengan riang memilih kue incarannya. Setelah petugas di toko membungkusnya dalam kotak, Wen berpamitan padaku. Katanya, jam bermain di luar sudah hampir habis. Dia bisa kena marah Mama jika tidak segera pulang.

Maka, kami pun berpisah. Namun sepotong hatiku masih tertinggal di sana. Entahlah, rasanya sedikit manis dan sedikit pahit. Apakah waras seorang pria merasakan hal sekompleks ini hanya karena melihat sepasang mata yang mirip dengan matanya?

Lupakan, Raja! Lupakan! Jika Wen tidak ada hubungannya dengan dia, untuk apa kau mencari tahu? Jikalau pun benar Wen adalah putrinya, memangnya kau mau apa?

Ieke, jika itu demimu, kesepian pun aku bersedia....

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
One, Two, Still Love You
Syafira Muna
Cerpen
Bronze
Takdir Yang Terjalin Dengan Malaikat
Sicksix
Flash
LAKUNA
Edi Rakasiwi
Novel
Bronze
Lacuna
deliaafebri
Novel
Bronze
TAKDIR CINTA Salsabila
ANDHIKA AKHIR PUTRA
Novel
Gold
Flaga
Noura Publishing
Flash
Cinta Tanpa Pamrih
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Line And Word
lidia afrianti
Novel
Selap-selip Kota Metropolitan
Annie Annisa
Novel
BAPER: Balon Perindu
Priy Ant
Novel
Kekasih Pinjaman
Marion D'rossi
Novel
Bronze
Sepasang Mata Bola (Bukan Lagu Walo Banyak Nyanyinya)
Aneidda
Novel
Menjahit Benang yang tak Berujung
kingsleigh
Komik
Bronze
Zoetrope: First Story
amalia iklima putri
Flash
NIAT DAN KERINDUAN
Apri Ajijunanto Saputra
Rekomendasi
Flash
One, Two, Still Love You
Syafira Muna
Flash
Hayyin Itu Spesial
Syafira Muna
Flash
Engklek
Syafira Muna
Flash
One, Two, Lost You
Syafira Muna
Flash
Hanya Saja yang Mana?
Syafira Muna
Cerpen
Identitas Kedua Sang Master
Syafira Muna
Flash
Egoisme Imajiner
Syafira Muna
Flash
Back to The Day Before Today
Syafira Muna
Flash
Cita, Cinta, dan Realita
Syafira Muna
Flash
Wherever You Are, I'll Find You
Syafira Muna
Flash
Dari Serulian, Untuk Rehan
Syafira Muna
Flash
Mom's Fiftieth Birthday
Syafira Muna
Novel
Limit: Rahasia Si Pencuri
Syafira Muna
Flash
Cinta Tak Terdefinisi
Syafira Muna
Flash
Bronze
Lambat Bukan Berarti Tak Berguna
Syafira Muna