Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Aksi
Amongst Laughters
1
Suka
1,609
Dibaca

Chevelle sudah familiar dengan orang-orang berseragam lapis-lapis membawa tombak, semenjak belia. Lahir dari keluarga militer kerajaan, dia tidak dikirim ke sekolah umum seperti anak-anak lain, melainkan pendidikan militer.

Mempertimbangkan keterampilan unggul dalam membidik senapan, Chevelle diberi izin khusus untuk magang di pasukan militer kerajaan. Selain bekal tersebut, Chevelle semata-mata masihlah anak empat belas tahun yang riang, bersemangat, dan lugu.

Unik malah kata para prajurit.

Di hari pertama bergabung dengan suatu pasukan, Chevelle melumpuhkan seorang kriminal yang sembunyi hanya dalam sekali tembak. Itu pun saat dia sedang sibuk memencet-mencet mesin penjual minuman otomatis sambil diomeli oleh kapten yang meragukan tentang serius atau tidaknya anak itu. Kepekaan dan intuisinya kelewat unggul.

Lucunya lagi, dia kemudian berjalan dengan enteng, tetapi tegas, menuju kriminal itu untuk menginjak dadanya sambil menunjuk ujung laras tepat di dahi. Satu tangan memegang senapan, satunya memegang kaleng minuman perasa yang agak-agak kebanyakan gula—sungguh minuman kegemaran anak muda yang tak baik dikonsumsi.

Bisa dibilang, itu pertama kalinya mereka melihat seorang kriminal ditaklukan dengan cara yang kelewat santai manusia kelewat bocah.

Dia menurunkan minuman di tangannya setelah menegak sekali. Santainya berubah gusar, “Hei, Kapten, ambil alih ini! Aku tak tahu apa yang harus dilakukan!”

Kedatangan Chevelle adalah harapan besar Komandan Bronya—seorang wanita tegas yang disegani seluruh bawahannya—untuk meningkatkan performa tim. Anak itu mampu menjalankan tugas prajurit dengan optimal, baik saat siang maupun malam hari. Dia berbaur dengan prajurit-prajurit yang jauh lebih tua darinya dengan begitu mudah. Tingkah lucu agak polosnya juga sering membuatnya menjadi pusat perhatian. Hiburan kecil di tengah kewajiban mengikat yang penuh tekanan.

Namun, Komandan Bronya lengah.

Anggapan, “Sungguh sembrono mengirim seorang anak di bawah umur untuk bekerja!” dapat ditepis dengan penempatan Chevelle yang sekadar anggota magang dan keterampilan dalam membidik serta mendeteksi ancaman nyata.

Dia mampu melindungi dirinya sendiri. Namun, bagaimana bila ada momen-momen penuh canda tawa yang selalu disukai oleh Chevelle dengan riang dan sepenuh hati, yang tidak dia sadari bahwa sesungguhnya adalah kejahatan?

Chevelle memang tangguh, tetapi dia lugu.

Belati seperti apa pun tak akan mempu menusuknya, tetapi sebuah kue akan selalu diterima dengan tangan terbuka dan sebuah senyuman, tanpa terpikir bahwa bisa jadi ada jarum di dalamnya.

Momen Komandan Bronya akhirnya harus mengasingkan Chevelle dari tim adalah penyesalan terbesarnya. Anak itu masih ceria seperti biasa. Namun, Bronya bisa melihat ada yang hilang dari titik-titik kebahagiaan anak itu.

Dia anak baik yang tak mengeluh, walau harus bekerja tanpa tim padahal dia sangat gemar untuk berada di tengah-tengah orang banyak.

Namun, ternyata ada penyesalan yang lebih besar.

Bronya membutuhkan waktu setidaknya empat bulan untuk meneliti setiap tim di pasukan militer hingga menemukan sebuah tim elit yang bertugas di area yayasan dengan reputasi yang sangat baik.

Tindakannya yang begitu teliti dan ketat bukan tanpa alasan. Selama berada di tim lamanya, Chevelle mendapatkan siulan-siulan nyaring tanpa dia benar-benar memahami maksudnya karena diiringi kata, “Kerja bagus, Chevelle. Cantik seperti biasa. Menggemaskan sekali,” yang dia kira sebagai pujian, tanpa menyadari bahwa ada makna lain di baliknya.

Bronya menjelaskan seluruh keadaan Chevelle dan memohon kepada tim elit agar selalu menjaganya. Dia mempertemukan anak itu dengan mereka dan bertanya apakah dia merasa nyaman dengan tim barunya, Chevelle memang para prajurit itu satu per satu dengan sebuah senyuman riang dan manis, lalu menatap Bronya, “Aku selalu senang untuk berada di dalam tim!”

Bronya terdiam mendengarnya.

Anak itu bahkah masih menghargai tim lamanya.

Di saat itu, Bronya tak memaafkan dirinya sendiri. Sebagai seseorang yang bertanggung jawab untuk memilih tim tempat Chevelle berada, dia telah membuat kesalahan tak termaafkan di atas ketulusan anak itu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Aksi
Flash
Amongst Laughters
Adinda Amalia
Novel
Bhairava
Ghozy Ihsasul Huda
Flash
Bronze
Bersama Al-Aqsa
Daud Farma
Cerpen
Bronze
Senan Dan Elina
Shinta Larasati Hardjono
Novel
THE YOUTH CRIME
Dwi Budiase
Novel
Bronze
The Justice
djangles
Novel
cariru ceriru
salman
Flash
Bronze
Monoton
Drezzlle Alexandar
Novel
Bronze
Surga yang Meleset
Nurul Arifah
Flash
The Last Boss
Laila NF
Novel
Ea88sports
EA88SPORTS
Flash
RUMAH BERTABUR BAN
Hans Wysiwyg
Cerpen
Beras Operasi Pasar Berpasir
Yovinus
Cerpen
Bronze
JAWAB NURANI
Alif Lambang
Cerpen
Bronze
Firefly: A Pair of Little Kids
Adinda Amalia
Rekomendasi
Flash
Amongst Laughters
Adinda Amalia
Novel
X Class 007
Adinda Amalia
Cerpen
Halimunte Cafe: Please Smile If Possible
Adinda Amalia
Cerpen
Bronze
Firefly: A Pair of Little Kids
Adinda Amalia
Cerpen
Bronze
One Time Whisper
Adinda Amalia
Flash
Pieces of Hearts D: Wangsa
Adinda Amalia
Flash
Bronze
Apel untuk Doktor
Adinda Amalia
Novel
Hearts to Venturer
Adinda Amalia
Flash
Ke Manakah Harapan?
Adinda Amalia
Cerpen
Rumah
Adinda Amalia
Flash
Pieces of Hearts B
Adinda Amalia
Flash
Tuan Pembawa Sial dan Bunga Merah Ribuan Tahun
Adinda Amalia
Novel
Orca and The Flower Ice
Adinda Amalia
Novel
Sinkronisasi Jiwa
Adinda Amalia
Flash
Yang Selalu Memimpikan Bintang
Adinda Amalia