Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hal aneh yang aku rasakan ketika menginjak usia remaja. Kenapa aku tidak ingat tentang diriku sendiri ketika bayi hingga usia 5 tahun. Dan ternyata orang menyebutnya amnesia infantil, walaupun tidak semua mengalami tapi banyak temanku bilang mereka juga demikian.
Usiaku sudah 20 tahun, ibuku bilang ayah akan pulang setelah 10 tahun. Ibuku tersenyum sambil memelukku.
”Benarkah?”
”Tentu saja, hari ini kita akan memasak makanan enak untuk ayah.”
Hari ini aku memakai pakaian terbaik untuknya. Aku tidak tahu kapan terakhir ayah mencium pipiku atau menggendongku. aku samar mengingat tentang ayah.
Jam sudah menunjukkan pukul 07:00 malam, bunyi mesin mobil berhenti di depan rumah kami. Ibu dan aku membuka pintu menyambutnya dengan hangat.
Dia memelukku sangat erat, air matanya terasa hangat membasahi bahu bajuku.
“Apa perjalananmu lancar?” Ucap ibu sambil meletakan nasi di piring ayah dan aku.
”Tentu saja lancar. Nay, kamu akan kuliah dimana?”
”Di universitas kota.”
”Kamu harus mengabari ayah ya, ayah akan penuhi semua kebutuhanmu.”
”Baiklah.”
Setelah selesai makan malam, aku beranikan diri untuk bicara kepada ayah dan ibu.
”Aku ingin membicarakan sesuatu.”
”Tentu saja, kami akan dengarkan. Apa ada sesuatu, nak?”
”aku rasa usiaku sudah cukup dewasa untuk tahu semuanya.”
”ibu, sebenarnya aku sudah tahu.”
”Tahu apa?” Ujar ayah dengan raut wajah tampak tegang.
”Ibu dan ayah sudah tidak bersama.”
Ibu memegang tanganku, tangan ibu dingin.
“Sebenarnya, saat aku masuk SMP. Aku ingin meminta ibu menelfon ayah untuk mengantarku ke sekolah. Tapi saat itu aku mendengar pembicaraan ibu di telfon. Dari nada bicara dan apa yang ibu katakan saat itu, aku merasa bingung. Jadi aku mengurungkan niat untuk memberitahu ibu. Setiap hari ibu terus bercerita tentang ayah meski aku tidak memintanya, tapi ayah tidak pernah muncul atau bahkan menelfonku. Bibirku rasanya keluh setiap ingin bertanya tentang ayah, karena aku pernah melihat ibu menangis melihat foto pernikahan kalian di ruang keluarga. Sejak hari itu, aku merasa bingung untuk memikirkan segala hal. Aku sangat merindukan ayah tapi….”
Ibu hanya terdiam dengan kepala yang tertunduk.
“Dulu aku fikir kalian adalah dua orang dewasa yang menyebalkan dan sangat aku benci. Tapi seseorang memberitahuku, di dunia ini tidak semua hal bisa kita kendalikan sekalipun orang yang terdekat dengan kita. Ibu tidak perlu menahannya lagi, sekarang aku bisa pahami ibu. Dan ayah, aku tidak akan membencimu. Berjalan dengan semestinya, tapi jangan menyesali dan menyakiti satu sama lain. Meskipun butuh waktu bagiku, menerima dan menimbang semuanya, aku tetap akan mencintai kalian.”
Ayah berlutut di samping kursiku, wajahnya tampak muram dan penuh penyesalan. Aku memeluknya sangat erat.
”Aku sangat merindukan ayah,”membalas erat pelukkannya.
Ibu memelukku dan mencium pipiku.
”Kalian tidak perlu cemas, aku baik-baik saja. Dan aku sudah sembuh.”