Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Luka
0
Suka
20
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Bunyi sirene mobil Ambulance, menyayat hatiku. Tak mampu kuhindari aku terluka lagi kali ini. Luka yang lama itu masih belum sembuh, kini seolah satu tetes air keras kembali mengenainya.

Sesosok manusia yang sudak tidak bernyawa berada di dalam mobil itu.

Dia seorang Pastor. Kami biasa memanggilnya Pater.

Dia Pastor dari negeri Polandia di benua Eropa sana, yang sudah berpuluh-puluh tahun berkarya di daerahku di Manggarai Timur salah satu kabupaten di Indonesia bagian timur yang miskin dan terpencil. Banyak Gereja dan Sekolah yang berhasil dia bangun selama 60 tahun dia berkarya di daerah kami.

Pater Stef namanya, dia begitu dermawan, banyak membantu anak-anak kurang mampu untuk bersekolah.

Dia sering meminta donasi ke Polandia, negeri asalnya yang Kaya Raya untuk membantu kami masyarakat susah di Indonesia Timur.

Boleh dibilang dialah Bapak Pembangunan Gereja dan Sekolah Dasar di wilayah kami.

Enam puluh tahun silam dia memutuskan meninggalkan sanak saudara dan segala kenyamanan yang dia miliki di negara asalnya untuk datang dan hidup bersama kami di daerah terbelakang bahkan di negara yang paling miskin ini.

Bukan, aku salah. Negara ini tidak miskin, rakyatnya saja-lah yang miskin.

Siapa suruh jadi rakyat jelata?

Kemana perginya harta dan kekayaan dari negara yang katanya Kaya-Raya ini?

Apa hanya aku yang merasakan biaya untuk hidup di negara ini semakin naik?, UMR pekerja begitu memprihatinkan? Di sisi lain lowongan pekerjaan semakin sedikit, tidak adanya keseimbangan antara ketersediaan lapangan kerja dan jumlah manusia yang siap bekerja?

Alhasil jumlah pengangguran terus bertambah dari tahun ke tahun.

Baik. Berhenti.

Aku tidak boleh memikirkan hal itu. Aku cuma rakyat jelata.

Bukankah aku sudah berjanji untuk mati rasa terhadap pemerintahan negeri ini?

Bukankah aku sudah berjanji sejak Februari tahun lalu itu, untuk tidak mau berkomentar lagi?, ketika tidak dapat dicegah terlaksanalah Pemilu paling carut-marut sepanjang sejarah bangsa ini?

Oke, cukup.

Aku berhenti, lebih baik aku mengenang Pastorku saja. Seseorang yang mau memberikan segalanya untuk sesama manusia. Mau melepaskan kenyaman hidup untuk turun ke masyarakat kelas bawah.

"Harta tidak dibawa mati"

Mungkin dia salah satu penganut prinsip itu. Sikap hidup dan karya kita di dunia ini-lah yang merupakan bekal kita untuk menemui Sang Pemilik Hidup di Surga nanti.

Hari ini, hujan turun dengan derasnya. Aku merasakan alam-pun ikut bersedih karena kehilangan satu sosok yang berharga dari dunia yang fana ini.

Tak terhitung jumlahnya umat yang menangisi kepergian Sang Pastor, berbaur menjadi satu dengan suara hujan di tanah ini.

Pikiranku melayang kembali ke masa kecil.

Masa-masa dimana terdapat banyak kenangan indah dan menyenangkan bersama teman-teman sekampung, di Gereja, Sekolah maupun di tempat kami bermain.

Masa dimana hal yang paling sulit adalah mengerjakan PR Matematika.

Pater Stef salah satunya ada disana, diantara kenangan-kenangan itu.

Aku mengingat beberapa hal sederhana yang rutin dia lakukan tetapi tidak semua orang mau dan bisa melakukannya selama berpuluh-puluh tahun, dari generasi yang satu ke generasi berikutnya tidak bosan-bosan dia suka membagi-bagi permen ke anak-anak kecil yang dia jumpai sepanjang perjalanan dia berpatroli dari kampung ke kampung, desa ke desa.

Sejak dia masih naik kuda karena belum adanya jalan beraspal, hingga kemudian dia punya motor kemudian sebuah mobil kecil. Hal itu terus dia lakukan dan selalu berkesan diingatanku hingga kini.

Dia tidak pernah kehabisan stok permen.

Dia sosok yang tidak mau disuguhi kue atau roti ketika mengunjungi umat-umatnya padahal di negara asalnya itulah makanan pokok mereka dengan beragam jenisnya.

Sampai di tempat ini, dia lebih suka makanan lokal seperti ubi, jagung atau pisang.

Sungguh, dia contoh manusia hidup sederhana tetapi dengan karya-karya yang luar biasa.

Hari ini di usia 87 tahun, dia terbaring tak bernyawa di dalam mobil itu dengan suara yang terus mencabik-cabik hatiku sepanjang perjalanan mengantar dia ke tempat peristirahatan terakhir.

Mobil itu dulu yang mengantar Ayahku enam tahun lalu, mengantar Adik Laki-lakiku juga dua puluh tahun lalu.

Aku tidak suka mobil putih itu, aku benci suaranya.

Titip salamku untuk ayahku di Surga yaa Pater, untuk adik lelaki juga. Titip salam rinduku untuk mereka.

Berjalanlah dalam Damai, Penjasa-ku. Karyamu akan selalu terkenang dalam sanubari kami semua orang yang pernah mengenalmu.

"Tuhan yang memberi, Tuhan jugalah yang mengambil. Terpujilah Tuhan."

Begitu kata-kata penghiburan dari Pastor yang memimpin misa Arwah untuk pelepasan Pater Stef.

Ahhh, aku menangis lagi. Kenapa juga kau Pater harus datang ke kampung kami?

Meninggalkan segala kemewahan di Eropa sana, meninggalkan sanak saudaramu yang jelas lebih memberimu kenyamanan.

Sedangkan aku tengah berencana untuk ikut 'kabur aja dulu' seperti banyak saudaraku setanah air yang memutuskan pergi ke negeri orang untuk merubah nasib atau mungkin mencari kedamaian.

Barangkali beberapa orang sudah menetap di negeri asal Sang Pater.

Apakah aku akan pergi juga?

Ke negeri mana saja, asal bukan di sini?

Apa yang bisa kulakukan di tempat ini?

Apa sebenarnya peranku dalam hidup yang hanya sementara ini?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
Luka
Savana Radiani
Novel
Gold
Merajut Rahmat Cinta
Bentang Pustaka
Novel
Cokelat dan Arloji
Respati
Novel
Bronze
Istri yang Tak Dirindukan
Morina
Novel
Gold
Kiai Hologram
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Membela Islam, Membela Kemanusiaan
Mizan Publishing
Novel
Lelaki Pilihan
Syafaa Dewi
Novel
Gold
Pajak Itu Zakat
Mizan Publishing
Novel
Ana uhibbuka fillah
Dessy purnama
Novel
Bronze
Kumpulan Cerpen Islami
silvi budiyanti
Novel
Skenario Terindah
Rani Septiani
Novel
Gold
Muhasabah Cinta
Falcon Publishing
Novel
Ramadhan Telah Berpulang
Lailul Fitrotushoimah
Novel
Gold
Tafsir Al-Quran di Medsos: Mengkaji Makna dan Rahasia Ayat Suci pada Era Media Sosial (REPUBLISH)
Bentang Pustaka
Cerpen
Bronze
Dialog
Eva Maulidiyah BL
Rekomendasi
Flash
Luka
Savana Radiani
Novel
Bronze
KAMU
Savana Radiani