Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sungguh
0
Suka
235
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Sungguh, aku tak bisa lepaskan dirimu. Biarkanlah cinta kita … akan kukenang kembali masa yang indah, bercanda tawa bersama. Biarkanlah cinta kita bersemi apa adanya, hingga akhir nanti.

Buaian lagu “Sungguh” Power Metal itu terserap masuk, memaksa, mendobrak jua ujungnya. Hinggap di relung jiwaku terdalam. Lama kali ini, hanya di satu malam ini.

Bayang dirimu seakan datang. Mata anggun itu, manis senyum itu. Menggenggam erat alunan irama. Berputar, melayang, menari, berkeliling dalam asaku yang jauh pergi.

Lirik lagu itu, lagu “Sungguh” itu. Terlalu nikmat, terlalu … menyejukkan. Begitu juga bayang dirimu. Indah, oh begitu indah! Senyum itu, jemari panjang nan mungil itu. Sungguh indah, sungguh … menyesakkan!

Teringat lagi semuanya. Amarah itu, air mata yang jatuh itu, penyesalan itu. Semua salahnya jatuh padaku! Oh, sungguh penyesalan yang tak dapat rasanya kurelakan.

Kuakui akanku yang punya ego begitu besar. Ego yang melenyapkan akal-akal sehat. Ego yang menyiakan engkau hingga menjauh, amat jauh dariku. Namun malam ini … hanya di malam ini hilang rasanya ego itu. Ingin aku mengenangmu lagi malam ini. Sungguh aku inginkan itu.

Di satu malam tanpa bintang itu. Malam nan sepi, sunyi, pun berhias cahaya kelabu nan jauh di ujung sana. Di bawahnya pula kita berlindung kala itu. Dua jiwa muda menggelora. Merah menyala. Bersarang murka nan membutakan asa.

Terpisah kita oleh beton usang termakan usia. Engkau berada di dalam sana, tersedu lara. Sebegitu aku berdiri di sini, tertunduk lesu di luar sini.

Tak jua terucap kata-kata penyesalan itu. Penyesalan yang akhirnya menuai kerinduan. Rindu yang menyebabkan banyak jiwa-jiwa putus asa.

Aku menyadarinya. Sadar benar aku ini. Walau sekarang sudah lama berlalu. Walau sekarang tak dapat lagi aku mendekap lembut tubuh itu, menggenggam erat tangan itu. Tetap aku tak peduli. Tetap aku ingin mendengar lagi suara merdu itu. Tetap aku menantikan hadirnya engkau padaku.

Aku merindukan engkau. Rindu yang menusukku begitu dalamnya. Sangat dalam dengan pisaunya yang tajam. Sakit, oh sakit sekali. Pun rindu itu mengiris hati terkecilku kini. Tanpa bisa akanku melihat darahnya, bekas lukanya.

Hadir bayangmu semakin dekat. Pun semakin jelas terasa. Gelap malam ini. Bintang-bintang bersembunyi. Enggan mereka. Begitu jua rembulan yang mengintip sendu. Oh, di mana? Di manakah sosokmu malam ini?!

Melodi gitar itu, ketukan perkusinya. Meremas hebat akan jantungku, mengguncangnya kuat. Canda tawa kita, kenangan kita bertahun-tahun lamanya, hanya bersisa sedikit lagi saja. Pelan dan perlahan terisis, terkikis, lenyap dan hancur pula akhirnya. Tinggal menghitung jari saja, tinggal segitu lagi saja, kenangan itu takkan lagi bersisa jua.

Aku sempat percaya. Percaya pada dua hati yang pernah pecah kan menyatu kembali akhirnya. Sungguh aku sempat percaya. Namun bukan di masa ini. Bukan di saat ini. Bukan! Di tiga tahun yang lalu, itulah masanya. Masa sebelum aku bertemu akan dia. Sebelum engkau mengikat janji suci dengannya. Pun jauh sebelum itu.

Sempat jua aku tak lagi mengenangmu. Semua karena sosoknya di sisiku. Dia yang tak kunjung sama akan kau. Namun dia jualah yang buatmu dekat akan hati ini lagi. Ah, sungguh indah namun menyakitkannya masa-masa itu. Aku yang justru mengingat akanmu lagi, di antara bersamanya aku akan dia. Dia yang sama jua nyatanya.

Hujan. Bergetar rasanya pendengaran ini. Oh, hujan! Bergetar jualah batin ini dibuatnya. Sejuk angin berdesir sendu. Melambungkan angan kelam yang menyayat jiwa.

Bertumpah-ruah pula tetes air mata langit malam. Pun lantunan “Sungguh” nan berputar lagi, lagi dan lagi. Sungguh tak disangkanya olehku akan sakit yang datang lagi rupanya. Umpama susu nan dibalas air tuba, dia pun pergi jua ujungnya.

Mengapa harus di masa itu? Di kala bahagia sudah memupuk dalam asa. Sudah jua aku memilih akan dia, bukannya engkau. Namun dia, bukan aku yang terpatri di hatinya.

Menyedihkan aku ini. Hatiku berteriak parau kala perginya dia, berpanggilkan engkau nun tak tahu di mana. Percuma. Lambat sudah aku menyadarinya. Tak dijumpa lagi rupanya akanku yang membekas dalam relung hatimu.

Lagi-lagi terempas sudah hatiku. Jatuh aku ke lubang hitam tak bertuan. Dalam … dalam sekali. Sungguh begitu dalam. Tak berujung rasanya, sakitnya, sesaknya, semuanya!

Oh, biarkan aku mengenang akan kau lagi kali ini. Berjanji aku pada bayang sosokmu. Inilah yang terakhir. Percayakan jualah pada rintihanku ini. Pastilah ini kali terakhir aku mengenang akan kau!

Alunan tembang mencapai titik ujungnya. Benar-benar akan berakhir. Pun bayang sosokmu perlahan pudar. Senyuman itu, keindahan itu, tak ada lagi kurasa pilu melihatnya. Pudar. 

Tenang rasaku. Saat kenangan indah nan menyesakkan itu tersisa hanya secuil lagi. Terkikis amat pelan, perlahan-lahan hingga hilang jualah jadinya.

Senang rasaku. Tahu akan engkau yang sudah bertemu bahagia. Pun akan dia yang tak kalah berbahagia. Tak ada lagi akanku yang mengenang engkau dan dirinya. Semoga di satu hari nanti … aku jua kan berjumpa bahagia.[]

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
halunation
Zaura J
Flash
Sungguh
Adnan Fadhil
Novel
Bronze
Pretend to Forget
Afifah Azzahra
Novel
merpati pengantar surat
Helmy thaher
Novel
Bronze
Pasienku pasanganku
Author WN
Novel
Bronze
Puri Setan dan Penghuninya yang Pernah Jatuh Cinta
romaneskha
Skrip Film
TERNAMA NAMA
M Teguh Gumilar
Novel
Ini Sepi Terus Ada, dan Menanti
Achmad Muchtar
Skrip Film
Rice to Meet You (Screenplay)
Muhammad Ghifari Aldiansyah
Flash
Bronze
Kakak Perempuan dan Adik LAKI-LAKI (Membicaralan Adam 20)
Silvarani
Novel
Jejak di Tengah Kerudung
Nabila Ghaida Zia
Novel
Bronze
Menghapus Bayangmu
Alexa Rd
Skrip Film
MONA
Arienal Aji Prasetyo
Novel
Bronze
Pohon Imajinasi
Janeeta Mz
Skrip Film
LANDAK TANPA PERSAHABATAN
Senna Simbolon
Rekomendasi
Flash
Sungguh
Adnan Fadhil
Cerpen
Bronze
KKSF #6 Teror Sang Malam
Adnan Fadhil
Cerpen
Nama Kode: B-5
Adnan Fadhil
Cerpen
KKSF #3 Mahakarya Terakhir
Adnan Fadhil
Flash
Kemah dan Air Mata
Adnan Fadhil
Cerpen
Rahasia Kotak Perhiasan
Adnan Fadhil
Flash
Buku Harian Nana
Adnan Fadhil
Cerpen
Bronze
KKSF #1 Cermin Pengulang Takdir
Adnan Fadhil
Novel
Bronze
Lukisan Kematian
Adnan Fadhil
Flash
Boo si Boneka Kelinci
Adnan Fadhil
Cerpen
Bronze
KKSF #5 Desir Angin, Gemuruh, Langkah Kaki
Adnan Fadhil
Flash
KKSF #8 Berdansa Dengan Hantu
Adnan Fadhil
Cerpen
Bronze
Tragedi yang Indah
Adnan Fadhil
Novel
Memori Berdarah
Adnan Fadhil
Cerpen
Bronze
KKSF #2 Pelarian Seorang Gadis
Adnan Fadhil