Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Bayangan Kasus 99
2
Suka
3
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Bayu merasakan darahnya mendidih saat melihat foto itu. Pak Hadi terlihat dalam kondisi mengenaskan, terikat dan tergeletak dengan wajah penuh darah. Di dalam hatinya, ada satu pertanyaan yang mengganggu. Kenapa Pak Hadi? Apa hubungannya dia dengan masa kecilnya dan dengan semua pembunuhan ini?

"Dia… dia pasti tahu sesuatu," gumam Bayu, suara serak. "Sita, kita harus segera ke rumah Pak Hadi. Sekarang juga."

Sita mengangguk cepat, wajahnya serius. "Aku sudah hubungi tim. Mereka siap memeriksa lokasi. Tapi Bayu, hati-hati. Pembunuh ini sudah terlalu dekat."

Setibanya di rumah Pak Hadi, suasana sunyi menyelimuti. Rumah tua itu tampak sepi. Pintu depan tidak terkunci. Bayu dan Sita masuk dengan hati-hati, menatap sekeliling dengan penuh kewaspadaan. Mereka bergegas menuju ruang tamu.

Bayu membuka setiap ruangan, mencari tanda-tanda yang bisa mengarah pada pelaku. Namun, tidak ada yang mencurigakan. Hingga akhirnya, di ruang bawah tanah, mereka menemukan sebuah pintu tersembunyi di balik rak buku tua. Bayu merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia membuka pintu itu, dan seketika bau amis menyerbu hidungnya. Di dalamnya, sebuah ruangan gelap dengan meja besar penuh dengan dokumen-dokumen yang tampaknya sudah lama terlupakan.

“Ini dia…” Bayu berkata pelan. Di meja itu, terdapat banyak dokumen yang terlihat seperti arsip pribadi Pak Hadi. Bayu mengambil salah satu dari tumpukan itu dan membaca judulnya.

"Proyek Anak-Anak…" Bayu mengernyitkan dahi. "Ini… ini tentang eksperimen?"

Sita yang berdiri di belakangnya, terlihat semakin cemas. "Eksperimen apa ini, Bayu?"

Bayu tidak menjawab. Matanya tertuju pada sebuah foto yang tergeletak di atas tumpukan dokumen. Foto itu menunjukkan sekelompok anak-anak termasuk dirinya. Di tengah-tengah mereka, seorang anak yang tampaknya dikenal Bayu. Anak itu mengenakan senyum jahat yang mengerikan.

Si anak yang pernah menghilang.

"Tidak mungkin," bisik Bayu, hampir tidak percaya. "Ini dia yang selama ini memburu kami semua."

Sita menggenggam lengan Bayu dengan ketakutan. "Bayu, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kau lihat di foto itu?"

Bayu menggigit bibirnya. "Semua ini terjadi karena kami. Karena aku. Kami dulu adalah bagian dari sebuah eksperimen. Kami hanya tidak tahu."

Di saat yang sama, sebuah suara tawa yang familiar kembali terdengar di ponsel Bayu. Suara yang dingin dan penuh ancaman.

"Bayu… sudah hampir selesai. Tidak ada tempat lagi untuk bersembunyi."

Bayu merasa tubuhnya kaku. Pembunuh ini tidak hanya mengejarnya, tetapi dia juga sedang membongkar masa lalunya.

"Jangan khawatir, Bayu," suara itu terdengar lebih pelan. "Aku akan memastikan kau jadi bagian terakhir dari permainan ini."

Bayu menutup ponselnya dengan kasar lalu memandang Sita. "Sita, kita harus menghentikan ini sebelum terlambat."

Dengan perasaan yang berat, Bayu kembali memandang foto-foto di meja. Kini semakin menyadari bahwa musuh yang mereka hadapi bukan hanya seorang pembunuh biasa, tetapi seseorang yang tahu segalanya tentang dirinya.

Malam itu, Bayu dan Sita bertekad untuk menemukan siapa yang selama ini memanipulasi mereka. Namun, saat mereka bergegas keluar dari rumah Pak Hadi, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Di luar, mereka melihat siluet bayangan seseorang berdiri di bawah cahaya bulan, menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.

“Lari!” teriak Bayu.

Sebelum mereka sempat berlari, pria itu muncul dengan cepat, tubuhnya bergerak dengan kecepatan yang tidak terduga. Bayu hanya sempat menarik Sita untuk menghindari serangan. Sosok itu sudah berada tepat di belakang mereka.

"Apa yang kau inginkan?" teriak Bayu, hampir putus asa.

Sosok itu tersenyum lebar. "Kau akan tahu, Bayu. Semua akan terungkap."

Bayu berusaha mundur perlahan, menarik Sita ke belakangnya. "Kami tidak tahu apa yang terjadi dulu. Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi denganmu. Tapi, ini bukan jalan untuk menyelesaikan semuanya!"

Suara itu semakin mendekat. “Kalian sudah berbuat salah sejak awal. Semua ini karena kalian tidak pernah peduli. Kami tidak pernah punya pilihan. Tapi sekarang, aku yang memegang kendali. Aku yang mengatur permainan ini.”

Bayu menggenggam erat pistol yang masih ada di tangannya. “Aku tidak akan membiarkanmu menang.”

Dengan cepat, dia mengarahkan senjatanya ke arah sosok itu. Namun, sebelum Bayu bisa menarik pelatuk, sosok itu melangkah lebih jauh. Dalam sekejap, dia sudah ada di depan Bayu. Sekejap mata, Bayu merasakan sesuatu yang dingin mencengkram pergelangan tangannya.

"Begitu mudahnya?" tanya sosok itu dengan suara yang penuh sindiran. "Kau pikir senjata itu bisa menghentikan saya?"

Bayu berusaha melepaskan diri, tetapi semakin lama terasa bahwa kekuatan sosok itu jauh lebih besar dari yang dia bayangkan. Sosok itu menatapnya dengan tatapan kosong, seolah-olah dia sudah tahu semua yang ada di pikiran Bayu.

Tiba-tiba sosok itu menjauhkan diri, mundur beberapa langkah. Dengan suara serak berkata, “Aku sudah mengumpulkan semuanya, Bayu. Semua yang hilang dari masa lalu kita. Semua yang kau lupakan.”

Bayu menatapnya penuh kengerian. “Apa maksudmu?”

Sosok itu tersenyum. "Masa kecilmu. Apa yang kau lihat malam itu. Kau pikir itu hanya mimpi buruk? Tidak, Bayu. Itu adalah bagian dari eksperimen yang terus berlanjut, yang kau tinggalkan. Dan aku adalah hasilnya."

Bayu merasa dunia di sekelilingnya seakan berputar. Semua kenangan yang terkubur dalam ingatan masa kecilnya kini kembali ke permukaan. Sesuatu yang dia lupakan begitu lama.

"Jangan coba bersembunyi," suara itu semakin keras, penuh dengan kebencian. "Aku akan mengakhiri semuanya malam ini."

Seketika, Bayu merasa tubuhnya terjerat dalam kekuatan tidak terlihat, seolah ada sesuatu yang mengendalikan tubuhnya.

Tepat saat sosok itu hendak menyelesaikan permainan terakhirnya, Bayu mendapat gambaran samar tentang apa yang harus dia lakukan. Dalam momen yang sangat singkat, dia menarik napas dalam-dalam dan berteriak dengan keras.

“Tidak!”

Sosok itu terhenti sejenak. Dalam keheningan yang mematikan, Bayu menembakkan peluru yang terakhir, tepat mengenai sasaran. Peluru itu menyentuh tubuh sosok itu dan seketika tubuhnya terhuyung mundur.

Bayu jatuh ke lantai, berusaha memulihkan napasnya. Namun, ketika dia melihat ke arah sosok itu, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Sosok itu terpecah menjadi bayangan-bayangan yang menghilang di udara, seolah-olah tak pernah ada.

Teriakan terakhir dari sosok itu menggema di udara, suara penuh kemarahan dan kebencian yang perlahan-lahan memudar.

“Ini belum selesai, Bayu… belum selesai…”

Dengan gemetar, Bayu dan Sita saling memandang. Mereka tahu, meskipun sosok itu hilang, permainan ini belum berakhir. Mungkin, ini baru awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

Satu hal yang pasti, Bayu tahu bahwa masa lalunya akan terus menghantuinya. Dia harus siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Karena permainan ini, ternyata, tidak akan pernah benar-benar selesai.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Bayangan Kasus 99
Allamanda Cathartica
Novel
Bronze
DEBAT
Bakasai
Novel
DEKUT MERPATI PEMURUNG--The Mourning Dove Calling
Hans Wysiwyg
Skrip Film
El Jamal : Kota, Darah, & Kejahatan Di Dalamnya
Bruno
Flash
Tali(a)
Rena Miya
Flash
Anneliese
Zi Chaniago
Cerpen
[CERPEN] Ganda
Diyanti Rita
Komik
PENALTY GRADE
maulana faris
Cerpen
Belang Yang Dikenang
Fazil Abdullah
Skrip Film
Traumatic Labyrinth (Script)
Revia
Novel
The Bloom of The White Orchid
bbrewa
Flash
Ulang Tahun
Galdev
Flash
Satu Hal
nisaaa
Novel
SECRET CAVE
Rudie Chakil
Novel
Hilang di Suatu Pagi
Hasdevi A. Dradjat
Rekomendasi
Flash
Bayangan Kasus 99
Allamanda Cathartica
Novel
Siluet Kematian
Allamanda Cathartica
Flash
Kepala di Bawah Tempat Tidur
Allamanda Cathartica
Flash
Jangan Percaya Siapa Pun
Allamanda Cathartica
Flash
Tamu Tak Diundang
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Luca Matthijs van der Zee
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Annelise van Dijk
Allamanda Cathartica
Flash
Refleksi Terakhir
Allamanda Cathartica
Flash
Labirin Bawah Tanah
Allamanda Cathartica
Flash
Kasus 99
Allamanda Cathartica
Flash
Sandiwara Berdarah
Allamanda Cathartica