Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Saat Aksara masih kecil, lemari cermin di sudut kamar selalu menjadi tempat favorit untuk bermain. Aksara selalu merasa nyaman di dekat lemari cermin itu, entah mengapa. Setiap kali Aksara menatap cermin di dalam lemari itu, merasakan kebahagiaan yang sulit deskripsikan.
Namun, suatu hari, segalanya berubah. Ketika Aksara membuka lemari cermin tersebut, sesuatu terasa berbeda. Seperti ada energi misterius yang menyelimuti ruangan itu. Aksara merasa seperti terseret ke dalam dunia lain, dunia yang penuh dengan misteri dan rahasia.
Begitu Aksara memasuki lemari cermin tersebut, Aksara melihat bayangannya sendiri. Akan tetapi, ada sesuatu yang aneh dari bayangan itu. Matanya kosong, seperti kehilangan segala sesuatu yang membuatnya hidup. Aksara merasa takut, namun juga penasaran dengan apa yang sedang terjadi.
Aksara berjalan menuju ke bayangan itu dan mencoba berbicara dengannya.
“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Aksara.
Akan tetapi, tak ada jawaban yang keluar dari mulut bayangan dirinya . Ia merasa semakin gelisah dan bingung.
“Apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam lemari cermin ini?” tanya kembali Aksara.
–
Ketika Ia mencoba menjangkau pintu lemari cermin itu, sesuatu yang mengerikan terjadi. Sosok- sosok bayangan lain muncul dan mengelilingi Aksara. Seakan-akan bayangan itu mencoba berbicara kepada Aksara, tapi tidak ada suara yang Ia dengar Ia pun merasa terjebak di dalam lemari cermin itu.
Aksara pun berjalan menembus beberapa bayangan itu, namun semakin lama Ia berjalan . Aksara merasa seperti beberapa kenangan bahagia masa kecil bersama nenek mulai memudar. Lalu Ia berhenti sejenak, melihat di sekitarnya dan Ia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam lemari cermin itu. Bahwa ada sesuatu yang harus Ia ungkapkan untuk bisa keluar dari situasi yang menyusahkan ini.
Dengan perlahan, Ia mulai menggali lebih dalam ke balik bayangan itu, dan berjalan tanpa mendekati atau menembus bayangan itu. Tersandunglah aksara pada sesuatu yang tebal.
“ Aduh.. sepertinya aku melewati sesuatu yang tebal, apa ya?”
Aksara melihat buku tua yang kotor dan tebal seperti buku telpon. Ia pun berusaha mengambil buku itu tapi tidak bisa seakan buku ini tertancap pada tanah. lalu Ia menggali lebih dalam dan membersihkan sampul buku tua itu dari debu yang kotor. Sampul buku tua itu tertulis dengan huruf- huruf aneh. Aksaran pun semakin penasaran dan Perlahan- lahan Ia membuka buku tua itu.
--
Tiba- tiba bayangan yang berada disekelilingnya menjauh dari Aksara. Entah karena apa.
Aksara merasa bahwa buku tua itu adalah kunci untuk mengetahui semua misteri yang tersembunyi di dalam lemari cermin ini. Aksara pun mulai membaca buku tersebut dan terkejut dengan apa yang Ia temukan. Buku itu berisi tentang kekuatan magis dan kenangan-kenangan yang tidak diinginkan oleh orang- orang zaman dulu yang tersimpan di dalamnya.
Aksara merasa ketakutan dan terkejut dengan apa yang Ia temukan. Ia tidak pernah membayangkan bahwa lemari cermin yang dulu Ia anggap sebagai tempat bermain yang menyenangkan bisa memiliki kekuatan yang begitu dahsyat.
Dengan tekad yang bulat, Ia memutuskan untuk menghadapi bayangan- bayangan itu, dan segera berjalan ke pintu lemari cermin itu. Ia harus menyakini sugestinya, bahwa semua kenangan bahagia masa kecilnya tidak akan terhapus oleh bayangan- bayangan itu. Ia berjuang dengan segala yang Ia yakini untuk bisa keluar dari perangkap yang telah menjerat Aksara begitu lama.
Setelah berjuang keras, akhirnya Aksara berhasil menggapai pintu lemari cermin. Ia merasa lega dan bersyukur bahwa Ia berhasil menyelamatkan kenangan-kenangan bahagia masa kecilnya. Dengan langkah tegap, Aksara keluar dari lemari cermin itu dan merasa bahwa Ia telah menjadi pribadi yang lebih kuat. Ia belajar banyak hal dari petualangan yang menakutkan ini, bahwa terkadang kita harus menghadapi ketakutan dan menghadapi masa lalu agar bisa melangkah maju ke depan.
Kini, lemari cermin itu telah menjadi barang yang angker. Namun, Aksara tidak akan pernah melupakan pengalaman yang telah Ia alami di dalamnya. Lemari cermin tersebut telah mengajarkan bahwa tidak semua yang tampak indah dari luar adalah benar-benar baik di dalamnya.