Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
BOLEN SOULMATE
1
Suka
63
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Tetanggaku kuliah tinggi, tapi belakangan aku lihat ia tak lagi peduli dengan ijazahnya.

“Enakan di rumah,” katanya waktu aku tegur saat minggu lalu mau ke car free day.

Sepulang dari CFD dia ngajak ngobrol lagi. “Wah ternyata enak jualan,” katanya kemudian.

“Lha, ijazahmu itu nanti gimana,”

“Ya untuk bungkus gorengan kalau perlu biar viral seperti kemarin,” jawabnya asal ngomong.

Orang ribut ijazah, sampai ada yang ngak kuliah ngaku kuliah. Ada yang mau kuliah sampai jungkir balik kerja. Eh dia malah berharap ijazah Magisternya bisa untuk bungkus gorengan.

Beberapa hari ini aku lihat ia sibuk, ngotak-atik dapurnya dan menyulap jadi kitchen- maksudnya dapur elite.

“Aku mau masak, mau jadi chef aja,” ujarnya pagi-pagi melapor tanpa diminta.

“Lho kok aneh, sekarang malah mau jadi chef. Kalau memang mau jadi chef kenapa harus ngambil magister pendidikan kesehatan segala. Buang-buang duit tau!’ protesku.

“Terserah aku, kan aku yang kuliah, aku yang buang duit. Memangnya kamu pernah nyumbang?’ tanyanya entah sewot entah cuek.

“Ya, belum pernah sih, tapi untuk apa aku sumbang kamu kan orkay. Cuma aneh aja ada orang kuliah tinggi terus buang ijazah.”

“Minimal sekarang aku jadi tau,” katanya lagi.

“Tau apa?” aku dibuat penasaran.

“Bahwa sekolah tinggi itu kadang-kadang ngak relate sama dompet tebal.”

“Kamu aneh, maksudnya?”

“Kemarin di CFD aku ngobrol sama penjual tahu walik,” ujarnya. “Coba tebak berapa duitnya sehari?” dia menunggu aku menjawab. Karena lama akhirnya ia jawab sendiri pertanyaannnya. “Dua juta sehari, netto! fantastik!!” Itu baru dari satu cabang, bayangkan kalau sepuluh," katanya sambil geleng-geleng kepala.

Lalu mikir-mungkin kalkulator di kepalanya sedang berhitung 2 juta x 10 cabang =20 juta x 30 hari = 600 juta sebulan, karena tiba-tiba dia berteriak, "Gila!! Fantastik!!"

"Padahal dia cuma mahasiswa drop out," sambungnya.

"Drop out darimana?"

"Dari Harvard, katanya nggak cocok kuliahnya disana," Ra menjawabnya seolah sedang ngomong sesuatu yang ngak penting dan ngak prestisius--Harvard!!.

"Gila!, Harvard!!?" Aku menggeleng-geleng tak percaya, eh dia malah cuek seolah bilang, memangnya sepenting apa sih Harvard itu?.

Ampun deh!, kalau dia ngak imut sudah aku tampol pipinya.

Seandainya saja dia tau, biaya kuliah tahunannya aja sebesar 56.550 dolar alias 905,4 juta rupiah per tahun, itu hampir 9 digit!!.

Aku pikir ia sedang mimpi di siang bolong, rupanya sedang mikir.

***

Seminggu setelahnya aku mencium wangi dari ventilasi dapurnya. Wangi manis gula bercampur aroma coklat, dan lembut tepung. Penasaran aku ketuk rumahnya. “Ngapain Ra?”

“Mewujudkan mimpi,” jawabnya santai.

“Mimpi apa?”

“Mimpi jadi jutawan kaya yang punya tahu walik,” jawabnya masih santai. Lalu ia menyodorkan satu potong kue bolen coklat. “Gimana menurutmu, enak?”

Aku hanya mengangguk-angguk karena sedang menikmati rasanya.

“Gimana, enak ngak?, ngak jelas jawabannya cuma mengangguk,” protesnya.

“Ya makanya ini sedang dinilai, sedang mengangguk-angguk tandanya sedang menikmati,’ jawabku.

Ternyata ia sedang menunggu sambil menatap wajahku. “Gimana, enak ngak?”

“Ada yang kurang,” jawabku kemudian. Dan ternyata itu membuatnya setengah panik.

“Kurang banyak kasih sampelnya. Sumpah ini enak banget Ra, minta lagi boleh?” tanpa basa-basi ia menyerahkan sekotak kue bolen buatannya.

Sixth month later

Gila...,! entah ide darimana, sejak main di sosmed, sekarang membuatnya jadi chef dan pebisnis betulan. Punya branding lagi. Rumahnya jadi ramai. Sebentar-sebentar malah ada yang nyasar ke rumahku, ngetuk pintu. “Kak, mau ambil orderan bolen,” kata si pengetuk pintu.

Aku langsung meneleponnya, [“ Ra pasang spanduk atau apa kek!-mana tau yang mana rumahmu kalau kamu cuma masangnya banner di sosmed. Nih ada orang nyasar lagi,”] ujarku. Tak lama ia muncul sambil tersenyum manis.

“Maaf sayang ya,” katanya sambil menyerahkan pesanan, dan juga menyisakan satu kotak spesial untukku.

O Iya, sejak ia mulai buat bolen, dan aku bilang aku penggemar favoritnya—eh dia bilang dia juga suka sama aku. Ya sudah sejak itu kami jadian. Jadi soulmate-si bolen!. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Gold
Game Over Club
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Love You, Doc!
Ayu Anggun
Flash
BOLEN SOULMATE
Hans Wysiwyg
Novel
1'
Maulida Ajeng Priyatnomo
Novel
USAI
Caca Sagita
Cerpen
Bronze
Home
Rama Sudeta A
Cerpen
Bronze
TAK SEINDAH KATA
Citra Rahayu Bening
Novel
Bronze
Rama's Story : Virgo Chapter 2 - Guardian Angel
Cancan Ramadhan
Novel
Bronze
Babu Boss
Siska Ambarwati
Novel
Gold
Amor Est Poena
Mizan Publishing
Skrip Film
Intuisi Tentang Rasa
Khairaniiii savira
Cerpen
Kamu Harus Bahagia, Nad
Faristama Aldrich
Novel
Bronze
Tentang Nara
Adi Kurniawan
Novel
Sang Waktu
Musakkir Basri
Cerpen
Bronze
Hari ketika Monda Jatuh Cinta
Afri Meldam
Rekomendasi
Flash
BOLEN SOULMATE
Hans Wysiwyg
Cerpen
FAKE PSIKOPAT
Hans Wysiwyg
Flash
Remember Us This Way
Hans Wysiwyg
Cerpen
SUNYI SEKALI
Hans Wysiwyg
Cerpen
Damar Senja
Hans Wysiwyg
Novel
DI BAWAH LANGIT YANG TERLUKA Beneath The Wounded Sky
Hans Wysiwyg
Novel
TEDUH DALAM BARA Dua Perempuan Teluk Naga
Hans Wysiwyg
Flash
Mimpi Teduh
Hans Wysiwyg
Flash
SEMANGKUK NASI UNTUK AYAH
Hans Wysiwyg
Cerpen
THE CHOICE
Hans Wysiwyg
Flash
MAKLAR
Hans Wysiwyg
Flash
Jatuh Cinta, Ternyata....
Hans Wysiwyg
Cerpen
BADRI BERHANTU dan Kisah-Kisah Pabrik Padi Syereem!
Hans Wysiwyg
Flash
PARMIN DAN BURUNG MAJIKAN
Hans Wysiwyg
Flash
PAMIT
Hans Wysiwyg