Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Demam dangdut di kampung kami sedang menjalar. Banyak warga ikut fomo ini. Di setiap jalan hampir terdengar musik dangdut. Ada yang membunyikannya dengan kuat hingga terdengar dari jarak yang jauh. Ada pula yang suaranya kecil sekali, seolah dinikmati sendiri. Tapi bisa dipastikan mereka memang bersenandung nyanyian dangdut.
Akbar, ia adalah salah satu temanku yang paling antusias. Ia lebih dulu dari siapun. Setelah solat subuh berjamaah bersamaku di masjid, kini terdengar suara sumbangnya. Ia bernyanyi sambil kejar-kejaran dengan ketukan musik. Terkadang Akbar duluan, terkadang ia tertinggal dan lama kelamaan menjadi selaras.
Rumahnya yang juga buka warung selalu ramai akhir-akhir ini. Pelanggan yang tadinya hanya ingin membeli ketoprak, kini punya hiburan baru berkaroke sepuasnya. Tidak tanggung-tanggung demi jaringan yang lancar ia memasang wifi. Membuat kami betah berlama-lama di sana.
Hari demi hari berlalu dengan kami yang semakin mantap. Kami tak perlu lagi membaca teks di hape. Kami sudah bisa bernyanyi tanpa melihat layar bahkan dengan mata tertutup. Sebuah pencapain untuk kami yang memulai semua dari bernanyi modal tetrimg.
***
Salah satu sodara jauh dari pak Yanto sedang berlibur di desa kami. Tentangga Akbar itu memiliki suara yang sangat bagus. Informasinya ternyata ia adalah jebolan dangdut academy di salah satu tivi swasta. Memiliki nama panggung yang serupa ikan. Nila.
Bila Nila bernyanyi, kami bergantian membuat status sehingga orang semakin ramai mendekat. Akbar sering carper ke Nila. Bila ada nenek-nenek yang ikut bergoyang bersama Nila, ia tak segan memberikan saweran kepada nenek itu dan membuat suasana semakin meriah.
Sebagai teman kami merasa senang untuk Akbar. Apalagi respon Nila juga terlihat baik. Sambil terseyum sesekali Nila sering memandang tajam Akbar. Ketika bernyanyi bersama, mereka bak sepasang kekasih. Penuh kemistri.
Ini jelas membantu membasuh luka Akbar yang pernah ditinggal nikah oleh mantannya. Karena luka itu juga, meski Akbar terkenal sebagai pria yang sangat baik, hingga berumur 30 tahun akbar masih belum bisa membuka hati untuk wanita lain.
Suatu hari Akbar menugaskanku untuk mencari tahu tentang Nila. Permintaan itu tentu aku iyakan dengan penuh tanggung jawab.
Tanpa menunggu waktu lama. Aku mengajak Nila bicara. Memenuhi semua permintaan Akbar. Jelas aku sangat antusias. Namun, semua berubah ke arah yang tidak baik saat Nila memberi tahu umurnya.
Kabar tidak mengenakan ini kuberitahukan kepada Akbar lewat sebuah nyanyian.
Saat ulang tahun ku tuang minuman kedalam gelas. Sejak saat itu kutahu usiamu baru sebelas.
Sayangnya Akbar tidak paham. Ia malah mendekatiku dan asik bergoyang.
-Tamat