Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Berdansa Dengan Hantu
0
Suka
5,035
Dibaca

Jemari mungil nan anggunnya bergerak indah, dalam balik bayang jingga oleh lilin-lilin kecil ruang penuh sesak. Wajah sayu nan pucatnya berhiaskan senyum ketir dari bibir pecah akibat kurang asupan air. Dia berkisah sambil bernyanyi dalam bahasa yang tak ada satu pun dari mereka peduli. Mereka yang bahkan tak dapat dilihat mata-mata lain selain si gadis kecil.

Dua boneka kayu berselimut benang halus berdansa kaku di bawah tangannya. Mulut sang boneka terbuka dan menutup, mengikuti irama sendu pembawaan gadis kecil. Ke kanan, ke kiri, lalu ke kanan lagi. Semakin puluhan mata penikmatnya berdecak penuh kagum, semakin sendu pula nyanyian itu. Nyanyian yang penuh emosi nan menyayat hati.

Dia, gadis kecil berwajah pucat, perlahan meneteskan air mata. Kegundahan yang menjalar membangkitkan kegentaran, juga kekhawatiran. Seketika tetes-tetes air dari mata itu semakin deras, menghujani dua boneka yang masih saja terbuka dan menutup mulutnya. Tak sanggup si gadis kecil, pelan dan perlahan jemari mungil itu berhenti menari. Tapi tidak dengan dua boneka kuyup berkat tetes deras air mata itu.

“Bernyanyilah, berdansalah!”

Sorak-sorai sang penikmat bergema, menggegerkan ruang temaram penuh sesak. Mereka bangkit, terbang mengelilingi si gadis kecil. Lagi dan lagi. Sorak-sorai itu semakin nyaring bunyinya.

“Tidak … berhenti … kumohon, berhentilah!”

Berteriak si gadis kecil. Tapi teredam, tak terdengar. Gaduh suara mereka, semakin gaduh. Memekakkan, menusuk jantungnya. Menyebar menuju otak, membakarnya. Panas, panas, panas!

“Bernyanyilah, berdansalah!”

Gadis kecil terduduk, kedua tangannya menutup telinga. Dia menyeret tubuhnya, menjauh dari mereka sang penikmat, juga dua boneka yang bagai dirasuk nista. Masih berdansa keduanya, cepat dan jahat. Bergerak mereka, mengejar si gadis kecil yang wajahnya bahkan tak bisa lagi disamakan dengan pucat; putih yang terlalu putih.

“Bernyanyilah, berdansalah!”

Suara yang sama itu berdengung begitu cepat di kepala gadis kecil. Menusuk sekali suaranya. Begitu kejam dengungannya, beringas, tak tertolong lagi sakitnya. Gadis kecil terkepung, tak lagi bisa bergerak. Punggungnya menyentuh dinding yang dingin menyengat, tapi tak berpengaruh pada sekujur badannya yang juga mulai memanas.

Taktaktak.

Gemeretak mulut dua bonekanya mengambil alih, melenyapkan kegaduhan suara sang penikmat. Semakin dekat bonekanya, lebih dekat lagi. Maka dansa dan gemeratak mulutnya semakin cepat, pun bertambah kejamnya.

“Berhenti, kumohon berhenti!”

Pasrah si gadis kecil, tapi bukannya mereka peduli. Tubuhnya berdiri paksa. Dua tangannya tertarik hingga merentang. Lalu dua sikunya yang mengeras pun tertekuk paksa. Ke atas, lalu patahlah tulangnya. Baru ke bawah, maka terkulailah jadinya. Begitu nyaring bunyi patah tulangnya, apalagi ngilunya. Dan itu terjadi pada kesemua sendinya. Dan dia mulai berdansa.

Mereka sang penikmat bernyanyi dalam bahasa yang tak si gadis kecil mengerti. Gadis yang bahkan tak dapat dilihat cahaya kehidupan dari kedua matanya. Semakin meriah nyanyian mereka, semakin cepat pula dansanya, juga dua boneka yang kini berkeliling pada kakinya. Sinar sang bulan mengintip ruang temaram yang tak lagi penuh sesak. Lalu tampaklah benang halus mengilap dari sendi-sendi si gadis kecil.

Pelan, begitu pelan dan halusnya roh si gadis kecil beranjak dari tubuh kakunya. Tapi tubuh itu masih berdansa. Semakin tinggi, jauh lebih tinggi lagi. Melayanglah rohnya melewati ruang temaram tak bersesak. Lebih tinggi, lebih tinggi, lebih tinggi lagi. Maka tembuslah langit sendu sang malam. Lalu terang benderang.

Roh gadis kecil masih melayang pelan pada ruang terang yang malah menyesakkan baginya. Dan yang pertama kali dia lihat adalah tubuh pucatnya yang terbaring kaku. Kemudian tampak olehnya sosok mama yang begitu dirindukannya. Tapi sang mama begitu sendu wajahnya, juga terisak penuh air mata.

“Mama!”

Suara itu bagaikan tak terdengar, meski begitu kencang si gadis kecil berteriak. Lalu matanya beralih pada sosok lain. Begitu asing sosoknya, hitam jubahnya, juga keji dan beringas wajahnya. Sosok asing itu mengabahkan kedua tangan padanya. Ketakutan pun kembali menyapanya.

“Mama, dia siapa? Tolong, aku takut, Ma!”

Masih tak terdengar suaranya. Masih pula rohnya melayang pelan. Namun kali ini, dia tahu ke mana arah tujuannya. Pandangan si gadis kecil bertuju pada satu benda itu, sebuah boneka kecil. Cantik dan anggun rupa bonekanya, juga menenangkan siapa pun yang melihatnya. Tapi tidak bagi roh si gadis kecil. Dia tahu betul boneka itu. Itu sang penikmat!

“Gendong bonekanya.” Sosok asing memerintah mama gadis kecil. Lantas sang mama menurutinya.

“Jangan, Ma! Jangan pegang bonekanya!”

Tapi tak berguna. Terlambat, sudah sangat terlambat. Kini gadis kecil mulai terserap masuk pada sang penikmat.

“Bernyanyilah, berdansalah!”

Suara keji itu berdengung lagi. Semakin keras, semakin gaduh, semakin menusuk. Tak dapat pula gadis kecil menahan sakitnya, ngilunya, panasnya. Tapi itu sudah terlambat. Boneka dalam pelukan sang mama terbuka matanya. Lalu menyeringai.

“Mari berdansa, Mama.”[]

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Flash
Berdansa Dengan Hantu
Adnan Fadhil
Novel
Gold
Ghost Dormitory in Cairo
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen 22 Boards
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
JALAN SETAPAK BERKABUT
Novita Ledo
Novel
TUMBAL PENGGANTI
IndhieKhastoe
Flash
Black
Rama Sudeta A
Skrip Film
'AIN
Sastra Introvert
Novel
Sisik Emas
Retno Utama
Flash
Terrorist
Dark Specialist
Flash
Hutan Berkabut Putih
Martha Z. ElKutuby
Novel
Bronze
PKL DI DESA GOSAN
Nunung Hartati
Novel
Bronze
ALONE~Novel~
Herman Sim
Flash
Bronze
Kembalikan
Ron Nee Soo
Novel
Gold
Fantasteen Haunted School
Mizan Publishing
Skrip Film
Tongkonan Terakhir
Risti Windri Pabendan
Rekomendasi
Flash
Berdansa Dengan Hantu
Adnan Fadhil
Flash
Ruang Belajar
Adnan Fadhil
Flash
Santap Malam Terakhir
Adnan Fadhil
Cerpen
Teror Sang Malam
Adnan Fadhil
Cerpen
Cermin Pengulang Takdir
Adnan Fadhil
Flash
Lagu Terakhirmu
Adnan Fadhil
Novel
Bisikan dari Masa Lalu
Adnan Fadhil
Cerpen
Nama Kode: B-5
Adnan Fadhil
Cerpen
Desir Angin, Gemuruh, Langkah Kaki
Adnan Fadhil
Flash
Boo si Boneka Kelinci
Adnan Fadhil
Cerpen
Rahasia Kotak Perhiasan
Adnan Fadhil
Cerpen
Tragedi yang Indah
Adnan Fadhil
Cerpen
Mahakarya Terakhir
Adnan Fadhil
Cerpen
Dalam Keputusasaan
Adnan Fadhil
Cerpen
Pelarian Seorang Gadis
Adnan Fadhil