Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Dinding Apartemen
2
Suka
13
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

"Sudah kubilang jauh - jauh hari. Jangan beli apartemen ini. Harganya saja tidak masuk akal. Tapi kau tak mau mendengar saranku. Kau egois, hanya mementingkan dirimu sendiri."

Clara mengambil remote TV lalu menyalakan nya.

" Aku tau aku salah tapi bisa kah kau tidak terus menerus memojokkanku?".

"Sampai kau berhasil menjual apartemen ini kembali atau kau bisa meminta uang kita kembali pada pemilik yang dahulu, aku akan terus bersikap seperti ini padamu."

"Apa kau tidak kasihan pada anak - anak kita? Rosi dan Rosa?"

"Kenapa jadi aku? Sewaktu kau membeli apartemen ini apakah kau tidak memikirkan anak - anak kita?"

"Cukup Clara. Sudah berulang kali aku katakan padamu kalau aku tidak tau kalau akan seperti ini!"

"Alah... Itukan alasanmu saja."

"Terserah mu saja. Jika kau tak percaya padaku. Yang pasti aku sudah muak kau salahkan terus seperti ini."

"Nikmati saja. Sebelum kita keluar dari sini dan mendapatkan uang kita kembali, kau akan terus ku salahkan."

"Baru 2 hari kita disini, aku sudah tidak nyaman. Bagaimana mungkin kita akan tinggal selamanya disini? Aku tak akan membiarkan anak - anakku tumbuh ditempat seperti ini."

"Siapa juga yang mau tinggal lama - lama disini. Tapi rumah kita pun masih direnovasi dan itu butuh waktu yang cukup lama. Paling cepat 6 bulan, atau bisa juga 1 tahun tergantung dana kita. Tapi untuk saat ini aku tak punya uang lagi untuk membeli apartemen yang baru, kau tau kan baru - baru ini aku harus membeli 1 mobil truk untuk alat transportasi buah sawit kita. Jadi ku mohon sabarlah. Sampai aku bisa mendapatkan uang.

"Apa kau tidak mengecek semua sisi di kamar apartemen ini sebelum mentransfer uangnya?"

"Clara! Harus berapa kali aku bilang. Sewaktu aku masuk kesini, tembok yang berlubang besar itu tertutup oleh lemari. Hanya karena kita membersihkan semua bagian dari kamar ini dan kita menggeser lemari ini makanya kita lihat ada tembok sebesar ini."

"Apa kau tidak mencoba menghubungi pemilik apartemen yang lama? Sebenarnya tembok ini tempat apa? Kenapa begitu seram. Seperti tempat penyimpanan?"

"Tempat penyimpanan apa maksudmu?"

"Aku mencoba menghubungi pemilik yang lama namun dia tak juga mengangkat telponku, lalu aku mengirimkan pesan padanya dan dia membalas pesanku. Dia bilang kalau lubang besar ditembok itu sengaja dia buat untuk menyimpan barang - barangnya seperti buku - buku karena barangnya begitu banyak sedangkan ukuran kamar apartemen ini cukup kecil.

"Trus?"

"Tapi, belum sempat dia memasukan barang - barang kedalamnya, ibunya masuk rumah sakit dan butuh biaya, makanya dia menjual apartemen ini dengan harga yang murah pada kita."

"Dia tau darimana kalau kita sedang mencari apartemen untuk tempat tinggal? Lebih tepatnya kau kenal si pemilik apartemen yang lama dari mana?

" Katanya dia tau dari seseorang teman dekatku dulum. Waktu ku tanya apakah dia tau dari wahyu? Karyawanku yang sudah kuanggap seperti adik kandungku sendiri. Wahyu yang meninggal 2 minggu lalu lalu karena korban tabrak lari.

"Dia mengangguk. Dia bilang sebulan lalu wahyu bertemu dengannya dan mengatakan jika aku sedang mencari apartemen untuk tempat tinggal selama rumah kita direnovasi."

"Jadi dia teman Wahyu juga?"

Clara bertanya seperti ingin menyakinkan kembali."

"Menurut Andi si pemilik lama apartemen ini sih begitu. Dia kenal baik dengan Wahyu."

"Lalu? Apa saran si pemilik lama terhadap tembok besar ini? Apakah dia akan membiarkan tembok ini begini dan kita diharuskan untuk menutupnya dengan lemari ini? Atau dia punya alternatif lain? Kau tak mencoba bertanya padanya.

" Sudah! Aku sudah bilang jika aku tak nyaman dengan tembok ini. Aku juga bilang jika kita merasa takut setiap kali melihat tembok ini. Tembok ini seperti menyimpan banyak rahasia."

"Lalu apa katanya."

Clara terus mendesak, aku mengerti kenapa dia seperti ini. Dia pasti ketakutan sama seperti aku.

"Dia memberikanku nomor Handphone satpam apartemen ini. Kita hubungi satpam ini meminta bantuan padanya."

"Hubungi dia cepat. Hubungi satpam itu sekarang."

"Tapi ini sudah malam Clara. Lihat! Sudah jam 11 malam. Apakah pantas kita menghubunginya satpam itu sekarang."

"Sekarang ambil handphone mu, tekan nomor satpam. Satpam apartemen bertugas 1x24 jam. Dia tak akan mengelak. Cepat ki."

Clara mendesak.

"Bisa segera ke apartemen nomor 5 lantai 5? Saya butuh bantuan bapak."

"Baik, saya segera kesana."

"Dia bilang dia akan segera datang."

"Baiklah kalau begitu. Aku mau memastikan anak - anak tidur dulu.

Clara masuk kedalam kamar.

" Silahkan masuk."

Dalam waktu 5 menit satpam apartemen sudah tiba dikamar apartemen kami, hanya saja aku bingung kenapa dia tidak mengenakan pakaian satpam. Dia hanya menggunakan jaket hitam dan topi hitam.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Bagaimana kalau kita makan dan minum dulu pak, baru kita ngobrol tentang permintaan kami pada bapak."Clara dengan sigap memberikan sepiring cake untuk ku dan sepiring lagi untuk satpam tersebut.

" Panas... Panas sekali Clara. Panas...

Tolong aku Clara, aku sesak, aku susah bernafas.

"Hahaha... Masih belum begitu bereaksi 100%. Mungkin baru 50%. 60 detik lagi baru sempurna."

"Kerja yang bagus sayang. Saat dia mati, kita tinggal menguburnya ditembok ini tanpa ada yang tau. Apakah kau sudah membeli semen seperti yang aku bilang tadi?"

"Sudah sayang, aku sudah membelinya dan aku letakkan ditumpukan kain kotor agar tidak kelihatan oleh manusia bodoh ini."

"Clara...kau... Kenapa kau melakukan ini?"

"Hahahaha apa kau lupa, kau punya asuransi jiwa 10M dan sebuah rumah yang sedang direnovasi.

Aku mengincar itu. Pergilah dengan damai. Tanpa perlu memikirkan ku dan kedua anak kami.

Dia ini pacarku, lebih tepatnya ayah biologis dari Rosi dan Rosa. Selama ini kami berselingkuh dibelakangmu. Sekarang kami tak perlu main petak umpet lagi. Kami bisa bersatu dan menikmati harta peninggalanmu.

"Cuih!"

Aku membuang cake yang kusembunyikan dibawah lidahku.

"Aku sudah merekam semua percakapan kita dan aku sudah mengirimnya ke Roby temanku. Sebentar lagi polisi datang kesini. Waktu kau masuk menidurkan Rosi dan Rosa aku sudah menghubungi polisi. Sebelum wahyu meninggal, dia sempat mengirimkan ku pesan suara tentang perselingkuhan kalian berdua. Sudah sejak lama aku curiga denganmu Clara. Bahkan ketika Rosi dan Rosa lahir, mereka sama sekali tak mirip denganku dan secara diam - diam aku menguji DNA mereka, tak ada kemiripan sama sekali denganku. Mungkin kalian pikir kalian lebih pintar dari aku? Kalian salah. Silahkan nikmati sisa waktu kalian dipenjara.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Thriller
Novel
Bronze
PAKET!!
mahes.varaa
Flash
Dinding Apartemen
Amelia Sibarani
Novel
Bronze
Mami Rose
Ken Hanggara
Novel
Bronze
Four Day's
cimollll
Novel
Tanpa Batas Waktu
Liliyanti
Novel
Ny. Prasangka
IyoniAe
Novel
Orang Itu
Sylicate Grazie
Novel
Ritual Sugih Ni Putri Anjani
E. N. Mahera
Novel
Akhir Dimana Semuanya Bermula
Lyla Iswara
Novel
The Guy Brody
Huang Wiwin
Flash
Bronze
PISAU
mushodah
Novel
Rahasia Keluarga Terlarang
Triboy Mustiqa
Flash
Bronze
Menentang Takdir Mimpi
Omius
Novel
Bronze
RAHASIA CINTA SANG PSIKOPAT
Triboy Mustiqa
Novel
BROKEN BUTTERFLY; Beyond the Night That Differs Love and Lust
iswana suhendar
Rekomendasi
Flash
Dinding Apartemen
Amelia Sibarani
Novel
Bronze
Salahkah Aku Mencintai Guruku
Amelia Sibarani
Cerpen
Rumah Kecil Laras
Amelia Sibarani