Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hari ini, Fajar bersiap-siap hendak ke supermarket. Nita merayu kakaknya supaya diperbolehkan ikut.
“Ayolah, Mas, boleh, yaa? Nita janji takkan nakal di sana.”
“Tidak boleh. Kalau Mas sudah bilang tidak boleh, ya berarti tidak boleh!”
“Aduh, jahatnya Mas Fajar ini! Bu! Ibu, Mas Fajar jahat sama adiknya!”
Fajar bersembunyi di balik kursi. Ibu bergegas datang. Dikiranya, Fajar menyakiti adiknya sampai dia menangis.
“Apa, sih?” tanya Ibu.
“Itu, loh, Mas Fajar, tidak mau kalau Nita ikut ke supermarket! Padahal, Nita sudah janji tidak akan merepotkannya!” kata Nita.
“Fajar, sudahlah, ajak adikmu ke supermarket sana. Nih, Ibu kasih uang lebih buat jajan,” Ibu buru-buru menyodorkan selembar uang sepuluh ribu kepada Fajar.
Fajar mendesah sambil menerima uang itu. Mereka berdua pun berangkat naik sepeda. Setibanya di supermarket, Fajar langsung mengambil troli.
“Mas, Nita mau naik ke trolinya!”
“Ih, kamu, kan, sudah besar. Malu nanti, dilihat sama orang lain!”
“Biar saja. Ayolah, Nita naik, ya?”
Fajar pasrah. Digendongnya Nita dan diletakkannya di atas troli.
Mereka mampir ke rak-rak tempat penjualan bahan makanan. Fajar mengambil kaleng sarden, lalu memasukkannya ke dalam troli. Nita memandanginya dengan penuh minat.
“Kita mau makan sarden, ya, Mas?” tanyanya.
“Iya,” sahut Fajar ogah-ogahan. “Disuruh sama Ayah.”
Nita tersenyum lembut. Setelah mengambil sarden, Fajar mendorong trolinya dan mengambil beberapa bungkus ayam.
Kemudian, setelah berbelanja membeli banyak makanan, akhirnya mereka pergi ke rak tempat biskuit-biskuit. Di sana, Fajar mengambil sebuah bungkus biskuit keju. Nita menolaknya.
“Aku tidak suka keju,” katanya.
“Terus mau apa?” ujar Fajar.
Nita menunjuk ke arah peti es krim.
“Es krim? Yang benar saja, Nita!” kata Fajar.
Dengan tangan ditangkupkan, Nita memasang wajah memohon.
Fajar mendengus. Anak itu mendorong troli sekuat tenaga menuju peti es krim. Untungnya, di sana ada petugas yang sedang sibuk merapikan es krim.
“Halo, Dik, mau ambil es krim, ya?” tanya petugas itu dengan ramah.
“Iya, Pak,” jawab Fajar.
“Maaf, ya, peti es krimnya sedang diperbaiki. Stok es krimnya juga sedang kosong. Maaf, ya,” kata petugas itu sambil membelai rambut Fajar.
Nita menunduk kecewa. Fajar berusaha tersenyum, walau sebenarnya dia ingin sekali makan es krim.
“Kalau Adik-adik mau makan jajan, itu di rak sana ada biskuit dan kue-kue. Kalian bisa beli itu dulu,” si petugas menunjuk ke arah lorong berisi rak-rak biskuit yang tadi dilewati Fajar dan Nita.
Fajar mengucapkan terima kasih, lalu kembali ke lorong tadi.
“Bagaimana? Mau kue yang lain? Mas lihat di sini ada kue cokelat,” kata Fajar.
“Okelah kalau begitu. Ambilkan yang rasa cokelat,” kata Nita.
Fajar mencari biskuit murah yang ada rasa cokelatnya. Setelah dicek, harganya ternyata sepuluh ribu.
Kemudian, kedua anak itu pergi ke kasir. Nita sudah tidak berada di troli. Dengan membopong dua tas belanja, mereka berdua pulang ke rumah.
“Nanti sampai di rumah, kita makan biskuitnya, ya?” kata Nita.
Fajar mengangguk.
Di rumah, mereka makan siang dengan sarden. Kemudian, mereka makan biskuit. Nita menceritakan pengalaman mereka tadi di supermarket.
“Coba kalau kamu tidak ikut, pasti es krimnya masih ada!” kata Fajar pada adiknya.
“Benar. Tapi kalau Nita tidak ikut, Ibu, kan, tidak bakal memberi uang jajan lebih!” kata Ayah, yang membuat semuanya tertawa.
“Ternyata semua kejadian ada konsekuensinya. Tak perlu rugi karena tidak mendapat yang kita inginkan. Yang penting, kita bisa hidup bahagia,” kata Ibu.
Fajar dan Nita tersenyum senang.