Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Suaranya nyaring seperti bebek dijepit ketek. Melaju seperti kerbau ditempeli seratus koyo cabe di pantatnya. Tapi perawakannya kurus kering seperti jangkrik telanjang—hanya rangka dan karbu yang ditempeli knalpot. Ya, motor itu memang motor terkenal di kalangan copet, Yamada Rex-Jing, tapi Joni Oblong bukan pencopet. Joni hanya seorang pengacara, pengangguran banyak acara. Acara kali ini, dia ngebut ke sebuah sekolah SMA, demi ngecengin gebetan kece yang diharapkan bisa dia bonceng pulang—hanya berharap.
"Bentar lagi!" gumamnya, tidak terlalu jelas karena mulutnya banyak kemasukan angin, bahkan bibirnya sempat berkibar saat dia cornering di tikungan. Setelah motornya kembali lurus, ia kerucutkan kembali bibirnya, demi mematuhi hukum aerodinamika untuk meraih kecepatan yang efisien—walaupun seharusnya dia juga patuh terhadap hukum yang mewajibkannya memakai helm. Yah, dia memang tidak sudi memakai helm; tidak sudi mengganggu gaya rambut runcing ala Jogo di anime Jujitsu Klewer Klewer. Sikap yang tidak patut ditiru, ya, teman-teman!
Joni memang sedang naksir cewek cantik dari SMA Nusantara Merdeka, namanya Kartika Sarirasa Croissant—blasteran Amerika yang seperti namanya bisa bikin diabetes jantung hati, manis tak terperi. Joni sendiri lulusan SMK Kebon Randu jurusan mesin—omong-omong, motor itu juga sebenarnya rakitan dia sendiri. Dan sore ini dia dan motornya memiliki misi mengajak kencan Kartika. Dia cukup percaya diri karena akhir pekan lalu dia berhasil menang balap liar antar kelurahan. Hadiahnya memang lumayan, bahkan setelah kena pajak oknum lurah sekalipun.
Joni sempat nyengir saat membayangkan dia bergandengan tangan dengan Kartika, jalan-jalan di mall, memanjakan lidah sang juwita dengan penganan manis di sebuah kafe, nonton di sinema boks. Ah, sepertinya bakal indah ….
Bakal ….
Akan ….
Ekspresi harapan di masa depan ….
Yang belum tentu terjadi ….
Seharusnya Joni jangan nyengir dulu, karena angin dari laju motor membuat giginya kering dan cukup drastis mengurangi percepatan. Kembali Joni runcingkan bibirnya. Tidak hanya itu, dia katupkan ketiaknya untuk melancarkan aliran udara ke jok belakang hingga menekan bagian belakang motornya yang berakibat gaya gesek roda belakang ke aspal jalan semakin besar. Alhasil, kecepatannya bertambah dahsyat!
Memang motornya tidak memiliki speed meter, tapi Joni bisa merasakan betapa cepatnya dia dengan merasakan kedua daun telinganya semakin merapat dan tertanam ke kepalanya. Dia telah memberi definisi baru pada kecepatan yang bisa membunuh!
Dia salip kendaran-kendaraan lain serampangan, tak pelak memancing makian.
“Anjing!”
Tapi kata itu tidak mengganggu Joni. Joni malah bangga. Sebagaimana nama motornya, Rex-jing, perpaduan antara Rex yang berarti Raja, dan Jing yang kependekan dari kata Anjing, maka Joni telah menobatkan dirinya sebagai Raja Anjing di kalangan geng motornya.
Lalu, Joni melihat gedung sekolah tujuannya. Gerbang depannya semakin mendekat. Joni kini bisa membebaskan bibirnya untuk nyengir, terlebih saat dia melihat tiga dara hendak melangkah keluar gerbang itu—salah satu dara itu adalah Kartika.
Terbersit ide di benak Joni, untuk melaju persis di depan gerbang itu, dan melakukan drift singkat dan berhenti persis di depan Kartika. Dalam benaknya, itu sepertinya akan keren.
Hanya saja, Joni tidak memperhatikan ada gerobak sampah lewat. Dan seharusnya Joni tahu, gerobak sampah tidak punya rem, dan ternyata Joni juga tidak punya klakson—tidak ada cara menghentikan gerobak sampah itu! Yang bisa Joni lakukan hanya menarik dan menginjak rem sedalam-dalamnya.
Tapi kecepatannya memang brutal. Roda depannya mengecup mesra sisi kanan gerobak sampah dan Joni terlempar melewati gerobak. Trayeknya masih tertuju ke arah gerbang sekolah. Joni terbang ke arah pujaan hatinya yang sedang melewati gerbang sekolah.
Mata Joni yang terbiasa dengan kecepatan, melihat secercah kesempatan, dia rentangkan kedua tangannya saat laju jatuhnya akan mendarat di dekapan Kartika. Sayang beribu sayang, Kartika yang terbelalak melihat ada pemuda ceking siap menimpanya, ternyata cukup cekatan untuk merunduk jongkok. Begitu pula dengan teman-teman Kartika.
Tidak ada yang mendekap Joni. Tidak ada! Selain sosok tak berupa yang kemudian bertanya, “Man rabbuka? Siapa Tuhanmu?”