Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
0
Suka
659
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Dini hari berhawa dingin. Mbedhidhing, istilah kondisi udara di peralihan musim, penghujan menuju kemarau. Biasa di bulan juni-juli seperti ini, dia ganti kulit—mlungsungi—. Kulit paling tipis di wajah akan mengering, memutih, dan terkelupas. Ganti yang baru. Abdun tahu itu. Tapi, bukan masalah besar baginya. Apalagi sampai harus pergi nyalon. Intensive care setiap hari.

Ah, tidak. Tidak ada yang perlu disalahkan. Tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tak perlu sambat, mutung, dan lain-lain. Baginya, hal itu adalah sebuah bukti, bahwa manusia yang tubuh, tidak bisa lepas dari pengaruh alam dunia.

Yah, begitulah kalau pikirannya lagi murup. Sok bijak, sofistik. Terlebih jika baru selesai mengaji. Dalam perjalanan pulang seperti ini.

Di pinggir jalan dekat pertigaan ibukota kecamatan, Abdun menghentikan laju sepeda motor butut-nya. Singgah ke sebuah warung kopi. Cukup sepi. Selain laki-laki penjual, hanya dua laki-laki muda di sana. Khusyuk menghadapkan wajah ke gadget.

“Kopi hitam… Biasa.” Abdun menegaskan. Si penjual tersenyum dengan mimik muka yang karib. Istilahnya, sok kenal.

“Darimana, Mas?!” katanya memperhatikan Abdun yang bersarung dan berpeci. “Habis belajar ndukun, ya?!”

Abdun terkejut. Tak menyangka datangnya pertanyaan itu.

“Kenapa?! Pingin tambah laris?!”

“Kok tahu?!”

“Harus banyak, banyak bersyukur,” kata Abdun tertawa. Kemudian pergi dari hadapan penjual itu dengan membawa jajan pisang molen.

Dalam duduknya, Abdun teringat apa yang disampaikan oleh Mbah Mad. Pandang dan bacalah semua yang datang kepadamu sebagai ayat, demikian katanya.

Semua adalah ayat. Sesederhana itu. Semuanya. Termasuk kejadian di warung kopi itu. Dugaan si penjual dan sebagainya. Juga kopi yang baru saja terhidang di atas meja. Untuk dinikmatinya, bersama waktu yang telah melewati pukul tiga. (*)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Bronze
MEMILIH SATU DIANTARA DUA
Iman Siputra
Novel
Gold
150 Kisah Utsman ibn Affan
Mizan Publishing
Novel
BTS : Between Two Sides
Satria Adhika Nur Ilham
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Saksi Siksa Siska
hidayatullah
Novel
Sabda Cinta Dua Insan
iqbal syarifuddin muhammad
Novel
HASANA (Jalan Hijrah sang Gadis Mafia)
Ayu Fitri Septina
Novel
Bronze
Godaan Sang Mantan
Biru Tosca
Cerpen
Kekurangan adalah kelebihan yang indah
Windi Liesandrianni
Novel
Jodoh Salah Alamat
Bian
Novel
Bronze
Ayat yang Tak Terucap
DMRamdhan
Flash
[Irene] Reinkarnasi Terdahulu
Almira
Flash
Kepunahan si Bungsu
Musrifah Anjali
Novel
Kepak Sayap Andromeda
Aulia Mumtaza
Rekomendasi
Flash
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Bronze
Kado Spesial
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Di Ombak Pasir Papuma
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Laki-laki dari Pulau Salju
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Waktu; di pesisir utara
Syauqi Sumbawi
Flash
SEBUAH KORAN HALAMANNYA TERBUKA
Syauqi Sumbawi
Flash
REMBULAN BERGARIS DAHAN
Syauqi Sumbawi
Flash
LANGGAR MBAH MAD
Syauqi Sumbawi
Flash
GERAK DALAM KABUT
Syauqi Sumbawi
Flash
ZIARAH LORONG ASING
Syauqi Sumbawi
Flash
NING NONG NING GUNG
Syauqi Sumbawi
Flash
PADA KORIDOR, KENANGAN DAN KEYAKINAN TERGAMBAR
Syauqi Sumbawi
Flash
TAFSIR POHON CEMARA
Syauqi Sumbawi
Flash
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Dunia Kecil; panggung & omongkosong
Syauqi Sumbawi