Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
0
Suka
303
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Dini hari berhawa dingin. Mbedhidhing, istilah kondisi udara di peralihan musim, penghujan menuju kemarau. Biasa di bulan juni-juli seperti ini, dia ganti kulit—mlungsungi—. Kulit paling tipis di wajah akan mengering, memutih, dan terkelupas. Ganti yang baru. Abdun tahu itu. Tapi, bukan masalah besar baginya. Apalagi sampai harus pergi nyalon. Intensive care setiap hari.

Ah, tidak. Tidak ada yang perlu disalahkan. Tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tak perlu sambat, mutung, dan lain-lain. Baginya, hal itu adalah sebuah bukti, bahwa manusia yang tubuh, tidak bisa lepas dari pengaruh alam dunia.

Yah, begitulah kalau pikirannya lagi murup. Sok bijak, sofistik. Terlebih jika baru selesai mengaji. Dalam perjalanan pulang seperti ini.

Di pinggir jalan dekat pertigaan ibukota kecamatan, Abdun menghentikan laju sepeda motor butut-nya. Singgah ke sebuah warung kopi. Cukup sepi. Selain laki-laki penjual, hanya dua laki-laki muda di sana. Khusyuk menghadapkan wajah ke gadget.

“Kopi hitam… Biasa.” Abdun menegaskan. Si penjual tersenyum dengan mimik muka yang karib. Istilahnya, sok kenal.

“Darimana, Mas?!” katanya memperhatikan Abdun yang bersarung dan berpeci. “Habis belajar ndukun, ya?!”

Abdun terkejut. Tak menyangka datangnya pertanyaan itu.

“Kenapa?! Pingin tambah laris?!”

“Kok tahu?!”

“Harus banyak, banyak bersyukur,” kata Abdun tertawa. Kemudian pergi dari hadapan penjual itu dengan membawa jajan pisang molen.

Dalam duduknya, Abdun teringat apa yang disampaikan oleh Mbah Mad. Pandang dan bacalah semua yang datang kepadamu sebagai ayat, demikian katanya.

Semua adalah ayat. Sesederhana itu. Semuanya. Termasuk kejadian di warung kopi itu. Dugaan si penjual dan sebagainya. Juga kopi yang baru saja terhidang di atas meja. Untuk dinikmatinya, bersama waktu yang telah melewati pukul tiga. (*)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Bronze
Surau Tua
Sri Wintala Achmad
Novel
Mondok Iku Wajib. Pinter Iku Bonus
Moh Abdur Rohman
Novel
Gold
Patah Hati di Tanah Suci
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Lammatul Malakh
Raz Aka Yagit
Novel
Gold
Hanya dengan Mengingat-Mu, Aku Tenang
Mizan Publishing
Flash
Air Susu Ibu
Fini Marjan
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Novel
INI BUKAN NOVEL! Edisi Seleksi Kompetensi Dasar CPNS dan Sekolah Ikatan Dinas
elrena._
Novel
Gold
Selamat Berpisah Calon Imamku
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Untukmu Imamku
Ardita
Novel
Bronze
Mata Jahat
Ratih Setyorini
Novel
Bronze
Philophobia
ani__sie
Novel
Gold
Ahed Tamimi
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Katamu Aku Cantik
Farida Zulkaidah Pane
Rekomendasi
Flash
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Waktu; di pesisir utara
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Laki-laki dari Pulau Salju
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Bronze
Kado Spesial
Syauqi Sumbawi
Flash
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Di Ombak Pasir Papuma
Syauqi Sumbawi
Flash
LANGGAR MBAH MAD
Syauqi Sumbawi
Flash
ZIARAH LORONG ASING
Syauqi Sumbawi
Flash
TAFSIR POHON CEMARA
Syauqi Sumbawi
Novel
9
Syauqi Sumbawi
Flash
GERAK DALAM KABUT
Syauqi Sumbawi
Flash
NING NONG NING GUNG
Syauqi Sumbawi
Flash
SEBUAH KORAN HALAMANNYA TERBUKA
Syauqi Sumbawi
Flash
PADA KORIDOR, KENANGAN DAN KEYAKINAN TERGAMBAR
Syauqi Sumbawi
Flash
REMBULAN BERGARIS DAHAN
Syauqi Sumbawi