Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Damansara 1 januari 2001
Anggun, 27 tahun, editor di sebuah majalah ternama di Damansara, Kuala Lumpur, menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya yang panjang diikat rapi, riasannya minimalis namun tetap memukau. Ia tersenyum tipis, mencoba meyakinkan diri bahwa ia siap untuk kencan pertamanya dengan Ambri. Kencan yang terjalin melalui aplikasi kencan online, di mana foto Ambri yang tampan dengan filter "tanpa cela" berhasil memikatnya.
Ambri, 35 tahun, pekerja keras di sebuah pabrik sepatu di pinggiran Damansara, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia mengenakan kemeja baru, berharap bisa membuat kesan baik pada Anggun. Ia gugup, tak seperti biasanya yang selalu percaya diri di lingkungan kerjanya. Ia juga sedikit khawatir, apakah Anggun akan kecewa melihatnya di dunia nyata, tanpa bantuan filter yang membuat kulitnya tampak lebih cerah dan mata lebih tajam.
Kencan pertama mereka di sebuah kafe yang cukup ramai di Damansara. Anggun tiba lebih dulu, mencari tempat duduk yang nyaman di sudut kafe. Ia kembali memeriksa ponselnya, melihat foto Ambri lagi, mencoba mengingat detail wajahnya. Ia mengakui, filter yang digunakan Ambri memang cukup ampuh.
Ambri datang beberapa menit kemudian, menyapa Anggun dengan senyum gugup. Anggun tertegun sesaat. Ambri tampan, tapi tidak persis seperti di foto. Kulitnya sedikit lebih gelap, bekas luka kecil di pipinya terlihat jelas, dan matanya, walaupun tetap indah, tidak setajam yang terlihat di foto. Sejenak, Anggun merasa sedikit kecewa. Ia merasa terjebak dalam jebakan cinta filters.
Namun, Ambri memulai percakapan dengan hangat. Ia menceritakan pekerjaannya di pabrik sepatu, tantangan yang dihadapinya, dan mimpinya untuk memiliki usaha sendiri suatu hari nanti. Suaranya lembut, penuh dengan kejujuran. Anggun mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia terkesan dengan kesederhanaan dan kejujuran Ambri.
Mereka berbincang tentang berbagai hal, dari pekerjaan, hobi, hingga mimpi-mimpi mereka di masa depan. Anggun menyadari bahwa di balik foto yang telah diedit, terdapat pribadi Ambri yang menarik. Ia menyukai cara Ambri bercerita, cara ia menatapnya dengan mata yang tulus, dan cara ia mendengarkan dengan penuh perhatian.
Sepanjang kencan, Anggun berusaha untuk tidak terlalu fokus pada perbedaan antara Ambri di foto dan Ambri di dunia nyata. Ia mencoba melihat Ambri apa adanya, tanpa filter. Ia menyadari bahwa filter hanyalah alat untuk mempercantik penampilan, bukan untuk mempercantik kepribadian.
Kencan pertama mereka berakhir dengan perasaan yang hangat. Anggun merasa nyaman bersama Ambri, meskipun awalnya ia sedikit kecewa. Ia menyadari bahwa kecantikan dan ketampanan bukanlah segalanya. Kepribadian, kejujuran, dan ketulusan jauh lebih penting.
Hari-hari berikutnya, Anggun dan Ambri semakin dekat. Mereka sering bertemu, berjalan-jalan di sekitar Damansara, menikmati makanan di warung-warung sederhana, dan berbagi cerita tentang kehidupan mereka. Anggun belajar banyak hal dari Ambri, tentang kerja keras, keuletan, dan pentingnya menghargai apa yang dimiliki. Ambri juga belajar banyak dari Anggun, tentang cara melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda, tentang pentingnya menghargai detail, dan tentang bagaimana menemukan keindahan di balik kesederhanaan.
Suatu hari, Anggun bercerita tentang kekecewaannya saat pertama kali bertemu Ambri. Ia mengakui bahwa ia terjebak dalam jebakan cinta filters. Ambri tertawa, mengatakan bahwa ia juga sedikit khawatir tentang reaksi Anggun. Ia mengakui bahwa ia menggunakan filter karena ia merasa kurang percaya diri.
"Tapi aku senang kamu melihatku apa adanya," kata Ambri. "Aku lebih menghargai orang yang menerimaku apa adanya, tanpa filter."
Anggun tersenyum. Ia menyadari bahwa ia telah menemukan sesuatu yang lebih berharga daripada kecantikan semu yang ditawarkan oleh filters. Ia telah menemukan cinta yang tulus, cinta yang tidak terjebak dalam jebakan filters. Cinta yang nyata.
Mereka melanjutkan hubungan mereka, tanpa filter, tanpa berpura-pura. Kerana sesuatu yang berpura-pura itu MEMBOSANKAN.