Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Disclaimer : ah, nanti di bawah deh!
Mr. Rick Carver sudah tidak muda lagi. Dia sadar itu, tapi tidak pernah sesadar pagi ini.
Bukan uban, gigi yang tanggal atau mata yang lamur yang membuatnya sadar akan usia, tapi faktor lain. Faktor di luar dirinya.
Secara fisik dia tampak kuat. Bertubuh gempal nan kekar meski perut agak membuncit. Keriput yang tampak hanya yang ada di sudut mata dan kening saja. Secara fisik tidak menampakkan pria yang hampir menyentuh angka 60 tahun.
Dia kendalikan truk pick-up miliknya ke pelataran parkir rumahnya, sejenak urung dari niat untuk ke bengkel tempatnya bekerja. Di lingkungan tempat tinggalnya, dia memang dikenal sebagai montir yang handal. Baru saja dia kembali dari rumah tetangganya, Mr. Johanssen untuk memperbaiki Pontiac antik yang ternyata hanya accu-nya saja yang telah melemah.
"Oh, puji Tuhan, Rick. Kau penyelamatku!" seru Mr. Johanssen saat Rick memutar kunci starter dan mobil pun menyala.
Mr. Carver tersenyum mengingat itu. Masih tersenyum saat dia mematikan mesin pick-up-nya. Tapi dia tidak keluar dari mobilnya. Dia hanya duduk, dengan tatapan mata menerawang. Tampak jelas ada yang dipikirkannya.
"Kenapa kamu? Aku pikir kamu ada di bengkel?"
Rick tersentak. Segera berpaling dan melihat istrinya di pintu depan.
Sang istri menghampiri dan kemudian menyandarkan kedua tangannya ke pintu kabin pengemudi, menatap heran dirinya lewat jendela mobil yang terbuka.
"Iya. Aku mau ke bengkel. Baru saja dari Mr. Johanssen. Pontiac-nya tidak mau menyala," jawab Rick dengan nada suara melambat pada akhir kalimatnya dan diikuti termenung yang kentara.
"Ada yang salah denganmu, pagi ini," ujar istrinya.
"Coba aku perlihatkan sesuatu sama kamu," kata Rick sambil meraih ke kursi penumpang di sampingnya. Ia ambil sebatang besi kecil yang ujungnya sedikit berkarat, di tengahnya terdapat segulung tipis kawat tembaga. Kawat itu sebelumnya dia gunakan untuk mengencangkan kutub accu Pontiac milik Mr. Johanssen. Gulungan kawat itu tinggal sedikit lagi dan kini dia perlihatkan gulungan kawat itu kepada istrinya.
"Gulungan kawat?" ujar istrinya heran.
"Iya. Hampir habis. Aku memilikinya sudah empat puluh tahun. Aku ingat menggulungnya sendiri ke batang besi ini sepulang sekolah. Kamu bisa bayangkan? Empat puluh tahun hidupku, habis sepanjang kawat tembaga ini terpakai. Kamu paham, `kan?"
"Sebaiknya kamu secepatnya membeli yang baru," tanggap istrinya.
Sorot mata Rick mendadak berubah. Seketika ada penyesalan di dadanya.
"Ya, kamu benar. Mungkin nanti waktu makan siang," kata Rick sambil menyimpan kembali gulungan kawat itu di kursi penumpang di sampingnya.
"Aku ke bengkel sekarang," ujar Rick sambil menyalakan mesin.
Istrinya melepas kedua tangannya dari pintu mobil.
"Hati-hati," kata istrinya. Terdengar jelas meski terselubung suara mesin, karena jaraknya memang dekat, tapi entah mengapa bagi Rick istrinya terasa begitu jauh.
Rick melambai saat pick-up-nya menyentuh jalan. Lalu, setelah mobil melaju, dia bergumam, "Dia tidak mengerti rupanya."
Sambil terus mengemudi, ia raih lagi gulungan kawat itu. Ia tatap gulungan kawat itu.
"Thanks, ya. Sudah mengingatkanku. Empat puluh tahun dari hidupku, terasa berarti mengingat ada bagian dari dirimu yang berguna di luar sana"
Disclaimer : Cerita ini terinspirasi sebuah reel ig. Jadi bukan olahan otakku sendiri.
https://www.instagram.com/reel/DDygahRx7sj/?igsh=OG5jbzFsbXkxcmZr
Itu link-nya kalau tidak salah.