Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Guru Marah
1
Suka
4,870
Dibaca

(Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. Nama tokoh disamarkan)

Rabu, 9 Oktober 2024

Hari itu, kami masih ulangan tengah semester. Aku dan teman-temanku belajar agama Islam, karena pada saat itu waktunya ulangan agama.

“Buset, materi dan teori agama susah amat, sih!” komentar hatiku sambil membuka buku paket.

“Hei, teman-teman, aku deg-degan saat ulangan nanti. Banyak teorinya, susah aku menghafal,” ujar salah satu temanku, Mitha.

Sambil belajar, kami juga mendiskusikan tentang materi yang belum dipahami. Setelah bel masuk berbunyi, kami duduk di bangku masing-masing. Wali kelas kami, Bu Tari, memasuki kelas kami.

“Nanti ulangan tengah semesternya dibagi sama guru mapelnya masing-masing, ya!” kata Bu Tari.

“Ya, Bu!” seru kami.

Tak lama kemudian, datanglah Pak Roni, guru mapel agama Islam kami. Bu Tari izin keluar untuk mengobrol dengan guru lain.

“Sudah siap untuk ulangan, anak-anak?” tanya Pak Roni.

“Siap, Paaak!” seruan pun menyambut pertanyaan Pak Roni.

Pak Roni mulai membagikan kertas ulangan dan menyuruh kami untuk tidak menyontek.

Pada awalnya, suasana hening dan tenang. Kami mengerjakan ulangan tanpa suara. Tiba-tiba, salah satu temanku, Fairel, yang minta izin ke toilet. Suasana hening yang membuatku tenang kini berganti jadi suasana berisik seperti di kandang monyet.

“Daripada rame begini, lebih baik ulangannya kita koreksi saja!” suara Pak Roni memecah suasana.

Kami lalu menukar kertas ulangan kami dengan teman sebangku. Lalu dimulailah koreksiannya.

Sayangnya, pada saat sedang mengoreksi ulangan, teman-temanku kembali berisik. Entah itu mengobrol dengan teman sebangku, atau berdiskusi tentang jumlah poin pada jawaban yang benar. Lama-lama, Pak Roni jadi kesal. Persis pada soal terakhir, beliau duduk di kursi guru sambil berseru, “Sudah, kumpulkan ulangannya!”

Suara yang keluar dari mulut Pak Roni bukan lagi bernada lembut. Suara yang keluar kini bernada tajam dan marah. Aku terkejut mendengarnya.

Semua anak segera mengumpulkan ulangannya. Kemudian, Pak Roni menyuruh membagikan ulangan tersebut sesuai namanya.

“Pak, Bapak jangan ngambek, dong…” rayu Nina sambil menatap wajah guru kami itu.

Kulihat Pak Roni sibuk membereskan tas ranselnya tanpa berkata satu pun. Ekspresinya datar.

“Maaf, ya, saya lagi tidak enak hati,” akhirnya beliau bicara. “Saya memaafkan kelakuan kalian tadi. Bukalah buku bahasa Inggris kalian, lalu belajar.”

Pak Roni mengangkat tasnya dan keluar meninggalkan kami.

Aku terpuruk dalam kesedihan. Aku menyesal karena tidak mengingatkan teman-temanku supaya jangan berisik. Aku duduk lemas, dengan kertas ulangan dan alat tulis berserakan di mejaku. Tak sepatah kata pun kuucapkan. Aku tahu betul hati Pak Roni yang kecewa dengan kelakuan kami. Sementara anak lain belajar bahasa Inggris, aku diam terpaku di kursiku.

Menjelang waktu istirahat, Bu Tari datang.

“Ulangan agamanya sudah selesai?” tanyanya.

“Belum,” jawab kami semua.

“Tadi kami sedang mengoreksi ulangan kami bersama-sama, Bu Tari. Terus karena banyak anak-anak yang berisik, makanya Pak Roni jadi marah. Lalu…” Difa berusaha menjelaskan.

Stop!” potong Bu Tari. “Jadi Pak Roni meninggalkan kelas ini sambil marah?”

Semuanya mengangguk.

“Ayo, semua satu kelas keluar dan minta maaf sama Pak Roni, sekarang juga!” titah Bu Tari.

Tanpa dikomando dua kali, kami buru-buru keluar kelas sambil berbaris. Di dekat kantin, kami bertemu dengan Pak Roni. Kami salami tangannya, dan kami juga minta maaf. Hatiku pun lega mendengar Pak Roni mau menilai hasil ulangan kami. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Bronze
Sampai Selamanya
B12
Flash
Guru Marah
Kiara Hanifa Anindya
Skrip Film
I See You (Script)
Wildan Ravi
Flash
Andai Aku Bisa
Ralali Sinaw
Flash
Bronze
Yang Pergi Tak Selalu Pindah Hati, Yang Berdiam Diri Tak Selalu Menanti
Silvarani
Flash
Bronze
Untuk sebuah senyuman
penulis kacangan
Cerpen
Bronze
Setiap Kali Air Matanya Menetes
muhamad Rifki
Novel
Gold
The Nutcracker and the Mouse King
Mizan Publishing
Skrip Film
SEHARI SAJA
ine dwi syamsudin
Flash
Bronze
KHWATIRKU
Yattis Ai
Flash
Bronze
OJOL
Ghiyas
Cerpen
Benang (yang Hampir) Putus
Steffi Adelin
Skrip Film
The Insurance
Bella Puteri Nurhidayati
Skrip Film
Pengacara Hana
Mahdania
Flash
Bronze
PACAR MALAM MINGGU
Okhie vellino erianto
Rekomendasi
Flash
Guru Marah
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Novel yang Tak Selesai
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Tidak Ikut
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Sebuah Gambar dan Sebuah Puisi Untuk Tahun Baru
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Bronze
Penulis Cilik
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Cerpen Rara
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Bronze
Bertemu Ajak di Thailand
Kiara Hanifa Anindya
Novel
Geng Anti Bullying
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Bronze
Mengapa Kita Perlu Membantu Proses Penyerbukan?
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Bronze
Aku Ingin Mudik, Tapi Tidak Bisa
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Bronze
Gosip yang Terhenti
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Senyum Bela
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Kebahagiaan untuk Ninik
Kiara Hanifa Anindya
Cerpen
Bronze
Bukan Sekedar Perjalanan
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Bullying
Kiara Hanifa Anindya