Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
0
Suka
833
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Hujan deras. Bersama angin menghempas. Entah, berapa kecepatan angin yang menjatuhkan air dari langit itu. Abdun tak menghitungnya. Namun, hujan disertai angin kali ini cukup membikin rongga dadanya bergetar. Mulutnya tak henti menggumamkan adzan, shalawat, dan surat al-fatihah. Berulang-ulang. Berharap hujan mereda. Atau setidaknya, angin yang purik itu menjadi sedikit tenang.

Abdun menyaksikan keributan itu di emperan toko. Dahan dan ranting pepohonan bertubrukan. Daun-daun luntruh berserakan. Kabel listrik dan kabel telepon terombang-ambing. Terhempas dan tertahan pada tiang-tiang beton yang tampak muram. Pada selang-seling petir dan gemuruh di langit, gumpalan awan digiring angin. Merendah. Menciptakan kabut. Bergerak cepat dan mendekat.

Kian resah dengan keadaan, Abdun makin serius dengan doa-doa. Tak sadar, kakinya bergerak beberapa langkah ke kanan dan ke kiri. Juga ke depan. Lantas ketika garis-garis hujan seperti anak panah meluncur ke arahnya, Abdun pun mundur hingga terpentok pada rolling door toko. Menjinjitkan kaki, berusaha menghindar. Namun, tetap saja. Celana bagian bawah lututnya basah.

Kembali Abdun menyaksikan hujan angin yang mengepung. Mengakrabi cemas dengan gumam doa-doa, dia berharap kondisi tak berubah lebih buruk lagi. Dan perlahan seiring waktu, angin menjadi tenang. Namun, hujan kian deras. Abdun bersyukur. Baginya, sederas apapun hujan, itu lebih baik daripada hujan disertai angin kencang.

Abdun terus menggumamkan doa-doa. Kali ini dia berharap hujan segera reda. Dia ingin segera tiba di rumah. Menjumpai anak dan istrinya dengan membawa oleh-oleh dari perjalanan ke kota. Sejak berteduh tadi, oleh-oleh itu terus berada dalam dekapannya.

Terbangun dari ingatannya tentang rumah, pepohonan yang berdiri di sepanjang tepian sungai membuatnya tersenyum. Kecut. Mengingatkan pada tingkahnya sendiri beberapa saat yang lalu. Tak seperti dirinya, pepohonan itu tetap dengan posisi dan keberadaannya. Tak perlu pindah. Tak akan pernah menghindar. Bahkan jika hujan badai sekalipun. (*)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
Syauqi Sumbawi
Flash
Bronze
Diana, James and the Death
Vera Anita Daud
Flash
Jiwa Dalam Kegelapan
Dita Xian
Novel
Gold
Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan
Noura Publishing
Novel
Nabastala dalam cerita nara
Harnis syafitri
Novel
Gold
Ketika Nonmuslim Membaca Al-Quran
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Saring Sebelum Sharing
Bentang Pustaka
Novel
Zaidun Wa Hindun
Aviskha izzatun Noilufar
Novel
Gold
Patah Hati di Tanah Suci
Bentang Pustaka
Novel
Kisah dari Desa
Hendra
Novel
Gold
100 Pesan Nabi untuk Wanita
Mizan Publishing
Skrip Film
Ancala: A Love Story Between Two Mounts
Imajinasiku
Novel
Gold
Islam itu Rahmatan Lil Alamin Bukan untuk Kamu Sendiri
Noura Publishing
Komik
Bronze
Notificalove
Rahayu setioningsih
Novel
Gold
Markas Cahaya
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Flash
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
Syauqi Sumbawi
Flash
REMBULAN BERGARIS DAHAN
Syauqi Sumbawi
Flash
TAFSIR POHON CEMARA
Syauqi Sumbawi
Flash
SEBUAH KORAN HALAMANNYA TERBUKA
Syauqi Sumbawi
Flash
PADA KORIDOR, KENANGAN DAN KEYAKINAN TERGAMBAR
Syauqi Sumbawi
Flash
ZIARAH LORONG ASING
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Di Ombak Pasir Papuma
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Laki-laki dari Pulau Salju
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Waktu; di pesisir utara
Syauqi Sumbawi
Flash
GERAK DALAM KABUT
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Dunia Kecil; panggung & omongkosong
Syauqi Sumbawi
Flash
NING NONG NING GUNG
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Bronze
Kado Spesial
Syauqi Sumbawi
Flash
LANGGAR MBAH MAD
Syauqi Sumbawi
Flash
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
Syauqi Sumbawi