Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
0
Suka
745
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Hujan deras. Bersama angin menghempas. Entah, berapa kecepatan angin yang menjatuhkan air dari langit itu. Abdun tak menghitungnya. Namun, hujan disertai angin kali ini cukup membikin rongga dadanya bergetar. Mulutnya tak henti menggumamkan adzan, shalawat, dan surat al-fatihah. Berulang-ulang. Berharap hujan mereda. Atau setidaknya, angin yang purik itu menjadi sedikit tenang.

Abdun menyaksikan keributan itu di emperan toko. Dahan dan ranting pepohonan bertubrukan. Daun-daun luntruh berserakan. Kabel listrik dan kabel telepon terombang-ambing. Terhempas dan tertahan pada tiang-tiang beton yang tampak muram. Pada selang-seling petir dan gemuruh di langit, gumpalan awan digiring angin. Merendah. Menciptakan kabut. Bergerak cepat dan mendekat.

Kian resah dengan keadaan, Abdun makin serius dengan doa-doa. Tak sadar, kakinya bergerak beberapa langkah ke kanan dan ke kiri. Juga ke depan. Lantas ketika garis-garis hujan seperti anak panah meluncur ke arahnya, Abdun pun mundur hingga terpentok pada rolling door toko. Menjinjitkan kaki, berusaha menghindar. Namun, tetap saja. Celana bagian bawah lututnya basah.

Kembali Abdun menyaksikan hujan angin yang mengepung. Mengakrabi cemas dengan gumam doa-doa, dia berharap kondisi tak berubah lebih buruk lagi. Dan perlahan seiring waktu, angin menjadi tenang. Namun, hujan kian deras. Abdun bersyukur. Baginya, sederas apapun hujan, itu lebih baik daripada hujan disertai angin kencang.

Abdun terus menggumamkan doa-doa. Kali ini dia berharap hujan segera reda. Dia ingin segera tiba di rumah. Menjumpai anak dan istrinya dengan membawa oleh-oleh dari perjalanan ke kota. Sejak berteduh tadi, oleh-oleh itu terus berada dalam dekapannya.

Terbangun dari ingatannya tentang rumah, pepohonan yang berdiri di sepanjang tepian sungai membuatnya tersenyum. Kecut. Mengingatkan pada tingkahnya sendiri beberapa saat yang lalu. Tak seperti dirinya, pepohonan itu tetap dengan posisi dan keberadaannya. Tak perlu pindah. Tak akan pernah menghindar. Bahkan jika hujan badai sekalipun. (*)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Religi
Flash
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
Syauqi Sumbawi
Novel
Perempuan Berniqab Hitam 2
Nila Kresna
Novel
Bronze
Pernikahan Aisyah
Delia Septiani
Novel
Bronze
Malaikat Bermata Hazel
iqbal syarifuddin muhammad
Novel
Teruntuk Hamba Allah
Setya Kholipah
Novel
harus dibenahi
Dwi Agus Setyawan
Novel
Sang Perindu Langit
lucky damara
Flash
Sita Permata Syurga
Rahmi Susan
Novel
Gold
Hidup Itu harus Pintar Ngegas Ngerem
Noura Publishing
Novel
Gold
Menemukan Soulmate Pilihan Allah
Noura Publishing
Novel
Tuan Koki untuk Nona
S A K I
Novel
Bronze
Humairahku dan Ranah Minang
Salfia afriadi
Novel
Another Toxic Story
SITI NUR AISYAH
Novel
Waktu Yang Menunggu Kita
Nadiya Nur Andini
Novel
Gold
Sedang Tuhan pun Cemburu
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
Syauqi Sumbawi
Flash
SEBUAH KORAN HALAMANNYA TERBUKA
Syauqi Sumbawi
Flash
GERAK DALAM KABUT
Syauqi Sumbawi
Flash
TAFSIR POHON CEMARA
Syauqi Sumbawi
Flash
ZIARAH LORONG ASING
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Bronze
Kado Spesial
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Di Ombak Pasir Papuma
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Waktu; di pesisir utara
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Dunia Kecil; panggung & omongkosong
Syauqi Sumbawi
Flash
NING NONG NING GUNG
Syauqi Sumbawi
Flash
LANGGAR MBAH MAD
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Laki-laki dari Pulau Salju
Syauqi Sumbawi
Flash
REMBULAN BERGARIS DAHAN
Syauqi Sumbawi
Flash
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
Syauqi Sumbawi
Flash
PADA KORIDOR, KENANGAN DAN KEYAKINAN TERGAMBAR
Syauqi Sumbawi