Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
TAFSIR POHON CEMARA
3
Suka
829
Dibaca

Dari semua yang tumbuh di halaman rumah Pakde Banjir, ada satu pohon yang paling menarik perhatian Abdun. Bukan pohon mangga yang sedang ranum buah-buahnya. Bukan pula pohon nangka yang buahnya seukuran badan kambing ingonan-nya. Tapi, pohon cemara. Tak berbuah. Tak terlalu tinggi juga. Hanya seukuran tiang bendera. Batangnya pun terbilang kecil. Tak seperti pohon-pohon cemara yang tumbuh di tanah pegunungan. Menjulang, seperti hendak menggapai langit.

Sembari menunggu si empunya rumah, Abdun terus mengarahkan matanya ke pohon itu. Tak bosan-bosannya. Padahal, tak terhitung lagi dia pergi mengunjungi Pakde Banjir. Duduk di beranda. Di kursi kayu yang sama. Memandang ke arah yang sama. Dan cemara itu terlihat seperti tak banyak berubah. Mungkin karena tanah dataran rendah kurang cocok dengan pertumbuhannya. Sehingga sejak dulu terlihat begitu-begitu saja.Meskipun begitu, Abdun tak menjadikannya sebagai masalah. Perhatian dan rasa antusiasnya tak pernah berkurang. Barangkali, hal ini karena pohon tersebut adalah satu-satunya cemara yang tumbuh di kampungnya.

Memang, banyak yang mengamini bahwa sesuatu yang langka memiliki nilai lebih dibanding sesuatu yang umum lainnya. Akan tetapi, ketertarikan Abdun pada pohon cemara bukan lantaran keberadaannya yang langka.

Entah, apa itu. Abdun hanya tahu, bahwa setiap kali melihat pohon cemara, pikirannya selalu melompat pada sesuatu yang sangat bernilai. yang luhur, yang tinggi, yang melahirkan rasa khidmat dalam dirinya. Cemara yang tumbuh meruncing ke atas, mengingatkan Abdun pada orang-orang yang mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Begitu pula usaha-usaha (riyadlah) mendekatkan diri pada Tuhan.

Mengenai pikirannya itu, Mas Nur, putra sulung Pakde Banjir yang menyukai dan menulis puisi, hanya mengiya-iyakan kepala usai mendengarnya. Seperti mendapatkan pemahaman lain yang baru, yang berbeda dari apa yang selama ini mengendap dalam pikirannya.

Bagi Mas Nur, pohon cemara seperti menggambarkan jalan hidup kalangan penyair. Misalnya, Chairil Anwar—yang posternya kerap tergantung pada dinding kamar para penyair generasi berikutnya—. Jalan hidup yang cenderung bohemian, tak peduli pada sesuatu yang berharga di mata umum, tak pusing penilaian orang. Karena bagi mereka, satu-satunya yang berharga adalah keyakinan dan jalan hidup yang dipilihnya. Menjadi penyair, yang menyusuri jalan puisi.

Namun, dalam percakapan ringan pada senja yang damai itu, Mas Nur hanya diam. Tidak mengungkapkan pikirannya itu. Hanya ingin mendengar, dengan sesekali mengorek pengetahuan dari Kang Abdun. Laki-laki sederhana berusia sepuluh tahunan di atasnya itu, selalu saja menumbuhkan rasa hormat ketika berhadapan dengannya. [*]

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Religi
Flash
TAFSIR POHON CEMARA
Syauqi Sumbawi
Flash
Bronze
Dua Ribu Rupiah Hadiah Surga?
Daud Farma
Novel
Bronze
Pekat: Wanita Bermata Cahaya
Imajinasiku
Novel
Gold
Sebab Bahagia Itu Mudah
Mizan Publishing
Novel
Yang Tidak Akan Kemarau
Haris Akbar Zahari
Novel
Para Perempuan (yang) Salah
Miftah Widiyan Pangastuti
Novel
Bronze
Sang Peneduh Hati
Ravistara
Novel
Bronze
HARGA SEORANG PEREMPUAN
Siti Nuzulia Regar
Novel
Bronze
Sebuah Pengabdian
Anggrek Handayani
Novel
Gold
Bisnis ala Nabi: Teladan Rasulullah Saw. dalam Berbisnis
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Jihad Julia
Mizan Publishing
Novel
Gold
100 Pesan Nabi untuk Wanita
Mizan Publishing
Novel
Two Different World
Zaafatm
Novel
Gold
Sinau Bareng Markesot (Daur VII)
Bentang Pustaka
Skrip Film
Life is different
Anes poetri
Rekomendasi
Flash
TAFSIR POHON CEMARA
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Waktu; di pesisir utara
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Bronze
Kado Spesial
Syauqi Sumbawi
Novel
Bronze
Dunia Kecil; panggung & omongkosong
Syauqi Sumbawi
Flash
LANGGAR MBAH MAD
Syauqi Sumbawi
Novel
9
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Di Ombak Pasir Papuma
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Laki-laki dari Pulau Salju
Syauqi Sumbawi
Flash
REMBULAN BERGARIS DAHAN
Syauqi Sumbawi
Flash
GERAK DALAM KABUT
Syauqi Sumbawi
Flash
PADA KORIDOR, KENANGAN DAN KEYAKINAN TERGAMBAR
Syauqi Sumbawi
Flash
ZIARAH LORONG ASING
Syauqi Sumbawi
Flash
SETEGUH POHON DI SEPANJANG TEPIAN SUNGAI
Syauqi Sumbawi
Flash
SEBUAH KORAN HALAMANNYA TERBUKA
Syauqi Sumbawi
Flash
Ayat-ayat Kopi, yang pekat lagi nikmat
Syauqi Sumbawi