Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
10 Days Without Permission
1
Suka
13,415
Dibaca

Aku adalah manusia serba canggung memulai atau bahkan sebaliknya. Menjadi figuran dalam lingkaran dunia sepertinya lebih baik dari pada tokoh utama serba salah dan penuh kebingungan. Aku pasang tembok kokoh agar tetap menjadi perempuan tangguh pada mata-mata yang menatap.

Hari pertama, Rutinitasku berjalan kaki hingga kantor seolah menjadi sensor penting bagi toko-toko di sekitaran jalan itu. Setiap hari mereka menyapa dan menyemangatiku. Namun hari itu seorang menyapaku sembari berjalan sejajar denganku menuju kantor. Aku hanya menangguk dan terus berjalan sambil menatap jam tanganku.

Hari kedua, Aku berhenti di sebuah toko roti untuk membeli sarapan pagiku dan untuk teman kantor. Suara yang ku kenal kembali menyapa, aku membalas dengan senyum singkat dan kembali melanjutkan perjalananku menuju kantor.

Hari ketiga, Aku lupa membawa payung dan meramal cuaca hari ini. Sehingga harus berhenti di sebuah cafe yang masih berada di jalan yang sama di rute menuju kantorku. Sambil menunggu hujan reda aku memesan secangkir coklat panas. Sambil menunggu pelayan mengantarkan pesanan, aku memberikan kabar ke teman kantorku bahwa aku akan terlambat datang.

“Ini secangkir cokelat panas pesananmu.”

“Terima kasih,”suara yang kukenal dan kudengar 2 hari belakangan ini.

Aku cukup heran, apa pria itu bekerja di berbagai tempat. Aku menghabiskan secangkir coklat panas hingga hujan reda.

Hari keempat, aku sedikit bangun terlambat dan tergesa-gesa menuju kantor. Aku berjalan sambil terus melihat jam tanganku. Tiba-tiba sebuah batu membuat keseimbangan tubuhku hilang. Aku rerjatuh tepat di keramaian yang sedang berlalu lalang. Aku merasa malu, tapi bagaimana pun aku harus cepat-cepat berdiri. Seseorang membawakan tas tanganku yang terjatuh, dan memegang lenganku untuk segera duduk di bangku yang berada di trotoar samping diriku terjatuh.

”Apakah ada yang luka?”

”Tidak, terima kasih sudah membantu.”

”Jika kau perlu bantuan aku akan mengantarmu.”

”Tidak usah, terima kasih.”

Aku kembali berjalan menuju kantor dan melihat punggung pria itu berlalu.

Hari kelima, aku pergi ke sebuah toko buku yang berada tidak jauh dari kantorku. Seharusnya pergi bersama teman tapi dia sibuk melakukan sesuatu jadi harus pergi seorang diri.

“Apa kau baik-baik saja?”

”Tentu saja.”aku mengenal suaranya tapi tidak terlalu kenal wajahnya. Aku hanya hafal punggungnya yang berlalu.

Hari keenam, aku berjalan penuh dengan rasa penasaran. Aku melihat toko roti, cafe, dan toko buku untuk mencari keberadaannya tapi aku tak melihatnya. Apa ini hanya kebetulan saja, atau dia mengikutiku?

Hari ketujuh, pagi ini cukup mendung dan pasti aku akan membawa payung di dalam tas tanganku. Tapi diluar perkiraan, hujan dengan tambahan badai membuat payungku tidak mampu menahan terpaannya. Aku berteduh di depan toko roti. Tatapanku tertuju pada seorang pria di tepi jendela toko roti itu. Jadi begitu wajahnya?

Hari Kedelapan, aku berjalan sambil terus menelfon teman kantorku. Pria yang sama berjalan disampingku, dia tampak membawa sebuah tas kertas kecil. Dia memberikan padaku dan bergegas berjalan lebih dulu.

Secarik kertas kutemukan didalam tas kecil itu.

”Aku harap kau tidak menanggapku penguntit.”

Aku tertawa dan merasa dia cukup lucu.

Hari kesembilan, Sepulang dari kantor aku berjalan dengan langkah lelah menuju sebuah tempat makan yang berada tidak jauh dari kantorku. Aku menunggu pesanan datang sambil menatap chef yang tengah memperlihatkan aksi memasaknya pada pengunjung tempat itu. Seseorang mendekat dan aku mengenal suaranya.

“Apa aku bisa duduk disini?”

”Bukankah kau bisa duduk di meja yang lain?”

Hari kesepuluh, pria penjaga toko roti memanggilku ketika lewat di depan tokonya. Dia memberiku sebuah roti yang biasa aku pesan dan secarik kertas yang berisi pesan cukup panjang. begitu juga dengan cafe, toko buku dan tempat makan yang ku kunjungi.

“Aku minta maaf jika kau merasa tidak nyaman, aku menitipkan surat ini ke beberapa toko yang biasa kau kunjungi. Aku takut jika salah satunya melewatkanmu. Dan aku lupa memperkenalkan diri, namaku ardan. Aku menghabiskan waktu liburku di kota kecil yang cukup indah ini. Tidak kusangka bisa melihat dan bertemu denganmu. Tapi sepertinya tidak ada kesempatan untuk bicara cukup panjang, aku rasa kau sedikit sibuk dan dingin. Aku tidak pernah bisa mendapat kesempatan untuk memulai pembicaraan karena kau terus membalas dengan jawaban singkat dan tak ingin bicara panjang. Mungkin kau merasa aneh karena terus melihatku di berbagai tempat, itu karena hanya disana aku bisa melihatmu dan mencari cara untuk bisa mengajakmu bicara. Tapi sepertinya kesempatan itu belum ada. Aku rasa kau tak ingin bicara dengan siapapun termasuk aku. Jika kesempatan itu benar ada, bisakah kita bertemu satu bulan lagi. Mungkin aku akan mengunjungi kota kecil ini.”

“Aku rasa aku butuh kehadiranmu meski datang tanpa permisi. “

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Ruang dan Batas
Sri Winarti
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Novel
Gelato for My Lame Life
DWI CAHAYA LESTARI
Skrip Film
NADA CINTA UNTUK GITA
Gung diah
Cerpen
Hello How?
Tiwul
Novel
Waktu yang Salah
Tetes Sedan
Novel
Gold
Sekosong Jiwa Kadaver
Falcon Publishing
Flash
KARTINEM
Embart nugroho
Flash
Touch Your Heart
Dew
Cerpen
Bronze
Ps100jt Situs Agen Slot Online
ps100jt
Cerpen
Bronze
Kenapa Mang Enjang Tak Suka Khutbah Bertema Politik
Habel Rajavani
Novel
Rusuk Berbisik
yustine
Novel
Kamu dan Bagian Dari Hujan
Fatimah Azzahra
Novel
Lara Larasati
almiralth
Flash
Masih Pantaskah Kau Kupertahankan
Yutanis
Rekomendasi
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
The Soundless Tide
lidia afrianti
Flash
Aku berhenti bicara sekarang
lidia afrianti
Flash
Bronze
Jeda Yang Tak Pernah Usai 2
lidia afrianti
Flash
I'm a mother
lidia afrianti
Flash
Lembar Terakhir Si Penulis
lidia afrianti
Flash
SELF
lidia afrianti
Flash
Ibu, sebenarnya. . .
lidia afrianti
Flash
Bronze
Sandiwara
lidia afrianti
Flash
Bronze
Lemon Tea
lidia afrianti
Flash
Andai semua ini benar-benar terjadi
lidia afrianti
Flash
Terapi kota
lidia afrianti
Flash
Kenapa kita kura-kura
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Line And Word
lidia afrianti
Flash
Raut
lidia afrianti