Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
10 Days Without Permission
1
Suka
853
Dibaca

Aku adalah manusia serba canggung memulai atau bahkan sebaliknya. Menjadi figuran dalam lingkaran dunia sepertinya lebih baik dari pada tokoh utama serba salah dan penuh kebingungan. Aku pasang tembok kokoh agar tetap menjadi perempuan tangguh pada mata-mata yang menatap.

Hari pertama, Rutinitasku berjalan kaki hingga kantor seolah menjadi sensor penting bagi toko-toko di sekitaran jalan itu. Setiap hari mereka menyapa dan menyemangatiku. Namun hari itu seorang menyapaku sembari berjalan sejajar denganku menuju kantor. Aku hanya menangguk dan terus berjalan sambil menatap jam tanganku.

Hari kedua, Aku berhenti di sebuah toko roti untuk membeli sarapan pagiku dan untuk teman kantor. Suara yang ku kenal kembali menyapa, aku membalas dengan senyum singkat dan kembali melanjutkan perjalananku menuju kantor.

Hari ketiga, Aku lupa membawa payung dan meramal cuaca hari ini. Sehingga harus berhenti di sebuah cafe yang masih berada di jalan yang sama di rute menuju kantorku. Sambil menunggu hujan reda aku memesan secangkir coklat panas. Sambil menunggu pelayan mengantarkan pesanan, aku memberikan kabar ke teman kantorku bahwa aku akan terlambat datang.

“Ini secangkir cokelat panas pesananmu.”

“Terima kasih,”suara yang kukenal dan kudengar 2 hari belakangan ini.

Aku cukup heran, apa pria itu bekerja di berbagai tempat. Aku menghabiskan secangkir coklat panas hingga hujan reda.

Hari keempat, aku sedikit bangun terlambat dan tergesa-gesa menuju kantor. Aku berjalan sambil terus melihat jam tanganku. Tiba-tiba sebuah batu membuat keseimbangan tubuhku hilang. Aku rerjatuh tepat di keramaian yang sedang berlalu lalang. Aku merasa malu, tapi bagaimana pun aku harus cepat-cepat berdiri. Seseorang membawakan tas tanganku yang terjatuh, dan memegang lenganku untuk segera duduk di bangku yang berada di trotoar samping diriku terjatuh.

”Apakah ada yang luka?”

”Tidak, terima kasih sudah membantu.”

”Jika kau perlu bantuan aku akan mengantarmu.”

”Tidak usah, terima kasih.”

Aku kembali berjalan menuju kantor dan melihat punggung pria itu berlalu.

Hari kelima, aku pergi ke sebuah toko buku yang berada tidak jauh dari kantorku. Seharusnya pergi bersama teman tapi dia sibuk melakukan sesuatu jadi harus pergi seorang diri.

“Apa kau baik-baik saja?”

”Tentu saja.”aku mengenal suaranya tapi tidak terlalu kenal wajahnya. Aku hanya hafal punggungnya yang berlalu.

Hari keenam, aku berjalan penuh dengan rasa penasaran. Aku melihat toko roti, cafe, dan toko buku untuk mencari keberadaannya tapi aku tak melihatnya. Apa ini hanya kebetulan saja, atau dia mengikutiku?

Hari ketujuh, pagi ini cukup mendung dan pasti aku akan membawa payung di dalam tas tanganku. Tapi diluar perkiraan, hujan dengan tambahan badai membuat payungku tidak mampu menahan terpaannya. Aku berteduh di depan toko roti. Tatapanku tertuju pada seorang pria di tepi jendela toko roti itu. Jadi begitu wajahnya?

Hari Kedelapan, aku berjalan sambil terus menelfon teman kantorku. Pria yang sama berjalan disampingku, dia tampak membawa sebuah tas kertas kecil. Dia memberikan padaku dan bergegas berjalan lebih dulu.

Secarik kertas kutemukan didalam tas kecil itu.

”Aku harap kau tidak menanggapku penguntit.”

Aku tertawa dan merasa dia cukup lucu.

Hari kesembilan, Sepulang dari kantor aku berjalan dengan langkah lelah menuju sebuah tempat makan yang berada tidak jauh dari kantorku. Aku menunggu pesanan datang sambil menatap chef yang tengah memperlihatkan aksi memasaknya pada pengunjung tempat itu. Seseorang mendekat dan aku mengenal suaranya.

“Apa aku bisa duduk disini?”

”Bukankah kau bisa duduk di meja yang lain?”

Hari kesepuluh, pria penjaga toko roti memanggilku ketika lewat di depan tokonya. Dia memberiku sebuah roti yang biasa aku pesan dan secarik kertas yang berisi pesan cukup panjang. begitu juga dengan cafe, toko buku dan tempat makan yang ku kunjungi.

“Aku minta maaf jika kau merasa tidak nyaman, aku menitipkan surat ini ke beberapa toko yang biasa kau kunjungi. Aku takut jika salah satunya melewatkanmu. Dan aku lupa memperkenalkan diri, namaku ardan. Aku menghabiskan waktu liburku di kota kecil yang cukup indah ini. Tidak kusangka bisa melihat dan bertemu denganmu. Tapi sepertinya tidak ada kesempatan untuk bicara cukup panjang, aku rasa kau sedikit sibuk dan dingin. Aku tidak pernah bisa mendapat kesempatan untuk memulai pembicaraan karena kau terus membalas dengan jawaban singkat dan tak ingin bicara panjang. Mungkin kau merasa aneh karena terus melihatku di berbagai tempat, itu karena hanya disana aku bisa melihatmu dan mencari cara untuk bisa mengajakmu bicara. Tapi sepertinya kesempatan itu belum ada. Aku rasa kau tak ingin bicara dengan siapapun termasuk aku. Jika kesempatan itu benar ada, bisakah kita bertemu satu bulan lagi. Mungkin aku akan mengunjungi kota kecil ini.”

“Aku rasa aku butuh kehadiranmu meski datang tanpa permisi. “

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Di Tengah Kemacetan...
Agung Prasetiarso
Flash
Bronze
Setelah Tidak Bermotor Lagi
Sulistiyo Suparno
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Novel
Moon On The Water
rayba lonehuman
Novel
LACUNA
shereenese
Novel
Metamorfosis Kehidupan
ndsyraaa
Novel
im.pi.an (Menurut Kim)
Putriyani Hamballah
Novel
Gold
Nasi untuk Kakek
Mizan Publishing
Skrip Film
Bintang SMA 107
Yorandy Milan Soraga
Flash
Manusia hidup atas rahmat Tuhan yang pengasih
Grimmer
Novel
A Missing Part
Rara Rahmadani
Novel
Emak-Emak Sekolahan
R Fauzia
Komik
Aku dan Kuntilanak Kesayanganku
maulana faris
Komik
Cinta Bukan Pemeran Utama
Kyriepoda
Flash
Bronze
Sudut pandang
artabak
Rekomendasi
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Flash
Hilang di Kota Virtual
lidia afrianti
Flash
Jika Sudah Lupa, Mari kita Bertemu
lidia afrianti
Cerpen
Jejak Yang Tak Terhapuskan
lidia afrianti
Flash
Sandiwara
lidia afrianti
Flash
Bronze
From River To Sea
lidia afrianti
Flash
Kesempatan Kedua
lidia afrianti
Flash
Bronze
Kenapa Kita Berpisah?
lidia afrianti
Flash
Ibu, sebenarnya. . .
lidia afrianti
Flash
Lembar Terakhir Si Penulis
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Line And Word
lidia afrianti
Flash
Bronze
Lemon Tea
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Strange Thoughts
lidia afrianti
Flash
Jika kita berubah
lidia afrianti
Flash
I'm a mother
lidia afrianti