Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Pesawat yang Melintas di Depan Jendelaku
3
Suka
4,243
Dibaca

Saat itu usiaku belum genap empat tahun, ketika sebuah pesawat terbang cepat menuju jendela dan menghantam wajahku. Tak menangis, alih-alih aku bahagia. Rasa sakit yang teramat sangat tiba-tiba hilang. Pesawat yang sering kulihat tampak kecil dari jauh ternyata benar-benar kecil seukuran telapak tangan bapakku. Pesawat itu kusimpan sebagai kebanggaanku.

***

"Brmmm ... Ngennggg." Mulutku terus berceloteh menirukan suara yang pernah kudengar dari luar jendela sambil menunggu Bapak pulang.

Bapak pergi pagi pulang sudah gelap. Setiap hari meninggalkanku dalam kesepian. Pernah suatu saat aku protes tentang keadaan ini.

"Bapak, kenapa kita terus di sini?" tanyaku.

"Karena di sinilah rumah kita." Selalu seperti itulah jawaban Bapak.

"Pak, di bawah sana aku sering melihat anak kecil bermain. Aku boleh ikut gak?"

"Hanya di sini tempat yang aman buat kita."

Semenjak dilahirkan tak ada kebahagiaan lain selain melihat pesawat melintas di depan jendelaku. Suaranya gagah menderu menerbangkan imajinasiku -- kira-kira mahluk seperti apa di dalamnya. Mungkinkah isinya adalah sekumpulan jin sehingga membuat benda itu mampu terbang tinggi. Otakku yang terjebak dalam ruang gelap tak mampu mencernanya.

Sama gelapnya dengan ruangan di balik pintuku. Lorong panjang dan kamar-kamar tak berpenghuni membuatku enggan untuk melaluinya. Bapak memang selalu berpesan supaya aku tidak keluar dari kamar. Selain gelap dan kotor, tangga menuju lantai satu sudah banyak yang rusak. Padahal sebenarnya yang ingin Bapak ungkapkan, dunia luar kejam. Bapak sering pulang dengan tergesa dan ketakutan. Wajah lelah penuh peluh adalah warna dari hari-harinya.

Sekali waktu, Bapak pulang dengan semangat. Membawa sebungkus kebahagiaan untuk kami nikmati semalaman. Lain waktu, hanyalah ketakutan dan kelelahan. Lalu pulang dengan terlambat dan pada akhirnya tidak pulang sama sekali. Entah ke mana.

Aku menunggu. Aku kelaparan lemas tak ada pertolongan. Di gedung tua besar ini tak ada penghuni selain kami berdua. Aku menatap jauh dari balik jendela ke arah sekumpulan mahluk hijau lumut di luar. Tidak seseram yang diceritakan Bapak. Mungkin aku bisa meminta bantuan pada si cantik yang berjoget tik tok di sana.

Aku mencoba merangkak mendekati jendela. Keringat dingin terus menerus menerobos pori-pori kulitku. Pada sisa-sisa napasku, aku merelakan pesawat kebanggaanku, untuk terbang melintasi jendela keluar. Dengan tulisan seadanya, 'tolong'. Satu tulisan ini yang paling kuhapal karena Bapak terus menerus mengajarkannya. Setelah aku terbangkan, aku lemas. Ruangan makin gelap.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Alice in her own Wonderland
Nadia N
Flash
Pesawat yang Melintas di Depan Jendelaku
Tia Sulaksono
Novel
Theory: The Reason I'm Single
Dhincaa
Komik
Triplet & The Weird School
Dhias
Skrip Film
A Writer and A Liar (Script Film)
Silvia
Flash
Bronze
Teguran Peristiwa
Nuel Lubis
Flash
Secangkir Kopi tak Bersuara
Ilestavan
Skrip Film
SICK LOVE (Script)
Satrio Purnomo
Skrip Film
Nge-Band! 106
Yorandy Milan Soraga
Flash
Jangan Panggil Saya Monyet
Alwinn
Novel
Bronze
Rasanya Seperti Mimpi
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Skrip Film
Dunia Reva
Hanasteen
Skrip Film
Hidup Orang Biasa
Fahmi Sihab
Skrip Film
ANTARASA
IPANK PWO
Flash
Salah Siapa?
Sri Marflowers
Rekomendasi
Flash
Pesawat yang Melintas di Depan Jendelaku
Tia Sulaksono
Flash
Percakapan Tepi Jalan
Tia Sulaksono