Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Mahar Uang Digital
11
Suka
7,342
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Setelah seharian mengintai, kudapatkan juga peluang cantik. Wanita muda di mesin penghitung uang beserta seorang wanita yang duduk memunggunginya dan seorang SATPAM yang sedang menurunkan tirai-tirai kaca tak jauh dari keduanya, bisa kuatasi seorang diri.

Aku keluar dari toilet dan menodongkan pistol ke arah mereka sambil menggertak, “Masukkan semua uang! Kalian tidak akan mati!"

Si Wanita yang sedang menghitung uang, menangis seketika saat kantong plastik hitam besar kulemparkan padanya. Si Satpam, terdiam di tempatnya dan langsung mengangkat kedua tangan ke atas kepalanya. Namun, si Wanita satu lagi segera bangkit berdiri dan mendekatiku dengan marah-marah.

“April mop yang tak lucu!” hardiknya. “Keluar! Jangan main-main di bank. Berurusan dengan polisi nanti!” Ia memperlihatkan ponsel pintarnya sebagai isyarat bakal menelepon kantor polisi jika aku tak segera pergi.

Alangkah terkejutnya aku, aku sama sekali tak tahu kalau ia bekerja di tempat ini dan sedikit keder begitu ia mengacungkan tinjunya. Bagaimanapun juga ia adalah mantan atlet silat peraih mendali emas PON ketika SMA dulu. Aku pergi segera setelah melepaskan sebo dari wajahku, sebab, ia juga mengancam akan melemparku dengan apel yang ia keluarkan dari kantong bajunya—membawa apel adalah kebiasaannya yang tetap kuingat hingga hari ini. Dulu, demi mendapatkan perhatiannya, hampir setiap hari aku menghadiahinya buah itu.

Dan, tentulah ia dapat mengenaliku meski tadi wajahku tertutup sebo. Suaraku yang serak, cepat akrab di telinga semua orang. Lagi pula kemarin kami baru berjumpa di pinggir jalan yang melintang di tengah sawah kota kecil ini.

Aku sengaja singgah di sebuah kedai kecil untuk melepaskan lelahku sambil minum air kelapa muda dan meliarkan pandangan ke hamparan sawah di seberang jalan. Perjalananku berbulan-bulan dengan motor besar tanpa arah akhirnya menemui tujuannya ketika seorang wanita lewat di depanku.

“Popai!” Sebenarnya namanya Popi, tapi aku menamainya Popai.

Popi berpaling ke arahku. Angin sawah tak lagi leluasa menyentuh poni di dahinya, tak lagi bermain-main dengan kepangan rambut panjang hitam berombak yang disampir di bahu kirinya, sehingga lesung pipi di wajahnya yang kecokelat-cokelatan itu dapat terlihat jelas olehku. Aku tak salah orang.

“Kong?! Kong, kan?”

“Memangnya ada Jelangkong lain di sekolah kita?”

Karena posturku kurus tinggi, aku dipanggil Jelangkong dulunya. Kami tertawa sebentar merayakan pertemuan kami setelah lima tahun meninggalkan bangku SMA, lalu berbicara banyak hal dan cukup lama, hingga muncullah kenekatanku untuk berterus terang ingin menikahinya.

“Tradisi di sini, tiga puluh mayam emas dan tiga puluh juta uang, kontan!”

“Sebagai mahar?” Aku memastikan, lalu mengeluarkan pistol korek api dan membakar sebatang rokok untuk meredam kegugupanku.

“Iya, tapi aku maunya uang digital saja.”

“Uang digital?”

“Aman dari perampokan.”

“Aku sanggupi,” kataku mantap meskipun aku tak punya uang sebanyak itu, dan kata-kata merampok terus mengiang di pikiranku.

“Kong!”

Aku yang sedang berjalan sambil melamun berhenti mendadak tepat di pintu pagar dan segera menoleh ke belakang.

“Masalah mahar, itu mopku saja. Jangan terlalu dipikirkan. Berikan semampumu.”

Merekahlah senyumku.

"Dan, aku ingin lima G."

"G?"

"Giatlah bekerja. Gabah selalu tersedia. Garaplah sawah peninggalan ayahku. Gembirakanlah aku."

"Satu G lagi?"

"Ingin secepatnya .... Gaba-gaba menghiasi rumahku!"

"Aku bersedia!"

"Satu lagi!"

"Apa?"

"Hadiah apel!"

Tawa kami mengisi senja.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Mop: menikah ogah pacaran. Kak Martha.
Ya ampun Kak Farid.. olive lg kehabisan bayam....
Ya ampun.. Ini miss popay yang ngerjain mister olive, ya? Hihihi...
Hahaha.
Mau nikah kena mop duluan.
Bahaya juga.
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Mahar Uang Digital
Dirman Rohani
Novel
Gold
Keki
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Tiada Ojek Di Paris
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Kita yang Dipaksa Mati Berkali-kali
Adel Yuhendra
Novel
Bronze
Blue and Black
(Nur) Rohayati
Novel
Ta'aruf Online
Sinar Stories
Cerpen
Bronze
Surat dari Masa Lalu
Sohibul Wahidin
Cerpen
Bronze
Bersama Merengkuh Asa
Dwi Fitriani
Novel
THE LEA'KING
Widi Martha Magdalena
Novel
Backstreet
Maria Merianti Boru Malau
Novel
KORONA
Raja Muda Hasibuan
Novel
Gold
Brisbane
Mizan Publishing
Novel
Pesan Dari Hati
Nurul Khotimah
Novel
Gold
Surat Cinta Tanpa Nama
Bentang Pustaka
Cerpen
Bronze
Setangkai Mawar Untuk Lelaki Istimewa
Hadis Mevlana
Rekomendasi
Flash
Mahar Uang Digital
Dirman Rohani
Novel
Robot Jahat
Dirman Rohani
Novel
Gunawan dan Rosela
Dirman Rohani
Novel
Kisah Para Penyamun dan Tujuh Pemberani
Dirman Rohani
Flash
Pamanku Pendiam
Dirman Rohani